Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menunggumu..

29 Mei 2017   08:42 Diperbarui: 29 Mei 2017   09:30 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang tunggu Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta hari itu cukup ramai. Diantara para calon penumpang yang tengah menunggu panggilan boarding, ada seorang pemuda yang tengah asyik dengan laptopnya. Dani, seorang pemuda asal Pulau Dewata Bali yang juga alumnus sebuah perguruan tinggi bergengsi di ibukota Jakarta berencana melanjutkan studi pasca sarjananya di salah satu perguruan tinggi terkenal di Malaysia. Disebelahnya, seorang gadis manis asal Malaysia bernama Nurul juga sedang asyik dengan handphonenya. Mereka adalah para penumpang yang sedang menunggu keberangkatan ke Kuala Lumpur, Malaysia.

Sementara menunggu panggilan untuk boarding, Dani mencoba untuk menyapa gadis itu. Dani memperkenalkan diri dan memulai obrolan ringan dengan Nurul. Ternyata Nadia adalah seorang mahasiswi S1 jurusan Manajemen Informatika di University Sains Malaysia (USM), Pulau Pinang. Nurul berasal dari Kuala Lumpur dan baru saja menghabiskan liburan panjangnya di Bandung dan Jakarta. Nurul pun baru mengetahui bahwa ini adalah perjalanan Dani yang pertama ke Malaysia setelah sebelumnya dia menanyakan alasan tujuan Dani pergi mengunjungi negaranya.

Dengan logat Melayunya yang khas, Nurul bercerita tentang keadaan di Malaysia untuk memberikan sedikit gambaran kepada Dani mengenai negaranya. Walaupun agak-agak bingung karena ada beberapa kosa kata yang tidak dimengerti, tetapi secara umum Dani paham akan apa yang dijelaskan oleh Nurul. Dani pun tidak ingin membuang kesempatan ini dengan sia-sia. Dia meminta nomor kontak Nurul supaya nanti dia bisa menghubungi Nurul jika sudah tiba di Kuala Lumpur. Mereka pun kemudian masih sempat saling bertukar alamat email setelah bertukar nomer telepon masing-masing.

Dani mulai memperhatikan gadis ini lebih jauh. Nurul cukup ramah, padahal mereka baru saja bertemu. Gadis manis ini bahkan memberikan nomer telepon dan alamat emailnya begitu mudah. Awalnya Dani berpikir bahwa gadis-gadis Melayu itu lugu dan pemalu. Tetapi gambaran itu berubah total setelah dia berjumpa dengan Nurul.

“Ini nombor handphone dan alamat email saya. Bila urusan pendaftaran kuliah sudah siap, awak boleh kontak sayalah supaya kita boleh berjumpa. Nanti saya bagi tahu bila saya jemput awak ke rumah saya.” Kata Nurul dalam logat Melayu.

“Ah..sepertinya gadis ini mulai tertarik padaku”, pikir Dani. Wajar saja Dani berpikiran demikian. Secara fisik Dani memang boleh dikatakan tampan, ditunjang dengan tinggi badan yang tidak kurang dari 180cm, membuat dia disukai banyak gadis.

Tiba-tiba terdengar suara pengumuman dari announcer yang membuatnya terkejut dan langsung membuyarkan lamunannya. Para penumpang tujuan Kuala Lumpur mulai dipersilahkan memasuki pesawat. Sayang sekali, keduanya tidak bisa lagi melanjutkan obrolan karena tempat duduk mereka ternyata berjauhan. Mereka bahkan berpisah tanpa  mengucapkan salam. Agak menyesal Dani melihat Nurul yang pergi dengan tergesa dan sekarang duduk jauh di barisan depan dan kini hanya terlihat kerudungnya yang berwarna merah muda sedikit menyembul diatas kursi.

Pesawat yang mereka tumpangi bergerak dan tak lama kemudian mengambil posisi untuk take off. Pesawat berhasil take off dan terbang diatas ketinggian 5000 kaki di atas permukaan laut. Cuaca hari itu cukup cerah walau sedikit berawan. Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam 50 menit akhirnya pesawat pun mendarat dengan mulus di Airport Sepang, Bandar udara ikonik yang selama ini menjadi kebanggan Malaysia.

Ini adalah pertama kalinya Dani melakukan perjalanan ke Malaysia. Airport canggih dan luas dengan desain bangunan yang memadukan ciri khas timur dan barat, menjadikan  Airport yang diresmikan oleh Perdana Menteri Tun Mahatir Mohammad tahun 1998 itu tampak unik. Dani tertegun dengan keindahan estetika bangunan lima tingkat yang terletak di tengah-tengah ladang kelapa sawit yang menghampar hijau.

Tak jauh dari Airport Sepang terdapat Litar Sircuit F1 yang sekelas dengan Litar Sircuit di Spanyol, Australia dan Bahrain. Jarak Airport Sepang dengan ibukota Kuala Lumpur sendiri sekitar 60km jauhnya. Jarak ini dapat ditempuh dengan berbagai cara seperti dengan menggunakan Limousine Taxi atau dengan menaiki Shuttle Bus KLIA- KL Sentral/Terminal Hentian Duta. Selain itu juga kita bisa  menggunakan kereta api canggih KLIA Ekspres dan KLIA Transit yang waktu tempuhnya hanya setengah dari waktu tempuh menggunakan taksi atau bis.

**

Dani kembali bertemu dengan Nurul di area pengambilan bagasi. Keduanya saling mengingatkan untuk tetap berkomunikasi bila sudah sampai di tujuan masing-masing. Setelah mengucapkan salam perpisahan Dani langsung menaiki KLIA Ekspres menuju pusat kota Kuala Lumpur yang harga tiketnya RM 35.00 atau sekitar 100 ribu rupiah. Sementara itu Nurul masih menunggu kedua orang tuanya yang akan menjemputnya.

Setibanya di Kuala Lumpur Dani langsung membeli kartu perdana dan mengisi pulsa secukupnya. Dani segera menghubungi Nurul begitu dia tiba di Kuala Lumpur dengan nomer barunya itu. Dani agaknya tak sabar ingin segera mengabari Nurul bahwa dia sudah sampai dengan selamat di kota Kuala Lumpur.

“Halo… ini dari Dani, bisa bicara dengan Nurul?”, Dani menyapa.

Dari seberang sana menjawab, “Iya, saya sendiri. Hai Dani, awak apa khabar?” tanya Nurul dengan nada yang akrab.

Kemudian obrolan melalui telepon itu pun berlanjut, mengalir dengan lancar seolah mereka telah berteman cukup lama.

“Oh ya, Dani...Saya sudah cakap dengan orang tua saya tentang awak. Orang tua saya rupanya ingin jumpa dengan awak. Orang tua saya minta saya untuk jemput awak makan malam ke rumah saya hari Sabtu depan jam 08.00 malam”, dia menambahkan.

Kaget bercampur gembira, Dani langsung mengiyakan. Tanpa berpikir panjang Dani menyanggupi tawaran Nurul bahwa dirinya akan dijemput untuk makan malam Sabtu depan.

Menjelang waktu yang ditentukan, Dani telah bersiap. Dia telah berpakaian rapi sejak sore menunggu Nurul menjemputnya. Dia tidak ingin Nurul menunggu terlalu lama jika nanti dia sudah sampai. Sementara keluarga Nurul pun telah mempersiapkan hidangan makan malam yang mewah, khusus disajikan untuk menyambut Dani .

Waktu pun bergulir. Jam sudah menunjukkan pukul 08.10 malam. Dani sudah menunggu sejak pukul 07.30 di depan rumahnya, tetapi Nurul tak kunjung datang. Dani masih bersabar. “Mungkin Nurul terjebak macet sehingga lambat menjemputku,” pikir Dani sambil berusaha mengibur diri.

Dani mulai tak sabar. Jam sudah menunjukkan pukul 08.30 tapi Nurul belum juga menampakkan batang hidungnya. Bajunya yang tadi tampak licin sekarang sudah terlihat kusut disana sini. Wajahnya pun yang tadinya ceria kini sudah sekusut baju yang dipakainya.

“Jangan-jangan dia mau mempermainkan saya”, pikir Dani curiga.

Sementara itu, Nurul pun sudah resah menunggu kedatangan Dani di rumahnya. Sudah sejak pukul 07.50 Nurul bersiap dan berdandan cukup cantik demi menyambut teman barunya dari Indonesia. Sampai pukul 08.30 malam Dani belum datang juga. Orang tuanya pun tampaknya sudah agak gusar dengan lambatnya kedatangan Dani. Nurul mulai kecewa karena dia telah mempersiapkan kedatangan Dani dengan sangat sebaik-baiknya.

“Mungkinkah Dani membohongi saya?”, gumam Nurul pada dirinya sendiri.

Karena Dani tak kunjung muncul akhirnya Nurul mencoba menghubungi Dani.

“Hai Dani…apa pasal awak tak datang? Kami sudah menunggu awak datang ni”, tanya Nurul dengan nada agak tinggi.

“Kan kamu bilang mau jemput saya jam 08.00. Saya sudah tunggu kamu dari jam 07.30, tapi kamu tak jemput-jemput. Saya pikir kamu memang tak kan jemput saya. Kenapa kamu tak jadi jemput saya?” tanya Dani keheranan.

“Lho...maksud awak apa?..Saya justru mau tanya awak, kenapa awak tak datang penuhi jemputan kami?”, ujar Nurul dengan nada makin tinggi.

Ternyata keduanya miskomunikasi. Nurul bermaksud ‘mengundang” Dani untuk makan malam. ‘Mengundang’ dalam bahasa Malaysia adalah ‘menjemput’. Sementara Dani mengartikan kata ‘jemput’ dengan ‘datang mengambil/mengantar ke suatu tempat tertentu’.

**

“Ini baru jemput yang betul” ,kata Dani ketika menaiki sedan Proton Wira metallic milik Nurul ketika Nurul menjemput ke rumahnya beberapa menit kemudian.

“Makanya nanti tanya dulu ketika ada kata-kata yang awak tak faham. Jangan main angguk –angguk saja”, ujar Nurul sambil tertawa dan langsung tancap gas menuju rumahnya.

Walaupun terlambat, makan malam akhirnya tetapb berjalan sesuai rencana. Usai makan malam, Nurul kembali mengantar Dani pulang. Sesampainya di rumah, tak lupa Dani mengucapkan terima kasih karena telah diterima dan dilayani dengan baik oleh keluarga Nurul. 

“Kapan-kapan aku yang menjemputmu lagi ya…!” ujar Dani akrab. Tanpa menjawab Nurul pun langsung tancap gas sambil senyum-senyum sendiri.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun