Salah satu faktor yang dinilai turut berkontribusi dalam minimnya adu gagasan adalah ketiadaan petahana dalam Pilgub kali ini. Dalam Pilgub Jakarta 2017, Ahok yang kala itu menjadi petahana harus berhadapan dengan berbagai kritik tajam dari para pesaingnya.Â
Keberadaan petahana kerap kali memicu kandidat lain untuk melontarkan kritik yang tajam sebagai bentuk serangan terhadap kebijakan dan program yang telah berjalan.
Namun, dalam Pilgub 2024 ini, tidak ada petahana yang dapat menjadi sasaran kritik. Ini membuat para kandidat lebih memilih untuk memaparkan program mereka tanpa ada urgensi untuk menyerang atau mempertahankan diri dari serangan lawan.Â
Agung Baskoro menambahkan bahwa ketiadaan petahana membuat situasi menjadi lebih dingin karena tidak ada pasangan calon yang merasa perlu untuk berdebat sengit mempertahankan atau menyerang gagasan.
Selain itu, ketiga pasangan calon yang bertarung juga tidak memposisikan diri sebagai oposisi. Agung menjelaskan bahwa baik Pramono Anung-Rano Karno, Ridwan Kamil-Suswono, maupun Dharma Pongrekun-Kun Wardana memiliki hubungan atau kedekatan dengan Istana. Ridwan Kamil, misalnya, sudah lama dikenal sebagai salah satu tokoh yang memiliki kedekatan dengan lingkaran pemerintahan.Â
Begitu pula dengan Pramono Anung, yang merupakan bagian dari kabinet pemerintahan saat ini. Dharma Pongrekun, meskipun disebut-sebut sebagai pasangan independen, juga memiliki latar belakang di kepolisian yang tidak jauh dari pemerintah.
Hal ini membuat tidak ada kandidat yang secara eksplisit memposisikan diri sebagai oposisi, yang biasanya memiliki peran penting dalam membawa kritik tajam terhadap status quo. Ketiga pasangan calon justru terlihat seperti berlomba-lomba untuk menonjolkan diri sebagai kandidat yang mampu melanjutkan kebijakan pemerintah pusat, tanpa ada yang benar-benar berani tampil berbeda.
Debat Pilgub Jakarta 2024 tidak hanya menunjukan dinamika politik yang sedang terjadi di Jakarta, tetapi juga berkaitan erat dengan situasi politik nasional. Arifki Chaniago menyinggung posisi politik PDIP yang hingga kini masih belum jelas dalam pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming yang akan datang.Â
Mungkin, hal ini jadi salah satu alasan mengapa pasangan Pramono Anung-Rano Karno, yang berasal dari PDIP, terlihat enggan untuk menyerang secara tajam pasangan Ridwan Kamil-Suswono, yang juga memiliki hubungan dengan Istana.