Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Raffi Ahmad, Selebriti yang Menembus Batasan Dunia Politik Tanah Air

8 Oktober 2024   01:15 Diperbarui: 8 Oktober 2024   06:25 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raffi Ahmad di Debat Pilpres 2024. sumber gambar: JPNN.com

Dalam banyak hal, Raffi Ahmad adalah representasi dari bagaimana selebritas digunakan sebagai simbol kesuksesan dalam berbagai bidang, bahkan dalam konteks akademik yang seharusnya memiliki standar yang lebih kaku dan terukur.

Namun, kita juga perlu mengakui bahwa Raffi Ahmad bukan hanya sekadar selebritas. RANS Entertainment menjadi salah satu perusahaan media dan hiburan terbesar di Indonesia. Kesuksesannya sebagai pengusaha tidak bisa dipandang sebelah mata, dan dalam hal ini, penghargaan yang ia terima mungkin memang pantas. Tapi spekulasi tentang apakah popularitasnya yang besar dapat dijadikan alasan utama untuk memberikannya gelar kehormatan, atau apakah pencapaian bisnisnya yang menjadi faktor penentu akan selalu jadi pertanyaan di hadapan publik dan masyarakat.

Selain dalam dunia akademik, peran Raffi Ahmad di bidang ekonomi dan politik juga menunjukkan bagaimana popularitas selebritas digunakan untuk mempengaruhi opini publik. Sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia yang akan datang, Raffi tentu jadu memiliki tanggung jawab besar dalam mengembangkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Penunjukan ini menimbulkan anggapan tentang keputusan tersebut didasarkan pada kompetensi Raffi sebagai pengusaha, atau hanya memanfaatkan daya tariknya sebagai figur publik untuk kepentingan Kadin.

Begitu pula dalam ranah politik, di mana Raffi ditunjuk sebagai ketua tim pemenangan pasangan calon di Pilkada Banten 2024. Peran strategis ini menunjukkan bagaimana dunia politik semakin mengintegrasikan selebritas dalam strategi kampanye. 

Raffi Ahmad, dengan basis penggemar yang luas, tentu menjadi sosok yang dapat mendongkrak popularitas calon yang diusung. Namun, apakah keterlibatan Raffi dalam dunia politik ini benar-benar didasarkan pada kapasitasnya untuk memimpin kampanye atau hanya sekadar memanfaatkan statusnya sebagai selebritas untuk menarik perhatian pemilih?

Kontroversi seputar gelar kehormatan Raffi Ahmad juga memberikan pelajaran penting bagi masyarakat tentang bagaimana kita memandang otoritas dan keabsahan gelar akademik. Dalam era digital, di mana informasi dapat dengan mudah diakses dan diperiksa, kredibilitas institusi dan individu harus dipertahankan dengan jujur dan adil, juga memastikan akuntabilitas yang baik. Hasil penelusuran yang telah dilakukan oleh pihak media dan individu seperti Niar Ibrahim Rose menunjukkan bahwa klaim-klaim akademik yang tidak didukung dengan bukti yang valid akan terus terlihat tidak masuk akal dan mencurigakan.

Selebritas seperti Raffi Ahmad memiliki peran yang besar dalam membentuk persepsi publik tentang kesuksesan, pendidikan, dan politik. Namun, kita juga harus ingat bahwa popularitas dan prestasi di dunia hiburan tidak selalu setara dengan kompetensi dalam ranah akademik atau kepemimpinan publik. Sebagai masyarakat yang cerdas, penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara mengapresiasi prestasi individu dan menuntut kesungguhan serta integritas dari setiap institusi yang terlibat.

Keterlibatan selebritas seperti Raffi Ahmad dalam politik dan ekonomi juga menimbulkan keraguan di tengah masyarakat Indonesia mulai kehilangan standar yang lebih obyektif dalam menilai pemimpin atau tokoh publik. 

Apakah kita terlalu mudah terpesona oleh popularitas dan mengabaikan kompetensi yang sebenarnya, atau apakah ini justru hanyalah bagian dari perubahan persepsi masyarakat yang seiring dengan perubahan zaman, di mana kesuksesan dan pengaruh sosial di media digital dianggap lebih penting daripada gelar akademik atau pengalaman teknis ataupun kualifikasi khusus. Masyarakat, terutama di era informasi yang semakin terbuka ini, perlu mengembangkan sikap kritis dan tidak serta merta menerima setiap klaim yang muncul tanpa verifikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun