Jika demikian halnya, baik di eksekutif maupun di legislatif, tetap Ahok juaranya, jika harus head to head.
Ketiga, Jika kita membandingkan misalnya dukungan masyarakat dan partai politik. Keduanya juga njomplang...plang...
Ahok hingga kini telah didukung teman Ahok yang memungkinkan Ahok maju lewat jalur independen, data terbaru teman Ahok sudah mengumpulkan lebih dari 750 ribu fotocopy KTP dan sudah melewati batas minimal yang dibutuhkan untuk maju lewat jalur independen. Di tambah dukungan partai Nasdem yang sudah declare mendukung Ahok, senyap-senyap terdengar PDIP juga idem.
Yusril, belum ada dukungan nyata. MEskipun dia sudah mulai safari terutama mendatangi ketum Partai Demokrat, SBY...tetapi belum ada pernyataan dukungan dari SBY, sebaliknya Ruhut Sitompul, koordinator juru bicara partai Demokrat bahkan secara terang-terangan sudah mengatakan Ruhut adalah tim sukses AHok. Pun, dari relawan yang mengumpulkan KTP buat Yusril tidak ada yang rela, catet ya, belum ada yang mengatakan sukarewan Yusril, itu artinya tiada yang rela untuk mendukungnya.
Jika saya ingin banyak beberkan fakta, sebenarnya banyak, tetapi saya sudahi aja 3, agar saya berlanjut kepada saran dan masukan konstuktif, agar Pilkada DKI menarik dan berkualitas.
[caption caption="gambar, tribunnews.com"]
Jika mengacu kepada fakta tersebut, bukan tidak mungkin pilkada DKI hanya diikuti satu pasang saja, seperti yang hampir terjadi di Surabaya, sebab jika semua berhitung, jangan-jangan semua partai akhirnya mendukung Ahok dengan tujuan mencitrakan diri sebagai partai yang mendengar suara rakyat yang mendukung pilihan rakyat. Ini yang terjadi kemarin di beberapa daerah. Dan bukan tidak mungkin itu terjadi di Jakarta.
Untuk itu, menurut analisa saya, sebenarnya ada satu figur yang layak dipertarungkan dengan Ahok. Dukungan untuk figur ini pasti tinggi, jika saja, dia mau turun gunung.
Menurut saya, Prabowo Subianto adalah figur yang mampu bersaing menghadapi Ahok di DKI. Dan usul ini perlu dipertimbangkan, mengapa?
Pertama, Pendukung Prabowo Subianto masih riil, nyata, di DKI, pemilihnya ketika pilpres tahun 2014 dapat di dorong lagi, sebab di Jakarta saat itu, banyak pendukung militan Prabowo. Dan menurut saya, hingga saat ini masih tetap cinta kepada Prabowo.
Jika saja, Prabowo mau turun gunung, menurut saya, pilkada DKI akan sangat menarik. Ganjalan mungkin hanya satu, yaitu gengsi bertarung di level yang lebih kecil. Selain itu, bisa saja dia malu bertarung dua kali melawan orang-orang yang didukungnya sebelumnya, pernah melawan Jokowi. Jika terjadi kemudian melawan Ahok.