Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tripartite Pact, Awal Kebangkitan Poros Berlin-Roma-Tokyo Periode Perang Dunia Kedua

4 Desember 2024   08:30 Diperbarui: 4 Desember 2024   08:36 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perserikatan Tiga Rezim Totaliter Nazi Jerman-Jepang-Italia, 1940. (Image source: ww2incolour.com)

Perserikatan Tiga Rezim Totaliter Nazi Jerman-Jepang-Italia, 1940. (Image source: ww2incolour.com)
Perserikatan Tiga Rezim Totaliter Nazi Jerman-Jepang-Italia, 1940. (Image source: ww2incolour.com)

Konsolidasi Kekuatan Tiga Kepala Rezim Totaliter.

Setelah Tripartit Pact ditandatangani, ketiga negara mulai mengkonsolidasikan kekuatan mereka. Jerman, dengan teknologi dan taktik militernya yang superior, menjadi pemimpin de facto dalam aliansi ini. Operasi Blitzkrieg, yang berarti perang kilat, menjadi senjata utama Jerman dalam memperluas kekuasaannya di Eropa.  

Di sisi lain, Italia memanfaatkan aliansi ini untuk melancarkan kampanye di Afrika Utara dan Balkan. Namun, meski ambisi Mussolini besar, pasukan Italia sering kali bergantung pada bantuan Jerman untuk mencapai keberhasilan. Salah satu contoh paling mencolok adalah invasi Yunani, di mana pasukan Italia mengalami kekalahan memalukan hingga Jerman harus turun tangan.

Sementara itu, Jepang memanfaatkan situasi di Eropa untuk memperluas kekuasaannya di Asia. Dengan perhatian Amerika Serikat yang terpecah antara Eropa dan Pasifik, Jepang melancarkan invasi besar-besaran ke China dan Asia Tenggara. Serangan mereka ke Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 menjadi puncak agresi ini, menarik Amerika Serikat ke dalam perang dan memperluas konflik menjadi perang dunia sejati.

Pembagian Wilayah Kekuasaan.

Meski Tripartit Pact membagi dunia menjadi tiga zona pengaruh, realitas di lapangan jauh lebih rumit. Ketegangan mulai muncul ketika ambisi salah satu pihak mengancam pihak lainnya. Jerman, misalnya, mulai menunjukkan keinginan untuk mengendalikan Timur Tengah dan Kaukasus, wilayah yang juga diincar Jepang sebagai sumber minyak dan bahan mentah.  

Selain itu, Italia sering kali menjadi beban dalam aliansi ini. Mussolini, dengan militernya yang kurang terlatih dan peralatan yang usang, tidak mampu memenuhi ambisinya di Mediterania tanpa bantuan Jerman. Ketegangan internal ini membuat aliansi mereka lebih terlihat seperti hubungan transaksional daripada persahabatan sejati.

Alur Strategi melalui Gerak Terkonsolidasi.

Tripartit Pact dirancang untuk menciptakan ilusi kekuatan yang tak terhentikan. Strategi mereka adalah menyerang dari berbagai arah untuk memecah fokus Sekutu. Jerman akan mendominasi Eropa Barat dan Utara, Italia berusaha menguasai Mediterania dan Afrika Utara, sementara Jepang akan menghancurkan kekuatan kolonial di Asia.  Namun, dalam praktiknya, strategi ini sering kali tidak berjalan seperti yang direncanakan. 

Pertama, kegagalan Jerman dan Front Timur. Keputusan Hitler untuk melancarkan Operasi Barbarossa pada 1941 adalah titik balik yang fatal. Dengan menyerang Uni Soviet, Jerman membuka perang dua front yang tidak dapat mereka tangani. Meskipun mereka sempat mencapai gerbang Moskow, musim dingin Rusia yang brutal dan perlawanan Tentara Merah yang sengit memaksa Jerman mundur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun