Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca, Penulis dan Analis Sosial

Hidup dimulai dari mimpi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kebakaran Hutan di Los Angeles. Bagaimana sekarang?

18 Januari 2025   05:30 Diperbarui: 18 Januari 2025   00:54 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebakaran hutan di Los Angeles, California, yang kejadiannya bermula pada Selasa, tanggal 7 Januari 2025, perlahan-lahan berubah menjadi salah satu bencana paling menghancurkan dalam sejarah kota tersebut. Hingga Kamis malam, tanggal 16 Januari 2025, jumlah korban jiwa telah mencapai 27 orang, sementara 31 lainnya masih dinyatakan hilang. Dua kebakaran besar, Eaton dan Palisades, telah menghancurkan lebih dari 12.000 bangunan dan menghanguskan sekitar 40.000 hektare lahan, sebuah area yang hampir tiga kali luas Pulau Manhattan.

Api yang Muncul dan Melahap Segalanya

Kebakaran awalnya muncul di LA County, daerah yang telah lama menghadapi ancaman kebakaran hutan akibat musim kering yang berkepanjangan. Namun, api dengan cepat menyebar, didorong oleh angin Santa Ana yang terkenal kencang. Dengan kecepatan hingga 100 mil per jam, angin ini membawa kobaran api melewati perbukitan dan langsung menuju kawasan pemukiman. Dalam hitungan jam, api yang awalnya kecil telah melalap rumah-rumah mewah, jalan-jalan utama, hingga area perkotaan.

Dilansir dari Kompas.com, Seorang penduduk lokal, Sarah Martinez, mengingat betul bagaimana api tiba-tiba mendekat ke rumahnya di Palisades. "Langit berubah merah gelap, dan bau asap terasa begitu pekat. Kami hanya punya beberapa menit untuk kabur. Rasanya seperti mimpi buruk," ceritanya sambil menahan air mata.

Tak hanya rumah penduduk yang terkena dampak, tetapi juga area yang menjadi habitat penting flora dan fauna. Pepohonan kering menjadi bahan bakar sempurna bagi api, dan binatang liar terpaksa melarikan diri ke tempat yang lebih aman.

Awal Terjadinya Kebakaran

Ketika api mulai menyebar, ribuan warga segera diperintahkan untuk mengungsi. Tempat-tempat penampungan sementara dibuka di berbagai lokasi, tetapi tidak semua orang berhasil mencapai tempat aman tepat waktu. Beberapa keluarga harus menghadapi kehilangan yang tak terbayangkan.

Kepanikan semakin meningkat ketika jaringan komunikasi dan listrik di beberapa area terputus. Jalur evakuasi pun sering kali terhambat oleh jalan yang tertutup api atau puing-puing. Para petugas pemadam kebakaran bekerja siang dan malam untuk menahan laju api, tetapi angin Santa Ana terus memperburuk situasi.

John Miller, seorang petugas pemadam kebakaran, menggambarkan momen itu sebagai salah satu yang paling sulit dalam kariernya. "Anginnya sangat kencang, dan api bergerak seperti monster. Kami melakukan yang terbaik, tetapi kadang-kadang kami merasa kalah oleh kekuatannya," katanya.

Korban Jiwa dan Materil

Pada akhir pekan pertama, laporan mulai muncul tentang jumlah korban jiwa. Hingga Kamis malam (16/1), total korban meninggal dunia telah mencapai 27 orang, terdiri dari 17 korban di kebakaran Eaton dan 10 di kebakaran Palisades. Sementara itu, 31 orang lainnya masih hilang, termasuk 24 dari kebakaran Eaton dan 7 dari Palisades.

Departemen Kepolisian Los Angeles melaporkan bahwa jumlah orang yang hilang di Palisades adalah lima, bukan tujuh seperti yang disebutkan Departemen Sheriff Kabupaten Los Angeles. Perbedaan angka ini menunjukkan betapa sulitnya koordinasi di tengah situasi darurat seperti ini.

Pihak berwenang terus mencari korban dengan bantuan anjing pelacak. Kepala Kepolisian Los Angeles, Jim McDonnell, menyatakan bahwa pencarian dilakukan dengan penuh penghormatan kepada keluarga korban. "Kami berusaha menemukan jenazah, sehingga keluarga bisa mendapatkan kepastian," ujarnya.

Selain korban jiwa, kebakaran ini juga meninggalkan jejak kehancuran ekonomi yang luar biasa. AccuWeather memperkirakan total kerugian mencapai 250 hingga 275 miliar dolar AS, setara dengan Rp 4.092 hingga Rp 4.500 triliun. Angka ini bahkan melampaui kerugian akibat Badai Sandy pada 2012 (210 miliar dolar AS) dan Badai Harvey pada 2017 (230 miliar dolar AS).

Kerugian ini mencakup kerusakan pada rumah, bangunan komersial, infrastruktur, hingga kerugian pendapatan bisnis. Para ahli menyebut bahwa dampak jangka panjangnya bisa lebih buruk, mengingat banyaknya penduduk yang kehilangan rumah dan pekerjaan. Industri asuransi pun menghadapi tekanan besar dengan jumlah klaim yang terus meningkat.

Jonathan Porter, kepala meteorologi AccuWeather, menyebutkan bahwa skala kehancuran ini tak pernah terbayangkan sebelumnya. "Angin membawa api ke kawasan pemukiman dengan rumah-rumah bernilai jutaan dolar. Kehancurannya sangat memilukan," katanya.

Pencarian Harapan di Tengah Kegelapan

Di tengah situasi ini, ada kisah-kisah kecil tentang harapan dan solidaritas. Ribuan relawan datang dari berbagai wilayah untuk membantu korban. Mereka menyediakan makanan, pakaian, dan tempat tinggal sementara bagi mereka yang kehilangan segalanya.

Banyak warga juga memanfaatkan media sosial untuk menawarkan bantuan, seperti menyediakan tempat penampungan bagi keluarga yang membutuhkan. Di beberapa komunitas, orang-orang berkumpul untuk memberikan dukungan moral, membuktikan bahwa di tengah bencana, kemanusiaan masih menjadi kekuatan utama.

Namun, para korban masih menghadapi jalan panjang untuk pulih. Banyak yang kehilangan kenangan berharga, dari foto keluarga hingga barang-barang sentimental lainnya. Bagi mereka, tidak ada jumlah uang yang bisa menggantikan apa yang telah hilang.

Tragedi Pengingat

Kebakaran ini bukan hanya sebuah tragedi, tetapi juga peringatan akan ancaman yang semakin besar akibat perubahan iklim. Cuaca ekstrem, musim panas yang semakin panjang, dan pengelolaan lahan yang tidak bijak menjadi faktor-faktor utama yang memicu kebakaran hutan seperti ini.

Para ahli menyerukan perlunya langkah-langkah mitigasi yang lebih serius, seperti meningkatkan pengelolaan hutan, memberlakukan aturan yang lebih ketat di kawasan rawan kebakaran, serta berinvestasi dalam teknologi pemadam kebakaran. Selain itu, edukasi kepada masyarakat tentang cara menghadapi kebakaran hutan juga menjadi kunci penting.

Tragedi kebakaran hutan di Los Angeles adalah cerita tentang kehancuran, dam gotong royong dari warga yang saling membantu hingga petugas pemadam kebakaran yang mempertaruhkan nyawa mereka, tragedi ini menunjukkan bahwa di tengah kegelapan, masih ada cahaya. Ketika alam menggugat, tidak ada yang bisa menghindarinya. Kita hanya bisa belajar, beradaptasi, dan bekerja sama untuk memastikan bahwa tragedi seperti ini tidak terulang kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun