Dalam berita harian yang cuplikannya sering kita dengar dari ragam tayangan politik yang dapat kita saksikan di aplikasi Youtube, para politisi seringkali memperdebatkan tentang cakupan suatra yang dapat partainya raih dalam tiap pemilihan umum.Â
Salah satu terminology yang seringkali mereka gunakan adalah ‘Populisme’. Lalu, apakah itu yang dimaksud dengan populisme?
populisme berasal dari kata Populist, yang berarti kerakyatan, sebuah lawan kata dari istilah Elit, yang merujuk pada sebuah kelompok kecil yang mampu mengendalikan kelompok besar.Â
Representasi dari elit adalah pemerintahan yang mengontrol rakyatnya, menerapkan undang-undang, melakukan penertiban dan memiliki kekuatan untuk memaksakan hukum diterapkan dalam yuridiksi pemerintahannya. Populisme juga kadang dianggap sebagai berbagai bentuk keterlibatan rakyat dalam setiap pagelaran politik di pemerintahan
Populisme bukanlah salah satu bentuk ideology, melainkan hanya sebuah gagasan. Seorang yang menganut populisme bisa saja menunjukan wajahnya sebagai pendukung konservatifisme ataupun pendukung kelompok progresif.Â
Kekhasan yang ditampakan oleh kelompok ini adalah wajah emansipatoris, atau pendekatan kerakyatan yang menggunakan pendekatan emansipasi dari masyarakat kelas ekonomi rendah yang termarjinalkan.
Latar dari penggunaan istilah ini dimulai pada abad ke 19, ketika masyarakat memandang elit adalah keompok yang memeiliki kepentingan yang berbeda dengan tujuan kerakatan, sebagaimana hal yang menjadi tujuan dari bernegara.Â
Pada masa itu elit dianggap sebagai kelompok yang egois dan mementingkan dirinya sendiri, maka sekelompok masyarakat yang menyatakan diri sebagai perwakilan rakyat rutin mengumpulkan massa untuk mengakomodir kepentingan kelompok luas.Â
Berbagai demonstrasi maupun unjuk rasa sering dilakukan untuk kepentingan yang mereka ajukan. Kelompok-kelompok ini biasanya dipimpin oleh seorang pemimpin ideal yang karismatik.Â
Di masa ini, populisme dianggap sebagai gerakan moral yang mencoba melakukan kritik pada kelompok politik yang telah mapan, atau kelompok politik mayoritas yang telah menempati posisis petahana dalam pemerintahan dalam waktu yang panjang. Pada masa ini populisme seringkali dianggap sebagai penghinaan terhadap kelompok-kelompok besar ini.
Seiring dengan pendekatan baru di bidang politik dan penerapannya di ranah praktis, makna dari populisme berkembang dengan pesat menjadi sebuah pendekatan politik yang diterapkan oleh berbagai politisi tanpa melihat haluan ideology ataupun partai politiknya.Â
Berbagai kampanye disuarakan dengan merepresentasikan dirinya sebagai calon perwakilan masyarakat di kursi parlemen.Â
Kelompok studi politik dan para akademisi sering memandang populisme yang ditampilkan dalam setiap momen pemilihan sebagai oportunisme, karna tidak berpegang pada satu nilai tertentu dan hanya menggunakan pendekatan moral.
Dalam praktiknya, populisme seringkali muncul dalam bentuk kunjungan dapil ataupun ragam kampanye yang coba disuarakan di daerah pemilihan di berbagai daerah.
Tak jarang kita akan mendengar berbagai perspektif baru yang diutarakan oleh para pemimpin ini sebagai gagasan ideal yang dapat mensejahterakan masyarakat luas, seusai dengan latar mengapa pandangan ini menyebar luas di tengah masyarakat, populisme sering mengkampanyekan nilai-nilai karakyatan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI