Indonesia adalah negara kepulauan dengan salah satu garis pantai terpanjang di dunia dan beragam keindahan bawah laut yang memukau. Sayangnya, banyak potensi wisata bahari yang belum tergarap secara maksimal, terutama yang terkait dengan ekowisata atau wisata berkelanjutan. Negara seperti Kosta Rika menjadi contoh bagaimana wisata berkelanjutan bisa berjalan dengan baik.Â
Dengan fokus pada pelestarian lingkungan, Kosta Rika menarik wisatawan yang tertarik pada pengalaman alam yang bertanggung jawab. Mereka memiliki program-program edukasi tentang lingkungan yang melibatkan pengunjung dalam kegiatan konservasi.
Di Indonesia, kawasan seperti Raja Ampat di Papua Barat dan Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur memiliki daya tarik besar untuk ekowisata bahari. Namun, untuk menjaga keindahan dan kelestariannya, perlu dikembangkan regulasi yang mendukung konservasi.Â
Misalnya, membatasi jumlah wisatawan di daerah-daerah sensitif, menerapkan standar ketat untuk sampah, dan melarang kegiatan-kegiatan yang bisa merusak ekosistem laut, seperti penggunaan sunscreen yang berbahaya bagi terumbu karang.
Di samping itu, wisata bahari dapat diperkaya dengan kegiatan-kegiatan edukasi, seperti kelas menyelam yang bertanggung jawab, kursus konservasi terumbu karang, atau tour keliling hutan mangrove. Melibatkan masyarakat lokal sebagai pemandu atau penyedia layanan dapat memastikan bahwa manfaat ekonomi tersebar ke komunitas lokal dan membantu meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
 3. Agritourism
Agritourism, atau wisata pertanian, adalah bentuk pariwisata yang mengajak pengunjung untuk terlibat langsung dalam aktivitas pertanian. Negara-negara seperti Jepang dan Italia telah mengembangkan agritourism sebagai sumber pendapatan yang menjanjikan. Di Jepang, wisatawan dapat merasakan pengalaman bertani di desa-desa, seperti menanam padi atau memanen sayuran. Italia pun terkenal dengan wisata kebun anggur, di mana pengunjung bisa merasakan pengalaman memanen anggur dan membuat wine.
Indonesia memiliki kekayaan alam dan pertanian yang melimpah, mulai dari perkebunan kopi di Sumatra dan Jawa hingga sawah berundak di Bali dan desa apel di Batu, Malang. Dengan mengembangkan agritourism, wisatawan bisa mendapatkan pengalaman langsung bertani, memetik kopi, atau bercocok tanam di sawah. Ini tidak hanya memberi pengalaman yang autentik bagi wisatawan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi petani lokal.
Salah satu potensi besar adalah memperkenalkan proses pembuatan kopi dari hulu hingga hilir, di mana wisatawan bisa melihat proses tanam, panen, pengeringan, hingga pengolahan kopi. Dengan semakin tingginya minat masyarakat global pada kopi, wisata edukasi seperti ini dapat menarik banyak turis, terutama yang tertarik pada budaya kopi Indonesia yang mendunia.