Ini hari pembacaan puisi tentang hari sumpah pemuda. Semua siswa sudah maju dan mengeluarkan kebisaannya dalam merangkai kata. Berintonasi tinggi rendah membacakannya penuh khidmad.
Tibalah giliran terakhir datang pada Jaka siswa terbaik di kelas. Juara pertama dengan multi talenta. Di tiga langkah sebelum mulai berbalik menghadap kearah siswa lainnya. Jaka mulai berubah sikap. Tetiba melenggok gemulai dan balik kanan lalu memulai baca puisi.
"Sumpah pemudah!" serunya lantang tapi ala boti. Persis seperti Abidzar anak almarhum Ustadz Jefri kalo lagi akting ngondek.
Semua siswa dan guru tercengang. Intan tak tahan menyemburkan tawa karena Jaka menjawab tantangannya.
"Jaka, apa maksud semua ini?" tanya Bu Guru.
"Biar aku selesein dulu bacanya ya mamiih.." Jawab Jaka berkedip centil. Ibu Guru mulai beranjak ingin menghentikan. Tapi Intan yg kebetulan berada dekat dengan Bu Guru, mencegahnya.
"Biarin aja bu. Kita tonton aja sampai selesai". tegah Intan tersenyum berbinar. Jaka pun melanjutkan.
"Sumpaaaah akkuh ini lemmah! Tulangku lunakh seperti lemakh."
"Sumpaaah, ngarepin apa sih kalian? Jogetan aku? Nih senggol sawer ayam eh ayam ayam!" teriak Jaka menirukan ala2 Nassar KDI.
"Cukup Jaka!" bentak Ibu Guru.