Mohon tunggu...
thrio haryanto
thrio haryanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penikmat Kopi Nusantara

Menyukai kopi tubruk dan menikmati Srimulat. Pelaku industri digital. Pembaca sastra, filsafat, dan segala sesuatu yang merangsang akalku. Penulis buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa (Noura Book Publishing, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tante Leni, Instagram dan JLo

15 Desember 2018   18:33 Diperbarui: 16 Desember 2018   16:54 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com

Setidaknya, ada dua hal yang saya suka dari kedai kopi. Aroma kopi yang menentramkan, dan ketemu dengan kenalan-kenalan baru. Dari mereka lah saya sering mendapatkan cerita-cerita menarik. Beberapa hari lalu, di Laku Kopi Bintaro, saya kenalan dengan Tante Leni, seorang ibu rumah tangga yang sedang merintis bisnis jualan kue.

"Saya jualannya online, lewat Facebook dan Instagram," katanya sambil menunjukkan foto-foto di Instagramnya.

Tante Leni sebenarnya bukan ibu rumah tangga biasa. Sudah hampir tujuh tahun dia aktif kesana kemari mengisi kelas memasak, dari satu kota ke kota lainnya. Dan baru-baru ini, enam bulan begitu, wanita berusia 45 tahun itu merasa sudah saatnya untuk menjual produk masakannya sendiri.

"Masalahnya, saya nggak tahu gimana caranya berjualan online," ungkapnya.

Selain karena dia tidak terlalu aktif bersosial media, dia juga merasa gak bisa menampilkan produknya dengan baik. Hasil jepretan saya nggak bagus, ujarnya.

"Cuma modal pake hape, ya... gimana bisa bagus, kan?" lanjutnya diiringi tawa renyah.

Saya manggut-manggut saja mendengar cerita Tante Leni. Sebenarnya diia termasuk talkactive. Namun, katanya, kalau di media sosial bingung mau posting apa.

"Saya kawatir follower saya risih kalau postingan saya jualan melulu, bisa-bisa mereka malah unfollow, kan?"

"Tapi, kue tante enak, kan?" tanya saya.

"Banyak yang bilang sih enak."

"Kalau menurut tante sendiri enak nggak?"

"Mmm... enak lah..."

"Kok, kayak ragu-ragu, gitu? Hehehe..."

"Enak, kok, mas. Enak."

"Nah, gitu, doong... modal pertama jualan kan harus percaya diri sama produknya, kalau kita sendiri ragu sama produk kita, gimana bisa ngeyakinin orang lain membeli produk kita... Ya, kan?"

Tante Leni mengatupkan bibirnya sambil manggut-manggut. Waduh! Saya jadi merasa bersalah. Jangan-jangan dia hanya ingin bercerita dan nggak mau mendengar masukan atau saran apa pun. Hanya ingin didengar. EH, tapi, ternyata saya salah.

"Bener juga sih, mas, saya memang masih perlu banyak belajar tentang bisnis apalagi jualan online begini," ucapnya, "Saya bisanya ngajar. Hahaha..."

"Tante malah beruntung, lho," kata saya.

"Beruntung gimana?"

"Tante bisa membisniskan hobi. Nggak semua orang bisa begitu, lho. Apalagi, tante sudah punya komunitas, orang-orang yang pernah ikut kelas memasak. Itu modal yang nggak semua orang punya, lho!"

"Iya, sih... selama ini saya aktif jualan lewat group Whatsapp, mereka mereka itulah member-nya, tapi masak gitu terus? Bisnis saya nggak berkembang, dong?"

"Nah, berarti tinggal ngembangin aja yah?"

"Iya,"

"Kenapa nggak pakai baking powder? Hahaha..."

Tante Leni tertawa lepas mendengar kelakar receh saya. Saking lepasnya, dia tersedak air putih yang baru saja diminumnya.

"Sebenarnya, jualan lewat FB atau IG tuh efektif nggak sih, mas?"

Hmm, serius nih pertanyaannya. Sebelum menjawab, saya sempatkan dulu menyeruput JLo, minuman jahe lemon a-la Laku Kopi yang banyak disukai pelanggan karena sensasi yang hangat hasil perpaduan jahe lemon yang seimbang. Bisa dibilang, jahe dan lemon dalam JLo tak pernah bertengkar tentang siapa yang lebih bermakna. Hehe...

Dengan tenggorokan yang telah dilumuri kehangatan JLo, saya berusaha menjawab pertanyaan Tante Leni.

"FB dan IG itu media sosial yang paling banyak penggunanya. Facebook aja, pengguna aktifnya mencapai 2 miliar per bulan. Sementara pengguna IG ada sekitar 1 miliar. Jadi, kalau mereka dikumpulin, lalu membentuk satu negara, maka akan menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia!"

"Itu di Indonesia atau seluruh dunia, mas?"

"Dunia. Kalau di Indonesia, pengguna aktif Facebook sekitar 131 juta per bulan. Instagram, separonya, 53 jutaan,"

"Wow, banyak juga yah?"

"Selain banyak, mereka juga cerewet. Setiap hari ada 300 jutaan image yang diposting di FB, 293 ribu update status dan 510 ribu komentar per menit."

"Gila!"

"Dan di IG, secara rata-rata, tombol Like itu diklik sebanyak 4,2 miliar kali per hari."

"Hmm, jadi, jualan di IG dan FB efektif dong yah, mas?"

"Nah, kalau soal itu ada banyak faktor. Tapi kalau dirangkum sih jadinya cuma tiga, yaitu Content, Context, dan Connect. Disingkat 3C's."

"Waduh, apaan tuh?"

Saya menyeruput JLo sekali lagi.

"Simpelnya begini, content adalah apa yang kita sampaikan, context adalah mengapa kita menyampaikan, dan connect adalah tentang bagaimana dan melalui apa kita menyampaikannya,"

"Detilnya gimana tuh, mas?"

"Tante kan sudah punya produk, nah, itu adalah content utama. Namun, bukan sekadar bentuk atau penampakannya saja lho, ya. Produk sebagai content itu meliputi bentuknya, filosofi, ide atau rasa, hingga story-nya. Semua itu bisa diolah menjadi content yang bagus dalam berbagai bentuk. Bisa berupa foto, text, video, atau meme sekali pun. Apa pun bentuknya, yang terpenting adalah bisa membuat orang kenal dan terpikat dengan produk kita, atau simpelnya, hanya dengan melihat foto plus captionnya saja audience udah bisa mencium aromanya, rasanya, dan lain-lain,"

"Nah, itu masalahnya...  saya nggak punya kamera bagus buat motret supaya hasilnya keren,"

"Tapi, Tante punya hape, kan?"

"Ya, punya, dong... tapi hasilnya kan gak bagus,"

"Sebenarnya, nggak begitu juga, sih. Banyak kok yang motret pake hape tapi hasilnya keren. Contohnya, ini, nih..." kata saya sembari menunjukkan foto-foto hasil jepretan pake hape.

"Serius, nih, mas, cuma pake hape? Kok bisa sekeren ini?"

"Serius, doong... masa' setengah-rius, sih? Hehe..."

"Kok, bisa yah? Ck ck ck... keren-keren deh fotonya..." ucap Tante Leni sambil sibuk menggeser-geserkan jempolnya di papan smartphone, sesekali ia memperbesar foto yang dilihatnya dengan menggerakkan jari telunjuk dan jempolnya secara bersamaan.

"Aduh, mas, gimana sih caranya, kok bisa sekeren ini?"

"Hehe, itu bukan karya saya. Itu karya Om Andi Agustian, temen saya. Dia itu fotografer profesional, dan udah lama menggeluti pemotretan pakai hape. Hebatnya, selain pake hape, dia cuma pake peralatan seadanya, seperti lampu belajar. Hebat, kan? Kalau Tante mau, ikutan workshopnya aja,"

"Eh, ada workshopnya?"

"Ada. Tanggal 19 Januari 2019, di Campus Bistro,"

"Campus Bistro tuh di mana?"

"Di Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, Roxi"

"Oh, Ok. Ikut, ah..."

"Iya, Tan. Bagus lho workshopnya. Selain diajarin cara motret pake hape, di workshop ini juga akan diajarin cara mengoptimalkan media sosial buat jualan,"

"Wah, cocok, tuh!"

"Banget! Kalau mau daftar, hubungin Tya, ya, Tan..." kata saya sambil menyebutkan nomor HP Tya, 0811895794.

Setelah mencatat nomer Tya, Tante Leni kembali sibuk melihat-lihat foto karya teman saya itu. Tak henti-hentinya dia mendecak kagum. Sementara itu, saya kembali menikmati JLo. Bener-bener, dah, minuman Jahe Lemon Laku Kopi ini emang nyegerin.

***

@thriologi
Ditulis di Laku Kopi Bintaro, 15 Desember 2018

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun