Mohon tunggu...
thrio haryanto
thrio haryanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penikmat Kopi Nusantara

Menyukai kopi tubruk dan menikmati Srimulat. Pelaku industri digital. Pembaca sastra, filsafat, dan segala sesuatu yang merangsang akalku. Penulis buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa (Noura Book Publishing, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Catatan Mata dan Rasa untuk Juara The Movie

9 April 2016   13:02 Diperbarui: 10 April 2016   14:14 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Bisma Karisma dalam Film Juara. Sumber Foto: Facebook.com/juarathemovie/"][/caption]Salah satu Film Indonesia yang saya tunggu-tunggu di tahun ini adalah JUARA The Movie karya Charles Gozali. Dan yang bikin saya penasaran adalah bagaimana Charles yang selama ini lebih sering menggarap film bergenre drama (misalnya Nada Untuk Asa) dan komedi (misalnya Finding Srimulat) kemudian menggarap film laga, meskipun tetap berbasis drama dan memasukkan unsur komedi di dalamnya.

Rasa penasaran saya terobati pada Kamis malam, 7 April 2016, di XXI Epicentrum ketika saya berkesempatan menonton Gala Premier film produksi Magma Entertainment ini. Saya dibuat terpukau dengan liukan-liukan jurus silat yang dimainkan Bisma Karisma (Bisma) dan Cecep A Rahman (Kobar). Saking kerennya, saya menilai adegan laga dalam JUARA adalah salah satu yang terbaik di film Indonesia.

Yang tak kalah menarik perhatian saya adalah kehadiran standup comedian Mo Sidik. Selama ini, jujur saja, saya selalu dibuat kecewa oleh kebanyakan komik yang bermain di film layar lebar. Mereka bermain seolah rela menyerahkan diri untuk dieksploitasi demi rupiah dengan menjadikannya seperti badut belaka. Dengan latar belakang seperti itu, saya pun menduga Mo Sidik tidak akan jauh berbeda.

Ternyata dugaan saya meleset. Bahkan meleset jauh. Mo Sidik mampu memerankan Mo seorang pelayan warung bakmi dengan sangat baik. Ia tampil sangat natural dengan kepolosan dan kekocakannya. Lawakan yang ditampilkan secara verbal dan non-verbal dalam film ini mampu memposisikan Mo sebagai aktor yang "melawak tanpa melucu". Penonton bahkan sempat bertepuk tangan melihat tingkah Mo yang berlagak seperti jagoan. Intinya, di film JUARA ini Mo Sidik tampil sebagai seorang pemain film betulan.

Kemampuan akting Mo juga mampu mengimbangi kepiawaian Cut Mini Teo yang memerankan Sarah, Mama Bisma, si pemilik warung bakmi. Maka tak salah jika saya menobatkan Mo sebagai pemeran pembantu terbaik di film ini – dan memang cocok juga sih memerankan pembantu. Hehehe…

Di film yang turut melibatkan Enspire Studio milik Andre Surya (animator yang juga terlibat dalam Transformer dan Iron Man) ini, akting Cut Mini Teo boleh dibilang paling menonjol. Kejenakaannya mampu mengundang tawa penonton – setidaknya senyum lah, pun ketika mellow ia mampu mengundang mata penonton berkaca-kaca atau setidaknya turut merasakan isaknya.

Seperti ditulis pada paragraf awal, Film yang akan diputar di bioskop mulai 14 April 2016 ini merupakan film drama-laga yang dibalut dengan unsur komedi.

Kisahnya diawali dengan cerita singkat tentang Karisma (Tora Sudiro) yang harus bertarung untuk kalah demi uang, namun di ujung pertarungan ia memutuskan untuk tak mau kalah. Ia memutuskan menjadi juara meskipun untuk itu ia harus berhadapan dengan bandar tarung yang sudah membayarnya. Pada saat itulah Bisma lahir.

Cerita kemudian melompat ke saat Bisma menjalani masa orientasi mahasiswa baru. Di hari pertamanya, Bisma langsung menghadapi masalah. Anak muda yang tak bisa diam itu bertemu Bella (Anjani Dina) lalu jatuh hati pada ciuman pertama yang tak disengaja. Itulah awal mula Bisma menghadapi bully-an Attar (Ciccio Manassero) yang tak lain adalah pacar Bella.

Cerita terus bergulir pada pem-bully-an, yang pada beberapa part saya merasa terlalu dibuat-buat dan unlogic. Bagaimana mungkin bisa terjadi pem-bully-an sedemikian rupa secara terbuka di lingkungan kampus tanpa ada pihak keamanan atau dosen atau siapa pun itu yang ngonangi (Jawa: memergoki).

Tapi, ah, namanya juga film! Logika sering disembunyikan – untuk sementara maupun selamanya – demi mengobok-obok emosi penonton. Mau itu film Hollywood atau Bollywood, sama saja. Artinya, sah-sah saja. Lah wong, di dunia nyata juga sering kok kita menemui pem-bully-an yang terang-terangan dilakukan di dalam kelas tanpa ada guru yang mengetahuinya. Bahkan sang guru baru tahu peristiwa itu setelah videonya beredar di media sosial. Hrrggh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun