Mohon tunggu...
warta nusantara
warta nusantara Mohon Tunggu... -

warta nusantara awalnya blog tulisan atau artikel sehari-hari, kasus dan fakta-fakta sosial yang ada di masyarakat, seiring perkembangan waktu karena byk kawan yang ingin menyumbangkan artikel maka warta nusantara menjadi domain dan tergabung dalam PEWARNA (Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Utopia Sorga

17 Februari 2016   01:01 Diperbarui: 17 Februari 2016   01:49 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Romo Benny Susetyo ketika diwawancara wartawan"][/caption]Arti Utopia menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sistem sosial politik yang sempurna yang hanya ada dalam bayangan (khayalan) dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan dalam kenyataan. Utopia, dalam arti luas dan umumnya, menunjuk ke sebuah masyarakat hipotetis sempurna.

Dia juga digunakan untuk menggambarkan komunitas nyata yang didirikan dalam usaha menciptakan masyarakat di atas. Kata sifat utopis digunakan untuk merujuk ke sebuah proposal yang baik namun (secara fisik, sosial, ekonomi, atau politik) tidak mungkin terjadi, atau paling tidak merupakan sesuatu yang sulit dilaksanakan Utopia dapat berupa idealisme atau praktis, namun istilah ini telah digunakan sebagai konotasi optimis, idealis, tak mungkin kesempurnaan. Utopia sering juga dikontraskan dengan distopia yang tidak diiinginkan (anti-utopia) dan juga utopia satirical (Wikipedia).

Faham Utopia yang diaplikasikan pada masyarakat.

Masyarakat Global saat ini menghadapi turbolensi yang begitu kerasnya dari gesekan percaturan politik dunia, persaingan ekonomi dunia, gesekan ideology agama di tingkat global, mempengaruhi pikiran masyarakat, tekanan ekonomi yang begitu keras menyebabkan masyarakat yang tidak mampu bersaing dan bertahan menjadi putus asa, frustrasi, Negara Cina saat ini mengalahkan Jepang dalam soal tingkat bunuh diri karena tekanan ekonomi yang begitu cepat dan keras.

Indonesia yang dikenal dengan dengan masyarakat agamis, hampir setiap jumat, minggu, tempat ibadah dipenuhi para umat yang beribadah menurut agamanya. Mesjid, Gereja, Pura, Klenteng tak pernah sepi. Acara khotbah agama disemua station TV ada dan ratingnya juga lumayan tinggi. Lantas apa yang menyebabkan Intoleransi tumbuh subur, moral masyarakat tidak semakin membaik, gesekan antar agama hingga membangun tempat ibadahpun jadi persoalan serius, korban narkoba tinggi, korban miras oplosan selalu ada, korban kekerasan meningkat, bahkan anggota dewan melakukannya, tingkat korupsi tinggi, lalu apa dampak tokoh agama, tempat ibadah pada masyarakat, jangan jangan pemahaman masyarakat terhadap Sorga yang salah. Anak muda begitu mudahnya di dogma ajaran radikal dengan diberikannya text dalam ayat suci, dijanjikan masuk Sorga membawa ransel berisikan bom, meledak mati lalu masuk Sorga.

Baru baru ini para mahasiswa di Sleman Jogjakarta mati konyol sebanyak 23 orang (sebagian besar mahasiswa asal Papua) tentu saja dalam keimanan mereka masing masing masuk sorga.

Romo Benny Susetyo, tokoh agama, tokoh sosial, megatakan “Ini adalah pemahaman yang salah terhadap agama, agama ditafsirkan sepotong sepotong ,tidak utuh, diberikan pemahaman utopis sorga, sehingga mereka yang tidak mempunyai pemahaman kuat pada agamanya mudah dimasuki faham radikalisme, terutama anak muda yang mempunyai rasa idealism yang tinggi, heroic, energik dan berani dimanfaatkan oleh kelompok tertentu khusunya untuk kepentingan politik,  Mayes menuliskan pada buku “Vellen of  Religion” jika agama dibawa ke arena politik maka akan menghancurkan semua tatatan yang ada; sosial,  ekonomi dan politik” terang Romo Benny.

ISIS membuktikannya dengan membantai ribuan manusia yang tidak sepaham dengan mereka, merusak berbagai peninggalan peradapan Irak yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu dan dengan politik khilafahnya  akan menjadikan dunia dibawah kekuasaan ISIS. Ada juga faham fundamentalis di agama Kristen yang membakar ulos batak, merusak kearifan lokal dengan dasar alkitab dan ajaran Kristen tentu saja karena takut masuk neraka dan tidak dapat masuk sorga apakah ini untuk kepentingan agama atau politik hanya Tuhan yang tahu. Ada aliran  misionaris xx dari barat masuk ke pelosok penjuru wilayah Sumut dimana sejak ratusan tahun lampau Ompung Nomensen sudah melakukan penginjilan sehingga ada bahasa Menggarami Air Laut., dalam paham utopia mereka mempunyai khayalan utopis tentang sorga dan ayat ayat  dalam kitab suci. Gembala gereja sibuk mempersoalkan masalah baptisan, masalah okultisme, konflik intern yang remeh temeh menurut bahasa anak muda, ikut bermain politik praktis,  tidak membuka mata seluasnya bersusah payah ikut memperbaiki carut marut moral, kemiskinan, keimanan umat yang rapuh karena tekanan kondisi ekonomi sosial yang menyebabkan putus asa dan bunuh diri dengan caranya masing masing.

Sarlito Wirawan Sarwono, Guru besar Universitas Indonesia menuliskan, Di zaman NII orang yang terhipnotis, paling banyak terkuras koceknya, tetapi tidak sampai harus hijrah ke Irak dan Suriah. Tetapi, di zaman ISIS semuanya lengkap. Bukan hanya laki-laki, tetapi juga wanita dan keluarga, dan para ahli diangkut ke Irak dan Suriah. Last but not least , mereka yang balik dari Irak dan Suriah, seperti sudah diduga, menjadikan Indonesia (baca: Jakarta) sebagai ajang jihadnya.

Jadi, Indonesia yang ingin jadi negara paling islami justru menjadi sarang teroris karena islami tidak sama dengan membiarkan semua sekte berkembang biak dan beranak pinak dengan bebas sebebas-bebasnya.

Berikut ini tulisan lengkap Prof. Dr. Wirawan Sarwono : Negeri Paling Islami

Seperti apakah negeri yang islami itu? Awalnya saya membayangkan negeri yang islami adalah negeri yang tidak jauh-jauh cirinya dari negeri yang surgawi, yaitu yang tanahnya subur, di tengahnya terhampar sungai-sungai yang dialiri susu kental manis (SKM), dan bidadari-bidadari cantik siap menanti para suami yang pulang kerja, sambil mengasuh putra-putri yang lucu-lucu.

Damai, sejahtera, adil, tidak ada kezaliman, dan tidak ada kemaksiatan. Tetapi, adakah negeri seperti itu di bumi Allah ini? Selama saya berkarier puluhan tahun sebagai psikolog internasional, saya sudah mengunjungi hampir seluruh dunia, dari Selandia Baru sampai Alaska, dari Amerika sampai Afrika, tetapi tidak satu pun tempat yang saya jumpai, yang matching dengan bayangan saya tentang negeri islami tersebut di atas.

Tetapi, dua peneliti dari George Washington, yaitu Prof Dr Scheherazade S Rehman dan Prof Dr Hossein Askari (dari namanya ketahuan bahwa mereka muslim), telah melakukan penelitian terhadap negara- negara (yang riil ada di dunia) yang paling islami. Mereka memublikasikan hasil penelitiannya dalam laporan bertajuk ”An Economic Islamicity Index (EI2)” yang dimuat dalam Global Economy Journal Volume 10, Issue 3, 2010, Article 1.

Buat dua profesor yang pintar- pintar itu, ternyata tidak sulit untuk merumuskan negara yang islami. Caranya adalah mengumpulkan ayat dan hadis yang mendeskripsikan bagaimana hendaknya suatu negara itu sehingga bisa disebut islami. Maka itu, Prof Rehman dan Prof Askari menemukan lima ajaran dasar Islam yang dijadikannya sebagai indikator keislaman sebuah negara, yaitu

(1)Ajaran Islam mengenai hubungan seseorang dengan Tuhan dan hubungan sesama manusia, (2) Sistem ekonomi dan prinsip keadilan dalam politik dan pemerintahan, (3) Hak asasi manusia dan hak politik, (4) Ajaran Islam berkaitan dengan hubungan internasional dan masyarakat kehidupan sosial, (5) Sistem perundang-undangan untuk nonmuslim. Tentu dalam penelitiannya dua profesor itu menceritakan bagaimana lima ajaran dasar itu dipecah menjadi variabel-variabel konkret yang terukur, yang membuat penelitian mereka sahih.

Tetapi, yang mencengangkan setelah penelitian itu dinyatakan sahih adalah hasilnya yang di luar dugaan kebanyakan orang (apalagi di Indonesia). Orang Indonesia rata-rata mengharapkan bahwa negara yang paling islami adalah negara-negara Islam seperti Arab Saudi, atau bahkan sekarang ada yang memuja Irak dan Suriah (ISIS). Tetapi, nyatanya tidak seperti itu.

Negara paling islami dalam penelitian itu (keadaan 2010) adalah Selandia Baru, diikuti oleh juara dua Luxemburg (negara tetangganya Belanda). Dua-duanya negara non-Islam. Amerika yang sering dianggap biangnya budaya Barat ada di posisi ke-15 bersama Belanda, dan Israel musuh bebuyutan banyak muslim Indonesia berada di urutan ke-17. Arab Saudi nomor ke-91 dan Indonesia sendiri di urutan ke-104, Mesir tambah hancur lagi yaitu di nomor ke-128, Irak dan Suriah (ISIS) masing-masing di urutan ke-148 dan 168.

Sedangkan 56 negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) berada pada urutan rata-rata ke-139 dari 208 negara yang disurvei. Tetapi, ada satu yang menarik, Malaysia. Negara tetangga kita ini duduk dalam urutan ke-33, yang tertinggi di antara negara-negara muslim. Karena itu, kita juga tidak pernah mendengar ada bom-boman di Malaysia. ***

Beberapa tahun lalu saya pernah menjadi dosen tamu (pensyarah pelawat) di Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Saya bekerja full time selama satu semester di universitas yang konon adalah UI-nya Malaysia. Jadi, saya lumayan tahu betul gaya hidup masyarakat di sana. Dalam urusan beragama, Malaysia sangat disiplin mengatur umatnya.

Yang pertama, mereka mengaku sebagai negara Islam, tetapi bukan sembarang Islam, melainkan Islam Sunni dari mazhab Syafii. Saya pernah mengunjungi Universitas Agama Islam Antar Bangsa di Kuala Lumpur, dan di sana secara eksplisit dinyatakan bahwa universitas itu tidak menerima mahasiswa dari sekte Islam yang lain, kecuali Islam Sunni mazhab Syafii.

Anda mau salat Jumat? Anda harus ke masjid kampus, atau masjid-masjid di tempat lain yang sudah diakui resmi oleh pemerintah. Hanya orang-orang dengan kualifikasi tertentu boleh menjadi khatib, dan mereka diberi license resmi oleh pemerintah. Mau bikin acara keagamaan apa pun (Islam) harus dipimpin ulama yang besertifikat. Jadi, samalah kira-kira dengan agama Kristen atau Katolik yang ulamanya harus sekolah teologi atau seminari dulu.

Dengan demikian, tidak ada ustaz-ustaz gadungan, atau ustaz-ustaz dadakan yang tiba-tiba naik mimbar Jumat dan pada akhir khotbahnya mengajak umat untuk mendoakan para mujahidin ISIS di Irak, Suriah, dan Poso (ini pernah terjadi betulan di Jakarta). Tidak ada lagi majelis-majelis taklim yang banyak mengajari ibu-ibu dengan kebenciankebencian pada agama lain atau sekte lain.

Karena itulah, Islam Indonesia makin jauh dari ideal menurut ukuran Prof Rehman dan Prof Askari. Tidak aneh apabila seorang dokter wanita secantik dokter Rica tiba-tiba membelot menjadi pengikut kelompok radikal dan berani meninggalkan suaminya begitu saja dengan membawa anak balitanya. Rasanya di zaman Jamaah Islamiah tidak ada tuh , rekrutmen untuk keluarga dan wanita. (Thony)

Sumber : Dari berbagai sumber

 

http://wartanusantaraku.com/berita/news/6067/utopia-sorga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun