Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Psikologi Forensik ala Sherlock Holmes

2 Desember 2024   15:27 Diperbarui: 2 Desember 2024   15:34 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sherlock Holmes sedang melakukan analisa forensik (image source: BBC)

Salah satu langkah yang dilakukan dalam investigasi kejadian kriminal, ialah menguak Rahasia Pikiran Kriminal dengan mengunakan pendekatan psikologis. Sherlock Holmes, si detektif cerdas dengan kemampuan yang nyaris supranatural, selalu bikin kita kagum. Dia nggak Cuma andal dalam mencari jejak, membaca bukti, atau menarik kesimpulan logis dari hal-hal kecil, tapi dia juga jago banget memahami pola pikir manusia. Salah satu senjata rahasianya adalah pemahaman yang mendalam tentang psikologi forensik, atau ilmu yang mempelajari perilaku dan pola pikir kriminal.

Tapi tunggu, apa sih sebenarnya psikologi forensik itu? Singkatnya, ini adalah gabungan antara psikologi dan hukum. Psikologi forensik membantu kita memahami bagaimana pikiran seorang kriminal bekerja, tentang kenapa mereka melakukan kejahatan, apa yang memotivasi mereka, dan gimana caranya mereka mengambil keputusan. Dan Holmes? Dia adalah praktisi psikologi forensik jauh sebelum istilah ini populer.

Mari kita telusuri lebih dalam gimana Sherlock Holmes menggunakan psikologi forensik untuk memecahkan kasus. Tenang aja, bahasannya santai kok, kayak ngobrol di kedai kopi sambil ngegosipin tokoh kriminal fiksi yang bikin penasaran.

Mengenal Psikologi Forensik ala Holmes

Holmes selalu percaya bahwa memahami pikiran kriminal itu sama pentingnya dengan mengumpulkan bukti fisik. Menurut dia, kejahatan itu nggak pernah muncul tiba-tiba. Selalu ada alasan di balik tindakan kriminal, dan tugas seorang detektif adalah memahami kenapa pelaku melakukan hal tersebut.

Sebagai contoh, Holmes pernah bilang, "When you have eliminated the impossible, whatever remains, however improbable, must be the truth." Tapi gimana caranya dia sampai ke "kebenaran" itu? Jawabannya adalah dengan membaca emosi, pola pikir, dan motivasi manusia.

Holmes dan Pemahaman Emosi Kriminal

Sherlock Holmes punya kemampuan luar biasa dalam membaca emosi seseorang, bahkan dari tanda-tanda kecil. Dia bisa menangkap kegelisahan, rasa bersalah, atau niat buruk hanya dengan memperhatikan bahasa tubuh, nada suara, atau ekspresi wajah. Sebagai Contoh dalan kasus, "The Adventure of the Speckled Band". Dalam cerita ini, seorang wanita bernama Helen Stoner datang ke Holmes dengan rasa takut yang besar. Holmes langsung memperhatikan gestur tubuhnya---tangan gemetar, nada suara yang gugup, dan cara dia terus-menerus melirik ke pintu. Dari situ, Holmes menyimpulkan bahwa Helen merasa terancam oleh seseorang yang sangat dekat dengannya, yaitu ayah tirinya.

Holmes tahu bahwa ketakutan yang begitu besar nggak muncul tanpa sebab. Dia menggunakan pemahaman emosional ini untuk menggali lebih dalam dan akhirnya menemukan cara pembunuhan unik menggunakan ular berbisa. Eengan demikian Emosi sering kali menjadi pintu masuk untuk memahami apa yang terjadi di balik sebuah kejahatan.

Membaca Motif dan Pola Pikir Kriminal

Bagi Holmes, setiap tindakan kriminal punya motif, dan memahami motif itu adalah kunci untuk memecahkan kasus. Dia tahu bahwa manusia nggak bertindak tanpa alasan, bahkan ketika mereka tampak impulsif. Sebagai contoh dalam kasus "The Adventure of the Cardboard Box". Holmes harus memecahkan misteri di balik sebuah paket berisi telinga manusia yang dikirim ke seorang wanita tua. Kasus ini kelihatannya sangat aneh dan tanpa alasan yang jelas, tapi Holmes tahu bahwa tindakan sekejam itu pasti punya akar emosional yang dalam.

Holmes menggali latar belakang korban dan menemukan bahwa ini adalah tindakan balas dendam atas perselingkuhan. Dengan kata lain, motif pelaku adalah kombinasi antara rasa marah, sakit hati, dan penghinaan. Holmes menggunakan pengetahuannya tentang psikologi manusia untuk mengidentifikasi siapa yang mungkin memiliki emosi sekuat itu terhadap korban. Di balik setiap kejahatan, ada motif manusiawi entah itu cinta, balas dendam, atau keserakahan.

Menggunakan Psikologi untuk Memanipulasi Pelaku

Salah satu trik terbaik Holmes adalah bagaimana dia sering memanfaatkan psikologi untuk memanipulasi pelaku agar mengungkapkan kebenaran. Dia tahu kapan harus bermain ramah, kapan harus mengancam, dan kapan harus diam untuk membuat pelaku merasa terpojok. Sebaai contoh dalam kasus "The Adventure of the Devil's Foot". Di cerita ini, Holmes menghadapi kasus kematian misterius yang terjadi di dalam rumah tertutup. Korban ditemukan dengan ekspresi ketakutan luar biasa di wajahnya. Untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Holmes memutuskan untuk mencoba metode yang digunakan pelaku---membakar zat beracun di ruangan tertutup.

Holmes kemudian menghadapi pelaku dan menggunakan hasil eksperimennya sebagai bukti psikologis. Dia menjelaskan dengan tenang bagaimana pelaku menciptakan rasa takut yang begitu besar, dan saat pelaku menyadari bahwa Holmes tahu segalanya, dia akhirnya mengaku. Kadang, memahami psikologi pelaku bisa memberikan cara untuk "memancing" mereka keluar dari persembunyiannya.

Holmes dan Profiling Kriminal Modern

Sebelum ada istilah criminal profiling, Holmes udah melakukannya. Dia sering membuat profil lengkap tentang pelaku kejahatan berdasarkan pola perilaku, latar belakang, dan psikologi mereka. Sebagai contoh dalam kasus "The Hound of the Baskervilles". Dalam cerita ini, Holmes menghadapi kasus yang melibatkan legenda anjing iblis yang meneror keluarga Baskerville. Tapi Holmes nggak percaya pada hal-hal mistis. Dia menganalisis pola serangan, latar belakang keluarga, dan jejak yang ditemukan di lokasi kejadian untuk membuat profil pelaku.

Dari situ, dia menyimpulkan bahwa pelaku adalah seseorang yang sangat terobsesi dengan warisan keluarga Baskerville dan rela melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Profil ini membantunya mempersempit daftar tersangka dan akhirnya menemukan pelaku sebenarnya. Membuat profil kriminal bukan hanya tentang fakta fisik, tapi juga memahami motivasi psikologis mereka.

Holmes dan Pemahaman tentang Kebohongan

Salah satu kemampuan Holmes yang paling menonjol adalah mendeteksi kebohongan. Dia tahu bahwa orang yang berbohong sering meninggalkan "jejak" kecil, entah itu dalam bahasa tubuh, intonasi, atau cara mereka memilih kata. Sebagai contoh dalam kasus "The Adventure of the Beryl Coronet". Dalam cerita ini, seorang pria dituduh mencuri mahkota berharga milik ayahnya. Tapi Holmes melihat kejanggalan dalam kesaksian orang-orang di sekitar kasus itu. Dia memperhatikan bahwa seorang wanita tertentu menunjukkan tanda-tanda ketidakjujuran, seperti menghindari kontak mata dan berbicara dengan nada defensif.

Holmes menggali lebih dalam dan akhirnya menemukan bahwa wanita ini sebenarnya memiliki hubungan rahasia dengan pencuri asli. Dengan menganalisis kebohongan kecil itu, Holmes berhasil membongkar kebenaran besar. Kebohongan selalu meninggalkan jejak---dan tugas kita adalah menemukannya.

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Holmes tentang Psikologi Forensik?

Sherlock Holmes menunjukkan kepada kita bahwa psikologi forensik itu nggak Cuma soal memahami pelaku, tapi juga soal memahami manusia secara umum. Beberapa pelajaran penting dari pendekatan Holmes Pertama, Perhatikan Detail Kecil. Bahasa tubuh, nada suara, atau kata-kata yang dipilih seseorang bisa memberikan petunjuk besar tentang apa yang mereka pikirkan. Kedua, Pahami Emosi di Balik Tindakan.Setiap tindakan manusia termasuk kejahatan selalu punya emosi yang mendasarinya. Rasa marah, takut, atau cinta sering kali menjadi kunci. Ketiga, Jangan Langsung Menilai. Holmes selalu menganalisis bukti sebelum membuat kesimpulan. Dia menghindari prasangka dan hanya fokus pada fakta. Keempat, Gunakan Psikologi sebagai Alat, Bukan Senjata. Holmes tidak pernah menggunakan psikologi untuk menyakiti, tapi untuk mencari kebenaran.

Psikologi forensik adalah salah satu alat terpenting yang dimiliki Sherlock Holmes. Dengan kemampuannya memahami pikiran manusia, dia bisa menyelesaikan kasus yang tampaknya mustahil. Yang menarik, banyak teknik Holmes yang sebenarnya bisa kita gunakan di kehidupan sehari-hari bukan untuk menangkap penjahat, tapi untuk memahami orang-orang di sekitar kita.

Jadi, kalau kamu ingin belajar sesuatu dari Holmes, mulailah dengan memperhatikan lebih dalam, bertanya "kenapa," dan selalu mencoba memahami apa yang ada di balik tindakan seseorang. Siapa tahu, sedikit psikologi forensik bisa membantumu menghadapi misteri kehidupan sehari-hari!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun