Mohon tunggu...
Thomson Cyrus
Thomson Cyrus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, blogger, vlogger

Untuk Kerjasama, Bisa hub Kontak Email : thomsoncyrus74@gmail.com DM IG : @thomsoncyrus74

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Fasilitas Umum untuk Wisata di Balige, Danau Toba Baru Dibangun, tapi Dibiarkan Tak Terurus

11 Desember 2019   12:54 Diperbarui: 11 Desember 2019   18:40 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 10 Desember 2019, saya mendatangi spot wisata baru di Balige, tepatnya di Pantai Lumban Bulbul Balige. Di pantai ini, pasir putihnya ada beberapa bagian. Kalau tidak salah 3 bagian.

Dua bagian yang sudah lumayan bagus dan rapi penataannya. Ada satu bagian yang tahun 2018 kalau tidak salah selesai dibangun dengan dilengkapi fasilitas seperti taman, kios, cafe, dan tentu mengandalkan pantai pasir putih.

Tetapi sangat disayangkan, salah satu spot baru yang saya sebutkan ini, fasilitasnya baru di bangun seperti taman, saung untuk pengunjung, kios untuk makanan, dan pernak-pernik wisata, kamar mandi dan toilet serta cafe di bagian atas bangunan, kini dibiarkan begitu saja tidak terurus.

Rumput-rumput dibiarkan tumbuh liar begitu saja merusak taman dan merusak pemandangan.

Air di kamar mandinya mati dan baunya tidak sedap, bau ee dan bau kencing, pasir dan kencing bertebaran di lantai kamar mandi. Visual lengkapnya bisa di tonton nanti di Youtube Channel saya dengan nama Thomson Cyrus.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Kios-kios untuk makanan dan aksesoris wisata dibiarkan mati dan tutup. Cafe yang sedianya ada di atas bangunan sudah tutup. Kursi dan tendanya sudah hilang dari sana.

Sampah-sampah plastik bekas makanan dan minuman dibiarkan menyatu dengan sampah enceng gondok yang menutupi pasir putih. Perahu rusak dibiarkan begitu sana dan menambah semrawutnya pantai pasir putih itu. Sekali lagi visualnya bisa di cek di Youtube Channel Thomson Cyrus.

Embusan angin yang indah dan suara ombak di sore hari menambah sedih perasaanku saat itu. Kembali saya bertanya, "Apa yang salah?" Kok alam seindah ini tidak dapat kita manfaatkan dengan baik untuk kebaikan warga sekitar?

Jernihnya air danau dan birunya pegunungan di seberang sana kok tidak bisa kita jadikan sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat setempat? Kembali saya bertanya dalam hati, "Apa yang salah? Siapa yang salah?"

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sebegitu jelekkah kinerja Pemda Tobasa hingga mengurus hal kecil seperti ini tidak mampu? Se-cuek itukah warga sekitar hingga tak memiliki sense of belonging?

Sudah separah itukah rasa memiliki warga sekitar sehingga tak mau ambil bagian memperbaiki, memelihara kepingan surga itu? Rasanya ingin marah! Tapi marah kepada siapa?

Saya tidak tahu anggaran yang digunakan untuk membangun fasilitas ini. Apakah anggaran dari pusat? Dengan kucuran APBN? Atau anggaran dari dari provinsi? Atau anggaran pemda kabupaten?

Saya yakin anggaran untuk membangun fasilitas umum itu miliaran rupiah. Sebodoh itukah kita, mampu membangun hingga miliaran rupiah tapi nihil rupiah untuk pemeliharaan? Mengapa para pemimpin di daerah ini seperti tidak memiliki hikmat (Habisuhon).

Bukan itu dibangun untuk mendatangkan wisatawan ke sana, lalu berharap para wisatawan membelanjakan uangnya di sana, lalu kemudian warga yang berdagang bisa mendapatkan untung, tukang parkir mendapatkan penghasilan dan terjadilah pertumbuhan ekonomi baru? Bukankah itu tujuan dibangunnya fasilitas itu?

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Nah, kalau dibiarkan kotor, tak terurus! Orangtua manakah yang membiarkan anaknya bermain di tempat kotor seperti itu? Siapa yang tidak muntah ketika memasuki kamar mandi yang bau, penuh dengan aroma kencing dan ee? Ayolah Tobasa, saya bukan nyinyir, ini demi kemajuan Danau Toba kita.

Jauh sebelum Jokowi mencanangkan Danau Toba sebagai salah satu destinasi unggulan pariwisata Indonesia, saya telah banyak menulis tentang Danau Toba baik di Kompasiana maupun di medsos lainnya.

Tulisan ini bertujuan agar anggaran tidak mubazir, harus digunakan untuk kemajuan Bangsa.

Yang menjadi pertanyaan lain bagi saya adalah bagaimana kita mampu menghargai orang, menghargai alam, menghargai para wisatawan, jika kita tidak mampu menghargai apa yang sudah kita bangun? 

Bukankah setiap pembangunan yang kita bangun didanai dari jerih payah rakyat (pajak)? Kok segampang itu kita menelantarkan bangunan miliaran rupiah? 

Bukankah setiap rupiah itu susah payah dikumpulkan? Kok se-rendah itu kualitas kita untuk menghargai pembangunan?

Sedih! Jika kita melihat bangunan baru, terlantar, dibiarkan tidak terurus. Seakan kita ini tak mampu untuk memelihara. 

Saya yakin ada yang salah dengan ini! Tapi apa yang salah? Siapa yang salah? Biarlah para pembaca menuliskan komentarnya di kolom komentar agar tulisan ini sampai kepada para pejabat baik daerah maupun di pusat.

Presiden Jokowi sudah menggelontorkan dana triliunan rupiah untuk membangun infrastruktur dan fasilitas lainnya di sekitar Danau Toba, pun demikian anggaran untuk meningkatkan sumber daya manusia. 

Tetapi kalau penduduk setempat tidak deberdayakan, tidak diedukasi tentang sadar wisata, peduli wisata, peduli lingkungan, maka sebesar apapun usaha, pasti akan gagal. 

Presiden Jokowi bolak balik datang ke Danau Toba kayak setrikaan, tetapi 4 tahun berlalu, hasilnya belum optimal. Bahkan bisa saya katakan masih tetap mati suri.

Spot yang saya tuliskan ini berada di Lumban Bulbul Balige, Toba Samosir. Saya tinggal di Jakarta. Saya tidak tahu seberapa besar perhatian Bupati Toba Samosir memperbaiki Pariwisata di Danau Toba. 

Saya tidak perlu mendengar cerita orang, apa yang saya lihat di lapangan itulah yang saya tuliskan. Jika saya berkeliling di spot-spot wisata Danau Toba, seperti Lumban Silintong, Balige. 

Pantai Lumban Bulbul, Balige. Pantai Pasir Putih Parparean, Porsea dan Sibisa, Toba Samosir memang masih jauh dari yang diharapkan. 

Bisa saya katakan, ada pembangunan fisik, tetapi semua sepi pengunjung. Mengapa? Mari kita jawab bersama-sama. Pasti ada yang salah dalam pengelolaannya.

Tahun 2020, Toba Samosir akan mengadakan Pilkada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Toba Samosir. Sudah satu Periode Ir Darwin Siagian dan Ir Hulman Sitorus memimpin Tobasa.

Bagaimana kinerja mereka selama 4 tahun pertama ini? Tentu masyarakat Toba Samosirlah yang bisa merasakannya.

Saya merasa senang, ada banyak tokoh, anak rantau yang sukses di perantauan tertarik untuk melayani di Toba Samosir. 

Sebutlah misalnya Dolok M Panjaitan, pengusaha sukses di tanah Papua ini, ingin ambil bagian dalam pilkada Tobasa tahun 2020 yang akan datang karena banyak diminta masyarakat untuk mengabdi di tanah leluhurnya ini. 

Semula, Dolok M Panjaitan tidak terlalu tertarik, tetapi karena banyak permintaan dari masyarakat akhirnya bersedia dan sudah berjanji melakukan yang terbaik buat Tobasa jika kelak terpilih sebagai Bupati.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Khusus mengenai Pariwisata, Dolok M Panjaitan memberikan perhatian khusus. Mengapa?

Pertama, Dolok M Panjaitan ingin membangun Tobasa sesuai dengan potensi wilayah Tobasa, dimana keindahan alam Tobasa adalah potensi besar Tobasa. 

Keindahan alam ini akan diperkuat dengan budaya Batak yang memang sudah sangat kuat. Salah satu ketertarikan wisatawan mancanegara adalah melihat budaya setempat, local wisdom setempat serta nilai-nilai budaya yang terbiasa dilakukan oleh masyarakat setempat, itulah daya tariknya.

Dolok M Panjaitan percaya jika alam yang indah dengan budaya Batak yang kuat dikemas dan dibranding dengan keren dengan kekinian (millenial), maka Pariwisata Danau Toba akan maju. 

Dalam memajukan pariwisata, masyarakat setempat harus dilibatkan, harus diberi peran serta. Bagaimana caranya? Ya lewat pelibatan mereka di bidang Budaya itu. Karena jiwa mereka sudah menyatu dengan budaya itu.

Nah, anak muda, diharapkan terlibat dalam bidang promosi, branding dengan konsep kekinian (millenial). Hanya dengan melibatkan masyarakatlah, mereka merasa memiliki terhadap Pariwisata itu sendiri.

Kedua, Presiden Jokowi sudah menetapkan Danau Toba sebagai destinasi unggulan pariwisata Indonesia. Itu artinya dana akan besar-besaran digelontorkan dari pusat ke Danau Toba. 

Menurut Dolok M Panjaitan, kesuksesan program itu harus didukung penuh oleh Pemerintah setempat, itu sebabnya Dolok M Panjaitan menjadikan Pariwisata menjadi salah satu program unggulannya juga. Jadi program pusat nyambung dengan program pemda. 

Jika pusat dan daerah bekerjasama, maka menurut Dolok M Panjaitan, semakin mudahlah memajukan daerah itu. Seperti orkestra, iramanya harus terpadu dan sinkron, sehingga enak didengar. 

Membangun daerah juga begitu, harus sinkron agar enak dipandang mata dan mengalami kemajuan.

Kembali ke Pariwisata Danau Toba, jika saya berkeliling selama sepuluh hari belakangan ini, masih jauh dari kata yang diharapkan, pengunjung masih sepi, atraksi masih kurang, spot-spot permainan masih kurang, kalaupun ada masih seadanya. 

Jalan sudah mulai bagus, tetapi kesadaran warga masih minim sadar wisata. Semoga pembangunan-pembangunan yang sudah dan sedang dilakukan tidak berakhir sia-sia, agar uang rakyat tidak terbuang percuma.

Salam kompasiana.

Welcome to Lake Toba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun