Â
Â
Bapak Jokowi!
Pada dirimu, aku melihat sebuah lukisan. Lukisan yang menggambarkan Indonesia Mini!
Jika aku terbayang dengan saudara kita para petani, ku teringat engkau duduk berjongkok bersama mereka mereka di pinggiran sawah, sembari engkau mendengar keluh kesah mereka. Sesekali engkau mengangguk, tapi tak jarang engkau mengernyitkan dahi. Dari situ engkau memberikan tuah kepada bawahanmu.
Dan tuahnya adalah cukupkan pupuk, perbaiki kualitas benih, perbaiki irigasi, bantu permodalan dan hentikan import pangan. Mafia pangan menjerit, tetapi petani mulai optimis, ada sebuah harapan untuk perubahan nasib mereka, lebih sejahtera dan lebih layak hidup.
Pada dirimu, aku melihat harapan masa depan dari nelayan, buruh, imigran, kaum papa, kaum terpinggirkan, kaum minoritas dan semua kaum yang membutuhkan keberpihakan. Di pundakmu, kini mereka percaya. Percaya akan sebuah perubahan, perubahan yang lebih baik tentunya.
Pada dirimu, aku melihat sebuah lukisan, tentang Papua yang berharap. Papua yang di masa lalu, termiskinkan oleh ketamakan para elit dan cengkeraman asing yang tiada henti menggaruk ladang-ladang emas di Papua. Engkau datang bolak-balik, meski jauh. Dari situ engkau bersabda pada dirimu.
Papua harus dibangun, buka jalan yang terisolasi oleh tangan koruptor di masa lalu, bangun pelabuhan untuk logistik yang lebih murah, berdayakan para petani, gelontorkan triliunan rupiah setiap tahun demi Papua yang berdaya, Papua yang memiliki masa depan, Papua yang dalam dirinya harus mempunyai rasa bangga sebagai anak bangsa, bagian dari negara tercinta, NKRI.
Pada dirimu, aku melihat rasa memiliki. Rasa memiliki akan saudara-saudara kita di perbatasan-perbatasan yang selama ini terabaikan. Engkau meninjau, tak lama engkau memberi titah kepada bawahan. Bangunkan daerah perbatasan dari rasa minder yang lama menghantui mereka tersebab tetangga lebih menggiurkan, tetangga lebih makmur, tetapi lebih dari segalanya. Bangun jalan-jalan yang mampu membanggakan anak negeri. Buka hutan belantara, bentangkan jalan, sambungkan rasa bangga di antara sesama anak bangsa. Pada rasa memiliki yang engkau punya, Bapak Jokowi, engkau telah sadarkan saudara-saudara di perbatasan bahwa negara masih ada, bahwa Negara masih hadir buat mereka. Engkau menyadarkan mereka, rezim telah berganti, keberpihakan singgah menyapa anak negeri.
Bapak Jokowi!