Namun, meskipun falsifiabilitas memberikan pendekatan yang sangat berharga dalam memvalidasi teori ilmiah, kritik terhadapnya muncul karena beberapa teori ilmiah yang sangat berguna tidak mudah diuji atau bahkan tidak dapat diuji dalam pengertian praktis. Misalnya, dalam beberapa cabang ilmu sosial atau teori kosmologi yang melibatkan peristiwa yang tidak dapat diulang atau diuji dengan mudah, falsifiabilitas bisa sulit diterapkan. Oleh karena itu, meskipun falsifiabilitas menjadi pedoman yang penting dalam filsafat sains, ia tetap memiliki keterbatasan dalam beberapa bidang.
Realisme Ilmiah
Realisme ilmiah adalah pandangan dalam filsafat sains yang menyatakan bahwa dunia yang dipelajari oleh ilmu itu nyata dan eksis terlepas dari pengamatan manusia. Dalam pandangan ini, realitas di luar pikiran manusia tidak tergantung pada persepsi atau pengamatan kita. Dengan kata lain, dunia ini ada dan memiliki sifat-sifat tertentu, baik kita mengamatinya atau tidak. Realisme ilmiah berpendapat bahwa teori-teori ilmiah menggambarkan kenyataan yang ada di luar dunia manusia dan bahwa penemuan ilmiah memberi kita pemahaman yang semakin akurat tentang dunia ini.
Penganut realisme ilmiah berargumen bahwa teori-teori ilmiah yang telah terbukti dengan eksperimen dan bukti adalah representasi yang benar dari dunia nyata. Mereka percaya bahwa konsep-konsep seperti atom, partikel subatomik, dan galaksi benar-benar ada meskipun kita tidak selalu dapat melihatnya secara langsung. Sebagai contoh, meskipun kita tidak dapat melihat atau meraba atom, teori ilmiah tentang atom dan percobaan-percobaan yang mendukungnya memberi kita gambaran yang jelas bahwa atom itu ada dan berperilaku sesuai dengan hukum-hukum fisika.
Namun, kritik terhadap realisme ilmiah muncul dari pandangan yang lebih skeptis tentang kemampuan ilmu untuk mengetahui kenyataan secara objektif. Beberapa filsuf berpendapat bahwa ilmu hanya memberi kita gambaran tentang bagaimana dunia tampak bagi kita, bukan tentang dunia itu sendiri. Pandangan ini dikenal sebagai antirealisme atau idealisme, yang berargumen bahwa kita tidak pernah bisa tahu dunia secara langsung, karena segala pengetahuan kita tentang dunia selalu dipengaruhi oleh persepsi dan teori-teori yang kita gunakan untuk memahaminya.
Implikasi Etis dan Ontologis dari Temuan Ilmiah
Filsafat sains juga mempertanyakan implikasi etis dan ontologis dari temuan ilmiah. Penemuan ilmiah sering kali membawa dampak besar bagi kehidupan manusia, baik dalam hal teknologi, kesehatan, maupun pemahaman kita tentang alam semesta. Namun, di balik penemuan tersebut, ada pertanyaan tentang bagaimana pengetahuan ilmiah digunakan dan apa dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.
Misalnya, dalam bidang bioteknologi, perkembangan ilmiah yang memungkinkan rekayasa genetika dapat membawa manfaat besar dalam pengobatan dan pertanian. Namun, hal ini juga menimbulkan pertanyaan etis tentang sejauh mana manusia seharusnya "memainkan peran Tuhan" dengan mengubah organisme hidup. Demikian pula, penemuan dalam fisika dan kosmologi membuka pemahaman yang lebih dalam tentang alam semesta, tetapi juga dapat menantang pandangan-pandangan agama dan filosofi tentang tempat manusia dalam alam semesta.
Selain itu, filsafat sains juga berurusan dengan pertanyaan ontologis, yaitu pertanyaan tentang apa yang benar-benar ada dan bagaimana penemuan ilmiah mengubah pandangan kita tentang dunia. Misalnya, penemuan tentang evolusi dan asal-usul kehidupan mengubah pandangan kita tentang keberadaan spesies dan hubungan antar makhluk hidup. Begitu juga dengan penemuan dalam fisika kuantum, yang merombak pandangan kita tentang sifat materi dan energi.
Secara keseluruhan, filsafat sains tidak hanya berfokus pada bagaimana ilmu bekerja, tetapi juga pada dampaknya terhadap pemahaman kita tentang dunia dan bagaimana ilmu itu digunakan. Ia membantu kita melihat bahwa ilmu pengetahuan bukan hanya tentang penemuan-penemuan objektif, tetapi juga tentang bagaimana pengetahuan tersebut berinteraksi dengan nilai-nilai, etika, dan pandangan dunia yang lebih besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H