Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menunggumu..

29 Mei 2017   08:42 Diperbarui: 29 Mei 2017   09:30 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dani kembali bertemu dengan Nurul di area pengambilan bagasi. Keduanya saling mengingatkan untuk tetap berkomunikasi bila sudah sampai di tujuan masing-masing. Setelah mengucapkan salam perpisahan Dani langsung menaiki KLIA Ekspres menuju pusat kota Kuala Lumpur yang harga tiketnya RM 35.00 atau sekitar 100 ribu rupiah. Sementara itu Nurul masih menunggu kedua orang tuanya yang akan menjemputnya.

Setibanya di Kuala Lumpur Dani langsung membeli kartu perdana dan mengisi pulsa secukupnya. Dani segera menghubungi Nurul begitu dia tiba di Kuala Lumpur dengan nomer barunya itu. Dani agaknya tak sabar ingin segera mengabari Nurul bahwa dia sudah sampai dengan selamat di kota Kuala Lumpur.

“Halo… ini dari Dani, bisa bicara dengan Nurul?”, Dani menyapa.

Dari seberang sana menjawab, “Iya, saya sendiri. Hai Dani, awak apa khabar?” tanya Nurul dengan nada yang akrab.

Kemudian obrolan melalui telepon itu pun berlanjut, mengalir dengan lancar seolah mereka telah berteman cukup lama.

“Oh ya, Dani...Saya sudah cakap dengan orang tua saya tentang awak. Orang tua saya rupanya ingin jumpa dengan awak. Orang tua saya minta saya untuk jemput awak makan malam ke rumah saya hari Sabtu depan jam 08.00 malam”, dia menambahkan.

Kaget bercampur gembira, Dani langsung mengiyakan. Tanpa berpikir panjang Dani menyanggupi tawaran Nurul bahwa dirinya akan dijemput untuk makan malam Sabtu depan.

Menjelang waktu yang ditentukan, Dani telah bersiap. Dia telah berpakaian rapi sejak sore menunggu Nurul menjemputnya. Dia tidak ingin Nurul menunggu terlalu lama jika nanti dia sudah sampai. Sementara keluarga Nurul pun telah mempersiapkan hidangan makan malam yang mewah, khusus disajikan untuk menyambut Dani .

Waktu pun bergulir. Jam sudah menunjukkan pukul 08.10 malam. Dani sudah menunggu sejak pukul 07.30 di depan rumahnya, tetapi Nurul tak kunjung datang. Dani masih bersabar. “Mungkin Nurul terjebak macet sehingga lambat menjemputku,” pikir Dani sambil berusaha mengibur diri.

Dani mulai tak sabar. Jam sudah menunjukkan pukul 08.30 tapi Nurul belum juga menampakkan batang hidungnya. Bajunya yang tadi tampak licin sekarang sudah terlihat kusut disana sini. Wajahnya pun yang tadinya ceria kini sudah sekusut baju yang dipakainya.

“Jangan-jangan dia mau mempermainkan saya”, pikir Dani curiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun