Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Anarkhisme: Penolakan terhadap Setiap Bentuk Otoritas dan Hierarki

31 Mei 2023   22:08 Diperbarui: 31 Mei 2023   22:09 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apa yang kamu ketahui tentang Anarkisme ?

Apakah itu gerakan radikal yang mencoba memberikan kerusuhan di setiap kegiatan demonstrasi?

Aataukah itu gerakan yang seringkali melakukan vandalism dengan mencoret-coret tembok dengan logo seperti logo avenger?

Bagi saya, pandangan tentang anarko telah mengalami banyak distorsi, hal ini tentu sjaa disebabkan oleh pengaruh konotasi negative yang seringkali media identikan atas gerakan ini.

Perlu diingat, Media Berita adalah sebuah instrument bisnis, yang mempekerjakan karyawan untuk memperoleh berita dengan tajuk-tajuk berkonotasi negative, itu adalah berta dengan redaksi yang menarik. Sedangkan semua gerakan yang kadang menggunakan cara yang menyalahi aturan ketertiban yang telah diatur dalam hukum negara ataupun budaya adalah berita yang menarik bagi pembaca, dan juga menguntungkan bagi perusahaan media berita.

Secara sederhana, Anarkisme adalah ideologi yang menentang segala bentuk hierarki dan otoritas, termasuk negara, kapitalisme, dan institusi sosial lainnya. Prinsip-prinsip anarkisme mencakup kebebasan individu, solidaritas sosial, desentralisasi kekuasaan, dan otonomi masyarakat lokal. Penganut anarkisme percaya bahwa masyarakat yang ideal akan terbentuk melalui asosiasi sukarela dan persamaan, tanpa perlu ada kekuasaan pusat atau pengendali. Ada banyak tokoh yang menjadi rujukan bagi para pemikir dan gerakan Anarkhisme, diantaranya adalah William Godwin dan Mikhail Bakunin.

William Godwin, seorang pemikir yang hidup pada abad ke-18 dianggap sebagai salah satu tokoh awal dalam perkembangan pemikiran anarkis. Meskipun istilah "anarkisme" belum diperkenalkan pada zamannya, banyak dari gagasannya menjadi dasar bagi gerakan anarkis yang muncul di kemudian hari. Pandangannya  memperjuangkan kebebasan individu dan menentang otoritas negara serta hierarki sosial. Gagasan tentang Egalitarianisme dan kesetaraan masyarakat dalam kelompok individu yang ada, penghapusan stratifikasi sosial dan produksi massal lewat manajemen kesukarelaan individu dalam komunitas masyarakat yang bersifat lokal.

Dalam karyanya yang terkenal, "Enquiry Concerning Political Justice", yang ia publikasikan pada tahun 1793, Godwin menekankan pentingnya rasionalitas, keadilan, dan solidaritas sosial dalam mencapai masyarakat yang adil dan bebas. Godwin memandang bahwa kebebasan dan kemajuan sosial akan terwujud melalui penghapusan negara dan lembaga-lembaga otoriter lainnya

Godwin juga memandang penghapusan kepemilikan pribadi dan manajemen sosial berdasarkan asosiasi yang bersifat sukarela. Ia memandang bahwa dengan menggantikan kepemilikan dengan kepemilikan bersama, eksploitasi dan ketidakadilan yang terkait dengan sistem kapitalis dapat dihindari. Meski, ia mengakui bahwa perubahan sosial tidak akan terjadi dengan sendirinya. Pendidikan, rasionalitas, dan pemahaman moral akan membawa manusia menuju masyarakat yang bebas dan adil. Pemikiran Godwin juga mempengaruhi banyak tokoh anarkis berikutnya, termasuk Mikhail Bakunin dan Peter Kropotkin.

Mikhail Bakunin adalah seorang tokoh utama, yang bukunya menjadi rujukan bagi banyak mahasiswa ataupun aktivis yang berkecimpung dalam dunia pergerakan. Ia adalah slah satu tokoh politik utama dalam pemikiran ataupun gerakan anarkis. Bakunin lahir pada tahun 1814 di Pryamukhino, sebuah desa yang terletak di negara Rusia.

Mikhail Bakunin, seorang teoretikus dan aktivis anarkis, menulis sebuah esai berjudul "God and the State" (Tuhan dan Negara) pada tahun 1871. Dalam esai ini, Bakunin menyampaikan pandangannya tentang agama dan negara, serta bagaimana kedua entitas tersebut dianggapnya sebagai sumber penindasan dan penghambaan manusia. "God and the State" adalah salah satu tulisan paling terkenal dari Bakunin yang menggambarkan pandangan-pandangannya tentang agama, negara, dan kebebasan individu. Karya ini telah berpengaruh dalam perkembangan pemikiran anarkis dan mengilhami banyak aktivis dan teoretikus anarkis berikutnya.

Dalam bukunya ini, Bakunin menolak konsep Tuhan dan keyakinan agama sebagai bentuk otoritas yang mengikat dan membatasi kebebasan individu. Ia mengkritik agama sebagai alat yang digunakan oleh golongan penguasa untuk mempertahankan dan membenarkan ketidakadilan dan hierarki sosial. Bakunin berpendapat bahwa agama telah digunakan untuk mengendalikan dan menundukkan manusia, dan menghambat perkembangan bebas individu.

Bakunin juga menentang negara sebagai institusi otoriter yang memperkuat ketidakadilan dan eksploitasi. Ia menganggap negara sebagai bentuk puncak dari penindasan, dengan kekuasaan yang dipegang oleh segelintir elit yang memanfaatkannya untuk mengendalikan dan menindas rakyat. Bakunin menekankan bahwa negara harus dihancurkan dan digantikan oleh masyarakat yang terorganisir secara horizontal, berdasarkan asosiasi sukarela dan persamaan.

Bakunin memperjuangkan kebebasan individu dan solidaritas sosial sebagai prinsip-prinsip yang harus digunakan untuk menggantikan agama dan negara. Ia menekankan pentingnya membebaskan diri dari otoritas eksternal dan mencapai otonomi individu yang penuh, dalam konteks masyarakat yang didasarkan pada kesetaraan, keadilan, dan persamaan.

Dalam perkembangan pemikiran dari aliran Anarkhisme, Bakunin memiliki peran penting dalam perkembangan ideologi anarkis. Dia menolak otoritas negara dan hierarki sosial yang ada, dan memperjuangkan kebebasan individu dan masyarakat yang berdasarkan asosiasi sukarela dan persamaan. Berbeda dengan Marx, Bakunin menentang peran negara dan menganggapnya sebagai bentuk otoritas yang harus dihancurkan. Ia percaya bahwa negara proletar yang diusulkan oleh Marx akan berubah menjadi bentuk baru penindasan.

Bakunin memandang bahwa negara dan kapitalisme menyebabkan penindasan dan eksploitasi manusia, dan ia mengusulkan penghapusan negara dan kepemilikan bersama sebagai solusi, dengan konsep revolusi sosial yang menjadi salah satu konsep utama dalam pemikiran Bakuni, dan revolusi massa adalah cara terbaik untuk menggulingkan negara dan sistem kapitalis. Dia juga menekankan pentingnya solidaritas internasional dalam perjuangan melawan sistem yang ada.

Meskipun Bakunin tidak pernah melihat revolusi anarkis yang berhasil selama hidupnya, pemikirannya mempengaruhi perkembangan gerakan anarkis di masa depan. Ide-idenya tentang desentralisasi, otonomi lokal, dan penolakan terhadap hierarki dan otoritas negara tetap relevan bagi banyak anarkis hingga saat ini. Pemikiran Bakunin hanya merupakan salah satu pendekatan terhadap anarkisme dan tidak mencakup semua variasi atau interpretasi yang ada.

Di sisi lain ada seorang filsuf lain yang bernama Max Stirner, seorang filsuf Jerman yang hidup pada abad ke-19 dan dikenal karena karyanya yang berjudul "The Ego and Its Own", yang ia terbitkan pada tahun 1844. Pandangan Stirner terhadap Anarkhisme memiliki beberapa perbedaan dengan anarkhisme yang diperjuangkan oleh Bakunin. Pemikiranya seringkali diasosiasikan sebagai anarkisme individualis.

Dalam tulisannya, Stirner memandang pentingnya peranan individu dan ego dalam menghadapi otoritas dan norma-norma sosial. Ia menolak konsep otoritas, moralitas yang dipaksakan, dan ide-ide abstrak yang mengikat individu. Stirner menentang konsep "hukum moral" dan "hukum kodrat" sebagai bentuk otoritas dan norma yang mengikat individ, karna ia memandang bahwa individu harus mengikuti keinginan dan kepentingan pribadinya sendiri, yang tidak terikat oleh kewajiban moral atau konvensi sosial.

Namun, ia tidak melihat kebutuhan untuk menggulingkan negara atau menolak otoritas sosial sepenuhnya. Stirner mengakui adanya negara dan institusi sosial, tetapi menekankan pentingnya individu mengambil manfaat dan keuntungan dari keberadaan mereka. Ia memandang bahwa individu dapat memanfaatkan dan memanipulasi struktur sosial yang ada sesuai dengan kepentingan pribadinya.

Jadi, setelah membaca tulisan saya tentang Anarkhisme, apa pandanganmu tentang aliran pemikiran ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun