Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kisah Mitologi Padi dalam Sepiring Nasi Goreng

28 Oktober 2022   09:00 Diperbarui: 28 Oktober 2022   19:05 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi nasi goreng kambing. Sumber: Shutterstock/adie.foodtography via Kompas.com

Adapun mitos padi dari masyarakat Sunda lama (Kanekes), yang mengisahkan kelahiran Nyi Pohaci Sanghyang Asri (Dewi padi) dari air mata Antaboga (ular raksasa). Mitos ini menceritakan kesedihan Antaboga yang akan dibunuh oleh Batara Guru karena tidak memiliki tangan dan kaki untuk membangun istana. Kesedihan ini akhirnya melahirkan sebuah telur yang melahirkan seorang gadis bernama Nyi Pohaci.

Batara Guru sangat tertarik dengan paras cantik dengan Nyi Pohaci, namun keinginan ini ditentang oleh para dewa. Sehingga, akhirnya Nyi Pohaci dibunuh dan jasadnya dijatuhkan ke bumi. Dari kematian Nyi Pohaci, kemudian lahirlah cerita mengenai padi dua warna yang tumbuh dari kedua matanya dan menjadi cikal bakal filosofi warna merah dan putih. Mata kanannya mengeluarkan beras putih sedangkan mata kirinya mengeluarkan beras merah.

Tidak hanya di Jawa, mitos padi nyatanya juga berkembang di tanah Sumatra, khususnya bagi masyarakat Karo. Awalnya, masyarakat Karo mengandalkan makanan dari cara berburu dan meramu makanan di hutan. Hal seperti ini sering menimbulkan pertikaian. Akhirnya, Beru Dayang Jile-Jile (Dewi padi) diperintahkan oleh Dibata (Dewa utama masyarakat Karo) untuk mengajari manusia menanam padi agar bisa dijadikan makanan.

Hingga kini, beberapa varietas padi yang ada di tanah Karo disebut dengan Dayang sebagai bentuk ungkapan terimakasih atas jasa Beru Dayang. Jenis-jenis padi tersebut antara lain, Beru Dayang Rungun-rungun (padi yang telah ditanam), Beru Dayang Buninken (padi yang telah ditanam dan ditutup), Beru Daya Malembing (padi yang daunnya mirip lembing), Beru Dayang Meduk-meduk (padi berdaun rimbun ke bawah), dan berbagai jenis padi lainnya.

Berkembangnya berbagai kisah mitos yang mentautkan beras sebagai berkat dari dewa dan dewi di Indonesia, menjadi bukti kuat bahwa pemaknaan dan penghormatan masyarakat Nusantara kala itu terhadap beras tidak hanya berhenti pada urusan perut serta ekonomi, seperti mengubah nasi sisa kemarin untuk menjadi nasi goreng. Namun, dibalik itu ada internalisasi berbagai nilai religius dan batin yang disematkan ke dalam sebatang padi.

Penghormatan ini semakin terwujud dari adanya budaya untuk menyimpan padi di dalam lumbung, yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Sebagai contoh, masyarakat suku Badui memiliki budaya leuit, yakni budaya menyimpan padi yang sudah panen di dalam lumbung yang bernama leuit (Gradjito dkk, 2019). Leuit terbagi ke dalam dua bentuk, yakni leuit individu yang diperuntukan untuk keluarga dan leuit komunal untuk desa.

Adapun budaya menyimpan padi di dalam lumbung juga dilakukan oleh masyarakat Tidung dari Kalimantan Utara. Sehabis panen, mereka selalu menyimpan semua padinya di dalam rumah baloy (adat). Rumah baloy dibuat dari kayu ulin dan selalu dibangun menghadap ke arah Utara. Bangunan ini, tidak hanya sebagai tempat untuk menyimpan hasil bumi setelah panen, namun juga menjadi pusat komunal adat bagi masyarakat suku Tidung (Kurniawan, 2015).

Dari pemaparan di atas, kita bisa memahami dan menyimpulkan bahwa popularnya nasi goreng di atas meja makan orang Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh pertalian sejarah antar bangsa di masa lampau yang memberikan ilmu untuk pengolahan makanan. Namun, faktanya popular nasi goreng di Indonesia juga dipengaruhi oleh lestarinya pemahaman budaya Nusantara terhadap laku spiritual alam dan semesta.

Berkembangnya berbagai mitos mengenai padi di sebagian bumi Nusantara, rasanya cukup menggambarkan bahwa nasi goreng tidak hanya sekadar panganan untuk mengatasi bertambahnya sampah dapur. Namun, ada local champion berupa semangat spiritual tertentu yang disematkan ke dalam sepiring nasi goreng. Sehingga, penting bagi kita untuk mewariskan pemahaman ini, bahwa makanan amat berharga sekalipun dia belum bisa disantap.

Kalau Anda, suka nasi goreng yang seperti apa? Tulis pendapat Anda di kolom komentar ya!

Daftar Pustaka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun