Beberapa kali ia mencoba untuk bunuh diri, namun berhasil diselamatkan. Seorang sahabatnya juga berhasil membut May memiliki kepercayaan diri lagi, sehingga ia melanjutkan kegiatan menulisnya dan menciptakan karyanya.
Selama sisa hidupnya, may pernah mengisi kuliah umum di American University, di kota Beirut ia menyampaikan tentang ‘Amanah Penulis Bagi Kehidupan Arab’. Namun sisa waktu yang ia miliki membuat May lebih suka menyendiri. Tiga tahun kemudian, yaitu tanggal 19 0ktober 1941  May meninggal dalam kesunyiannya.
Inilah perjalanan cinta antara Khalil Gibran dan May Ziadeh.  Tidak berakhir indah, namun kisah cinta mereka tetaplah abadi dalam lembaran-lebaran surat yang penuh makna, tertuang juga dalam buku Khalil yang berjudul ‘Love Letters’.Â
Buku yang diterbitkan saat Khalil telah berpulang. Walau kisah cinta yang mereka jalani tidak bertemu di dunia, keduanya telah menjadi keagungan cinta yang dikenang oleh pengagum sastra di seluruh penjuru dunia. Begitulah cinta, walaupun tidak bisa dimiliki, namun keagungan cinta membuat kisah cinta ini tidak akan pernah mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H