Selain itu, kebiasaan berjudi Dostoevsky memperburuk situasi keuangannya. Ia sering kehilangan uang dalam jumlah besar di meja judi, bahkan harus melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari utang. Dalam kondisi ini, ia menulis beberapa karyanya yang paling terkenal, termasuk The Idiot (1869), yang menggambarkan seorang pria idealis dengan hati murni namun terjebak dalam dunia yang penuh kekejaman. Â
Meskipun hidupnya penuh kesulitan, Dostoevsky tidak pernah berhenti menulis. Ia terus menciptakan karya-karya yang menggali sisi gelap dan terang jiwa manusia. Karya terakhirnya, The Brothers Karamazov (1880), dianggap sebagai puncak kariernya. Novel ini menggambarkan cerita soal kepercayaan, tanggung jawab moral, dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Â
Namun, kesehatan Dostoevsky semakin memburuk pada tahun-tahun terakhir hidupnya. Serangan epilepsi yang semakin parah, ditambah dengan komplikasi penyakit jantung, melemahkan tubuhnya. Pada 9 Februari 1881, setelah menderita serangan jantung yang dipicu oleh kondisi kronisnya, Fyodor Dostoevsky meninggal dunia di St. Petersburg. Ia meninggalkan seorang istri, Anna Grigoryevna, dan empat anak. Â
Kematian Dostoevsky meninggalkan duka mendalam bagi para pembaca dan pecinta dunia sastra. Ribuan orang menghadiri pemakamannya, menunjukkan betapa besar pengaruhnya terhadap masyarakat Rusia. Karya-karyanya terus hidup, menjadi inspirasi bagi generasi penulis, filsuf, dan pemikir di seluruh dunia. Â
Fyodor Dostoevsky adalah simbol perjuangan manusia melawan penderitaan, pencarian makna, dan kekuatan iman. Dalam hidupnya yang penuh cobaan, ia menemukan cara untuk mengubah rasa sakit menjadi seni, dan melalui karyanya, ia mengajarkan kepada dunia bahwa penderitaan bukanlah akhir, melainkan jalan menuju penebusan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H