Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Penonton Kecewa dengan Debat Pilgub Jakarta 2024, Minim Adu Gagasan dan Menunjukan Krisis Politik Jakarta

7 Oktober 2024   23:11 Diperbarui: 8 Oktober 2024   07:13 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan Ridwan-Suswono. sumber gambar: Nasional Tempo

Tidak dapat dipungkiri, Pilgub Jakarta kali ini akan menjadi barometer penting bagi kekuatan politik nasional, terutama bagi PDIP dan koalisi pemerintah Prabowo-Gibran. Pertemuan yang dikabarkan akan terjadi antara Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto kemungkinan besar akan mempengaruhi sikap politik dari para kandidat dalam Pilgub Jakarta. 

Jika PDIP akhirnya memutuskan untuk bergabung dalam pemerintahan Prabowo-Gibran, hal ini bisa memperkuat kesan bahwa Pilgub Jakarta lebih merupakan ajang pertarungan internal daripada kompetisi ideologis yang sejati.

Tidak mengherankan jika gaya debat yang minim serangan antar kandidat diprediksi akan terus berlanjut pada debat-debat berikutnya. Dalam kondisi politik yang sedemikian cair dan penuh dengan kompromi, adu gagasan mungkin bukan lagi menjadi prioritas utama bagi para kandidat.

Minimnya adu gagasan dalam debat Pilgub Jakarta 2024 bagi sebagian orang diahggap lebih dari sekadar gagasan pokok yang dapat dinikmati, tapi juga pertahanan diri dari tiap paslon untuk memulai perdebatan sengit. Debat tadi malam menunjukkan krisis yang lebih dalam dalam politik Jakarta, di mana pemilih tidak lagi disuguhkan dengan pilihan gagasan yang jelas dan berbeda. Padahal, Jakarta sebagai ibu kota negara merupakan pusat dari berbagai isu kompleks yang memerlukan solusi-solusi yang berani dan inovatif. Mulai dari masalah kemacetan, polusi udara, banjir, hingga tata kelola urban yang berkelanjutan, semuanya membutuhkan ide dan gagasan yang matang dan disajikan lewat perdebatan yang produktif.

Sayangnya, debat pertama ini menunjukkan bahwa para kandidat cenderung menghindari perdebatan substantif. Alih-alih menguji dan mengadu gagasan, mereka lebih memilih untuk menyampaikan program mereka tanpa memperhatikan perbedaan ide di antara para pesaing. Ini membuat publik sulit untuk melihat perbedaan yang signifikan antara ketiga pasangan calon.

Yang paling disayangkan, tentu saja, adalah hilangnya kesempatan bagi pemilih untuk menilai secara kritis visi dan misi dari setiap pasangan calon. Tanpa adanya perdebatan yang tajam, pemilih terpaksa harus mengandalkan janji-janji program yang disampaikan secara sepihak oleh masing-masing pasangan, tanpa adanya uji coba atau verifikasi dari pihak lawan.

Debat perdana Pilgub Jakarta 2024 meninggalkan banyak kekecewaan karena minimnya adu gagasan dan dinamika yang lemah di antara para kandidat. Ketiadaan petahana dan oposisi membuat debat ini kehilangan ketegangan yang biasa muncul dalam ajang politik sebesar Pilkada Jakarta. 

Sementara pengaruh politik nasional turut mempengaruhi sikap para kandidat yang cenderung menjaga hubungan dengan pemerintah pusat.

Jika pola ini terus berlanjut, Pilgub Jakarta 2024 mungkin kehilangan esensi dari sebuah demokrasi, di mana perdebatan ide seharusnya menjadi inti dari kompetisi politik. Bagi para pemilih Jakarta, debat-debat berikutnya harus diharapkan menjadi lebih hidup, dengan perdebatan yang lebih substansial agar kita semua bisa melihat siapa calon pemimpin terbaik untuk Jakarta yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun