Mohon tunggu...
Thomy Satria (tomisteria)
Thomy Satria (tomisteria) Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menulis cerpen, dan lagu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sumpah Pemuda Boti

11 November 2024   12:22 Diperbarui: 12 November 2024   10:05 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini hari pembacaan puisi tentang hari sumpah pemuda. Semua siswa sudah maju dan mengeluarkan kebisaannya dalam merangkai kata. Berintonasi tinggi rendah membacakannya penuh khidmad.

Tibalah giliran terakhir datang pada Jaka siswa terbaik di kelas. Juara pertama dengan multi talenta. Di tiga langkah sebelum mulai berbalik menghadap kearah siswa lainnya. Jaka mulai berubah sikap. Tetiba melenggok gemulai dan balik kanan lalu memulai baca puisi.

"Sumpah pemudah!" serunya lantang tapi ala boti. Persis seperti Abidzar anak almarhum Ustadz Jefri kalo lagi akting ngondek.

Semua siswa dan guru tercengang. Intan tak tahan menyemburkan tawa karena Jaka menjawab tantangannya.

"Jaka, apa maksud semua ini?" tanya Bu Guru.

"Biar aku selesein dulu bacanya ya mamiih.." Jawab Jaka berkedip centil. Ibu Guru mulai beranjak ingin menghentikan. Tapi Intan yg kebetulan berada dekat dengan Bu Guru, mencegahnya.

"Biarin aja bu. Kita tonton aja sampai selesai". tegah Intan tersenyum berbinar. Jaka pun melanjutkan.

"Sumpaaaah akkuh ini lemmah! Tulangku lunakh seperti lemakh."

"Sumpaaah, ngarepin apa sih kalian? Jogetan aku? Nih senggol sawer ayam eh ayam ayam!" teriak Jaka menirukan ala2 Nassar KDI.

"Cukup Jaka!" bentak Ibu Guru.

"Sebentar lagi Bu. Kita tunggu aja plot twist nya" sekali lagi Intan mencegah dan menarik tangan Bu Guru.

"Malam namaku Agneees, kalo siang AGUUUS!" Jaka mulai berubah seperti tentara menyeru serang.

"AGUUUS! Bangun AGUUS! Alter ego itu hidup tapi kau kekang! Kau penjara kau racuni obat penenang! Bangkitlah AGUUUS dan jadilah pejjuwwangh" Jaka balik ngondek lagi di kata terakhir.

"Gak gitu gak gitu. Tadi kita latihan endingnya gak gitu! Apa-apaan ini?!" protes Intan beranjak pengen ngelabrak.

Kali ini giliran Ibu Guru yang menahan Intan: "Udah Intan, gapapa. Ibu suka kok sama pembacaan puisinya."

Jaka berlalu dengan senyum genitnya dan kembali duduk di bangkunya.

---

@tomisteria

Payakumbuh 

28 Oktober 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun