Tanggal 10 Desember 2019, saya mendatangi spot wisata baru di Balige, tepatnya di Pantai Lumban Bulbul Balige. Di pantai ini, pasir putihnya ada beberapa bagian. Kalau tidak salah 3 bagian.
Dua bagian yang sudah lumayan bagus dan rapi penataannya. Ada satu bagian yang tahun 2018 kalau tidak salah selesai dibangun dengan dilengkapi fasilitas seperti taman, kios, cafe, dan tentu mengandalkan pantai pasir putih.
Tetapi sangat disayangkan, salah satu spot baru yang saya sebutkan ini, fasilitasnya baru di bangun seperti taman, saung untuk pengunjung, kios untuk makanan, dan pernak-pernik wisata, kamar mandi dan toilet serta cafe di bagian atas bangunan, kini dibiarkan begitu saja tidak terurus.
Rumput-rumput dibiarkan tumbuh liar begitu saja merusak taman dan merusak pemandangan.
Air di kamar mandinya mati dan baunya tidak sedap, bau ee dan bau kencing, pasir dan kencing bertebaran di lantai kamar mandi. Visual lengkapnya bisa di tonton nanti di Youtube Channel saya dengan nama Thomson Cyrus.
Sampah-sampah plastik bekas makanan dan minuman dibiarkan menyatu dengan sampah enceng gondok yang menutupi pasir putih. Perahu rusak dibiarkan begitu sana dan menambah semrawutnya pantai pasir putih itu. Sekali lagi visualnya bisa di cek di Youtube Channel Thomson Cyrus.
Embusan angin yang indah dan suara ombak di sore hari menambah sedih perasaanku saat itu. Kembali saya bertanya, "Apa yang salah?" Kok alam seindah ini tidak dapat kita manfaatkan dengan baik untuk kebaikan warga sekitar?
Jernihnya air danau dan birunya pegunungan di seberang sana kok tidak bisa kita jadikan sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat setempat? Kembali saya bertanya dalam hati, "Apa yang salah? Siapa yang salah?"
Sebegitu jelekkah kinerja Pemda Tobasa hingga mengurus hal kecil seperti ini tidak mampu? Se-cuek itukah warga sekitar hingga tak memiliki sense of belonging?
Sudah separah itukah rasa memiliki warga sekitar sehingga tak mau ambil bagian memperbaiki, memelihara kepingan surga itu? Rasanya ingin marah! Tapi marah kepada siapa?