Mohon tunggu...
warta nusantara
warta nusantara Mohon Tunggu... -

warta nusantara awalnya blog tulisan atau artikel sehari-hari, kasus dan fakta-fakta sosial yang ada di masyarakat, seiring perkembangan waktu karena byk kawan yang ingin menyumbangkan artikel maka warta nusantara menjadi domain dan tergabung dalam PEWARNA (Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Utopia Sorga

17 Februari 2016   01:01 Diperbarui: 17 Februari 2016   01:49 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti apakah negeri yang islami itu? Awalnya saya membayangkan negeri yang islami adalah negeri yang tidak jauh-jauh cirinya dari negeri yang surgawi, yaitu yang tanahnya subur, di tengahnya terhampar sungai-sungai yang dialiri susu kental manis (SKM), dan bidadari-bidadari cantik siap menanti para suami yang pulang kerja, sambil mengasuh putra-putri yang lucu-lucu.

Damai, sejahtera, adil, tidak ada kezaliman, dan tidak ada kemaksiatan. Tetapi, adakah negeri seperti itu di bumi Allah ini? Selama saya berkarier puluhan tahun sebagai psikolog internasional, saya sudah mengunjungi hampir seluruh dunia, dari Selandia Baru sampai Alaska, dari Amerika sampai Afrika, tetapi tidak satu pun tempat yang saya jumpai, yang matching dengan bayangan saya tentang negeri islami tersebut di atas.

Tetapi, dua peneliti dari George Washington, yaitu Prof Dr Scheherazade S Rehman dan Prof Dr Hossein Askari (dari namanya ketahuan bahwa mereka muslim), telah melakukan penelitian terhadap negara- negara (yang riil ada di dunia) yang paling islami. Mereka memublikasikan hasil penelitiannya dalam laporan bertajuk ”An Economic Islamicity Index (EI2)” yang dimuat dalam Global Economy Journal Volume 10, Issue 3, 2010, Article 1.

Buat dua profesor yang pintar- pintar itu, ternyata tidak sulit untuk merumuskan negara yang islami. Caranya adalah mengumpulkan ayat dan hadis yang mendeskripsikan bagaimana hendaknya suatu negara itu sehingga bisa disebut islami. Maka itu, Prof Rehman dan Prof Askari menemukan lima ajaran dasar Islam yang dijadikannya sebagai indikator keislaman sebuah negara, yaitu

(1)Ajaran Islam mengenai hubungan seseorang dengan Tuhan dan hubungan sesama manusia, (2) Sistem ekonomi dan prinsip keadilan dalam politik dan pemerintahan, (3) Hak asasi manusia dan hak politik, (4) Ajaran Islam berkaitan dengan hubungan internasional dan masyarakat kehidupan sosial, (5) Sistem perundang-undangan untuk nonmuslim. Tentu dalam penelitiannya dua profesor itu menceritakan bagaimana lima ajaran dasar itu dipecah menjadi variabel-variabel konkret yang terukur, yang membuat penelitian mereka sahih.

Tetapi, yang mencengangkan setelah penelitian itu dinyatakan sahih adalah hasilnya yang di luar dugaan kebanyakan orang (apalagi di Indonesia). Orang Indonesia rata-rata mengharapkan bahwa negara yang paling islami adalah negara-negara Islam seperti Arab Saudi, atau bahkan sekarang ada yang memuja Irak dan Suriah (ISIS). Tetapi, nyatanya tidak seperti itu.

Negara paling islami dalam penelitian itu (keadaan 2010) adalah Selandia Baru, diikuti oleh juara dua Luxemburg (negara tetangganya Belanda). Dua-duanya negara non-Islam. Amerika yang sering dianggap biangnya budaya Barat ada di posisi ke-15 bersama Belanda, dan Israel musuh bebuyutan banyak muslim Indonesia berada di urutan ke-17. Arab Saudi nomor ke-91 dan Indonesia sendiri di urutan ke-104, Mesir tambah hancur lagi yaitu di nomor ke-128, Irak dan Suriah (ISIS) masing-masing di urutan ke-148 dan 168.

Sedangkan 56 negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) berada pada urutan rata-rata ke-139 dari 208 negara yang disurvei. Tetapi, ada satu yang menarik, Malaysia. Negara tetangga kita ini duduk dalam urutan ke-33, yang tertinggi di antara negara-negara muslim. Karena itu, kita juga tidak pernah mendengar ada bom-boman di Malaysia. ***

Beberapa tahun lalu saya pernah menjadi dosen tamu (pensyarah pelawat) di Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Saya bekerja full time selama satu semester di universitas yang konon adalah UI-nya Malaysia. Jadi, saya lumayan tahu betul gaya hidup masyarakat di sana. Dalam urusan beragama, Malaysia sangat disiplin mengatur umatnya.

Yang pertama, mereka mengaku sebagai negara Islam, tetapi bukan sembarang Islam, melainkan Islam Sunni dari mazhab Syafii. Saya pernah mengunjungi Universitas Agama Islam Antar Bangsa di Kuala Lumpur, dan di sana secara eksplisit dinyatakan bahwa universitas itu tidak menerima mahasiswa dari sekte Islam yang lain, kecuali Islam Sunni mazhab Syafii.

Anda mau salat Jumat? Anda harus ke masjid kampus, atau masjid-masjid di tempat lain yang sudah diakui resmi oleh pemerintah. Hanya orang-orang dengan kualifikasi tertentu boleh menjadi khatib, dan mereka diberi license resmi oleh pemerintah. Mau bikin acara keagamaan apa pun (Islam) harus dipimpin ulama yang besertifikat. Jadi, samalah kira-kira dengan agama Kristen atau Katolik yang ulamanya harus sekolah teologi atau seminari dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun