Fyodor Mikhailovich Dostoevsky adalah salah satu penulis paling berpengaruh dalam sejarah sastra dunia. Ia lahir pada 11 November 1821 di Moskow, Rusia, ia tumbuh dalam keluarga yang religius namun penuh konflik.Â
Ayahnya, Mikhail Andreevich Dostoevsky, adalah seorang dokter militer yang dikenal keras dan otoriter, sementara ibunya, Maria Fyodorovna, membawa kelembutan ke dalam rumah tangga mereka. Kedua sosok ini membentuk pandangan Dostoevsky tentang kehidupan. Percampuran antara pengabdian pada iman dan pergulatan dengan penderitaan manusia. Â
Sejak usia muda, Dostoevsky menunjukkan ketertarikan yang mendalam pada dunia sastra. Ibunya memperkenalkannya pada karya-karya klasik seperti Alkitab, Homer, dan Shakespeare. Namun, kebahagiaan masa kecilnya tidak berlangsung lama.Â
Pada usia 15 tahun, ia kehilangan ibunya akibat tuberkulosis, yang meninggalkan luka mendalam di hatinya. Beberapa tahun kemudian, ayahnya meninggal secara tragis, diduga dibunuh oleh para petani yang bekerja di tanah miliknya. Tragedi ini menjadi salah satu fondasi emosional yang akan memengaruhi tulisan-tulisan Dostoevsky di kemudian hari. Â
Dostoevsky awalnya tidak bercita-cita menjadi seorang penulis. Setelah kematian orang tuanya, ia dikirim ke Akademi Teknik Militer di St. Petersburg atas permintaan keluarganya. Namun, ia tidak memiliki minat besar terhadap matematika dan teknik. Ia lebih sering menghabiskan waktu membaca buku-buku sastra daripada belajar ilmu teknik. Akhirnya, pada usia 23 tahun, Dostoevsky memutuskan untuk mengejar mimpinya menjadi seorang penulis. Â
Karya pertamanya, Poor Folk (1846), langsung mendapat perhatian besar. Novel ini menggambarkan kehidupan kaum miskin di Rusia dengan empati yang mendalam, membuatnya dianggap sebagai bintang baru dalam dunia sastra. Namun, kesuksesan awal ini tidak bertahan lama. Karya-karya berikutnya, seperti The Double, kurang mendapatkan sambutan, dan Dostoevsky mulai merasa kehilangan arah. Â
Titik balik dalam hidupnya datang pada tahun 1849, ketika ia ditangkap oleh pemerintah Tsar karena terlibat dalam kelompok diskusi politik yang dianggap subversif. Dostoevsky dan rekan-rekannya dijatuhi hukuman mati, namun di menit-menit terakhir, eksekusi mereka dibatalkan. Sebagai gantinya, ia dihukum kerja paksa selama empat tahun di Siberia, diikuti dengan wajib militer. Pengalaman ini menjadi salah satu momen paling penting dalam hidup Dostoevsky. Â
Selama masa pengasingannya, Dostoevsky mengalami penderitaan fisik dan mental yang luar biasa. Ia menyaksikan kekejaman manusia di kamp kerja paksa, namun juga menemukan kekuatan baru dalam keyakinannya. Alkitab menjadi satu-satunya bacaan yang diizinkan selama ia di penjara, dan teks-teks ini sangat memengaruhi cara pandangnya terhadap kehidupan, dosa, dan penebusan. Setelah kembali dari Siberia pada tahun 1854, Dostoevsky bertekad untuk menyalurkan semua pengalamannya ke dalam tulisan. Â
Periode pasca-Siberia adalah masa yang penuh produktivitas sekaligus pergolakan pribadi bagi Dostoevsky. Ia kembali ke St. Petersburg dan mulai menulis karya-karya yang membahas tema besar seperti moralitas, kebebasan, dan penderitaan manusia. Dalam novel Crime and Punishment (1866), misalnya, Dostoevsky menggali konflik batin seorang mahasiswa miskin yang membunuh seorang rentenir untuk membuktikan teorinya tentang moralitas. Novel ini tidak hanya menarik bagi para pembaca, tetapi juga mengilustrasikan Dostoevsky sebagai salah satu penulis terbesar pada masanya. Â
Namun, di balik kesuksesannya, Dostoevsky terus berjuang melawan masalah kesehatan dan kesulitan keuangan. Ia menderita epilepsi, penyakit yang telah mengganggunya sejak usia muda. Serangan epilepsi sering datang tiba-tiba, membuatnya merasa tak berdaya dan rentan. Penyakit ini juga memengaruhi kesehatan mentalnya, memunculkan kecemasan dan depresi yang mendalam. Â
Selain itu, kebiasaan berjudi Dostoevsky memperburuk situasi keuangannya. Ia sering kehilangan uang dalam jumlah besar di meja judi, bahkan harus melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari utang. Dalam kondisi ini, ia menulis beberapa karyanya yang paling terkenal, termasuk The Idiot (1869), yang menggambarkan seorang pria idealis dengan hati murni namun terjebak dalam dunia yang penuh kekejaman. Â
Meskipun hidupnya penuh kesulitan, Dostoevsky tidak pernah berhenti menulis. Ia terus menciptakan karya-karya yang menggali sisi gelap dan terang jiwa manusia. Karya terakhirnya, The Brothers Karamazov (1880), dianggap sebagai puncak kariernya. Novel ini menggambarkan cerita soal kepercayaan, tanggung jawab moral, dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Â
Namun, kesehatan Dostoevsky semakin memburuk pada tahun-tahun terakhir hidupnya. Serangan epilepsi yang semakin parah, ditambah dengan komplikasi penyakit jantung, melemahkan tubuhnya. Pada 9 Februari 1881, setelah menderita serangan jantung yang dipicu oleh kondisi kronisnya, Fyodor Dostoevsky meninggal dunia di St. Petersburg. Ia meninggalkan seorang istri, Anna Grigoryevna, dan empat anak. Â
Kematian Dostoevsky meninggalkan duka mendalam bagi para pembaca dan pecinta dunia sastra. Ribuan orang menghadiri pemakamannya, menunjukkan betapa besar pengaruhnya terhadap masyarakat Rusia. Karya-karyanya terus hidup, menjadi inspirasi bagi generasi penulis, filsuf, dan pemikir di seluruh dunia. Â
Fyodor Dostoevsky adalah simbol perjuangan manusia melawan penderitaan, pencarian makna, dan kekuatan iman. Dalam hidupnya yang penuh cobaan, ia menemukan cara untuk mengubah rasa sakit menjadi seni, dan melalui karyanya, ia mengajarkan kepada dunia bahwa penderitaan bukanlah akhir, melainkan jalan menuju penebusan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H