Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Book

Logika Induktif Sherlock holmes

11 Juli 2022   07:53 Diperbarui: 11 Juli 2022   07:56 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Sebagai salah seorang penggemar film dan Buku serial Sherlock Holmes, meode dan tata cara berfikir yang Sherlock Holmes gunakan tentu saja adalah hal yang menarik juga untuk kita dalami secara lebih dalam. Dengan partnernya Dr. Watson yang merupakan veteran perang yang banyak membantunya dalam menyelesaikan banyak kasus sulit.

Penulis Inggris Sir Arthur Conan Doyle menciptakan karakter Sherlock Holmes yang digambarkan sebagai detektif terbaik di dunia, yang pada kenyataannya Sherlock Holmes terinspirasi dari seorang Dokter bedah bernama Joseph Bell, yang merupakan atasan dari Conan Doyle saat bekerja di Rumah Sakit Royal Infirmary of Edinburgh, Skotlandia.

Sherlock dengan kemampuan dan wawasan yang ia miliki selalu melihat ambiguitas yang jelas di setiap TKP. Tidak seperti pahlawan super fiksi, Doyle tidak membekali Holmes dengan kemampuan khusus, dan hanya kemampuannya dalam melakukan penalaran induksi. 

Kita semua perlu membentuk proses kita sendiri ketika mengamati situasi menggunakan kekuatan penalaran induktif. Kita perlu bertanya mengapa lebih sering. Kita harus berhenti melompat ke kesimpulan yang salah, kemudian mengumpulkan data yang akan mendukung keputusan kita.

Dalam salah satu bukunya yang berjudul a Study of Pink, Sherlock diceritakan masuk ke dalam sebuah ruangan kotor dan suram yang polisi tutup dengan pita kuning. Di dalam, seorang wanita terbaring mati di lantai. 

Detektif polisi Inggris lainnya yang telah memeriksa mayat sebelum Sherlock Holmes tiba menyimpulkan wanita itu bunuh diri berdasarkan alasan deduktif mereka. Holmes berpikir sebaliknya. Berbeda dengan kebanyakan detektif kepolisian yang menyimpulkan kasus ini, Sherlock Holmes bukanlah seorang detektif yang menggunakan penalaran deduktif untuk memecahkan kejahatan. 

Sebaliknya, ia menggunakan penalaran induktif yang dimulai dengan hipotesis yang berasal dari pengujian fakta hingga mencapai kesimpulan logis. Dalam matematika, pikirkan seperti ini diterjemahkan dengan: A=B, B=C, dan sebagai hasil akhirnya A=C. Agar penalaran deduktif bekerja, hipotesis harus benar. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan yang menghasilkan generalisasi dan teori.

Secara sederhana, Logika Deduksi sebagai Sebuah pengambilan kesimpulan dimulai dari pemahaman tentang Teori ke  Hipotesis ke diobservasi lalu ke Konfirmasi. Sedangkan Induksi adalah sebuah pengambilan kesimpulan yang dimulai dari Pengamatan Pola ke Hipotesis ke Teori

Dalam setiap kasus yang ia pecahkan Sherlock Holmes menggunakan penalaran induktif. Ia mengamati adegan itu, melihat perhiasan tertentu di tubuh wanita itu baru saja dibersihkan, kecuali cincin pernikahannya. 

Sebuah kejanggalan yang memaksa Sherlock untuk bertanya, 'Mengapa dia membersihkan semuanya kecuali cincin kawinnya?' Holmes meyakinkan bahwa wanita itu tidak bunuh diri. Sebagian, karena dia bepergian ke London selama satu hari, dia mengemasi tas semalaman---dan mengadakan pertemuan rahasia sebelum kembali ke rumah. 

Pertemuan rahasia dan cincin kawin, semuanya memungkinkan Holmes untuk terus menyelidiki hal-hal yang tidak jelas, mengajukan pertanyaan di sepanjang jalan tetapi tidak pernah membentuk pendapat akhir. 

Sherlock Holmes berperilaku sebagaimana seorang anak yang sangat penasaran terus bertanya, Mengapa?. Akumulasi dari pertanyaan "Mengapa" yang menumpuk satu sama lain, dan memungkinkan Holmes membentuk pola untuk mencapai hipotesis dan kemudian teori terakhir.

Dalam setiap bukunya Sherlock adalah sebuah karakter cerita yang tidak biasa. Selain karya yang orisinil dari Sir Artur Conan Doyle, Sherlock adalah seorang manusia superior yang memiliki kombinasi kemampuan yang unik, yang mencakup kepercayaan, integritas, kepekaan, kurangnya emosi, dan tampilan superioritas. Hingga mungkin kita bertanya apakah ada orang di dunia ii yang memiliki kualitas yang setara dengan Sherlock Holmes?. Semua karakteristik ini bergabung untuk membuat Holmes menjadi karakter yang menyenangkan yang ingin kita baca lebih lanjut.

Kita semua tidak bisa berpikir seperti Sherlock Holmes. Namun, kita dapat berupaya menggunakan penalaran induktif untuk membantu kita dalam pengambilan keputusan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun