Meski racikan kopinya berpotensi untuk ditiru oleh kompetitor lain, namun Witarso mengakui pada penulis bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki masalah dengan itu. Witarso percaya bahwa resep adalah resep, di mana sebuah resep tentu dapat ditiru oleh banyak orang, namun yang tidak bisa ditiru adalah racikan, takaran, dan pengalaman dalam menentukan standar baku untuk mampu menghasilkan secangkir kopi jos yang bercita rasa khas.
Selain itu, Witarso juga menceritakan satu keunikan dari segelas kopi jos. Keunikan itu datang dari air kopi dengan bara arang yang dicampurkan secara bersamaan.Â
Pada awal kemunculannya, Witarso menceritakan jika barang arang berfungsi untuk membuat kopi tersebut tetap panas dan beraroma khas. Namun, seiring waktu berjalan, Witarso menemukan jika perpaduan tersebut justru membuat kadar kafein dari kopi menjadi berkurang, namun tidak menghilangkan cita rasa aslinya.
Cerita dari Witarso yang menarik itu, lantas menggoda penulis untuk memesan segelas kopi jos lengkap dengan makanan pendamping. Kebetulan penulis adalah seorang pengidap GERD yang pada akhirnya menjadi cukup anti untuk minum kopi, meskipun merupakan seorang penulis kuliner.Â
Namun, dari cerita unik tersebut penulis tertarik untuk membuktikannya sendiri. Saat datang dihadapan penulis, aroma khas kopi dan bara arang langsung memenuhi rongga hidung.
Setelah menunggu panasnya kopi reda beberapa saat, penulis kemudian menyeruput kopi jos yang menggoda itu. Cita rasa kopi robusta yang berkarakter kuat langsung terasa di lidah penulis.Â
Dalam rupa itu, penulis juga merasakan ada sensasi unik yang ditimbulkan dari campuran pala dan kayu manis, yang membuat kopi tersebut terasa memiliki cita rasa rempah, hangat di tenggorokan, dan terasa lebih manis. Selain itu, rasa pagit dari kopi memang tetap terasa jelas.
Namun, kadar kafein yang masuk ke lambung memang terasa agak berkurang. Hal itu penulis temukan dari tidak munculnya reaksi asam lambung yang berlebih akibat kopi yang masuk ke dalam perut.Â
Bagi pembaca penderita maag atau GERD, tentu dapat mengerti bagaimana rasanya asam lambung naik sampai ke permukaan tenggorokan saat mengonsumsi sesuatu yang mengandung kafein, asam, pedas, santan, atau minuman karbonasi.
Namun, kasus ini cukup unik, karena pasalnya meski kadar pahitnya tidak hilang seutuhnya, namun arang memang benar-benar membantu menyerap kafein berlebih yang tidak aman bagi penderita penyakit maag atau GERD dan membuat kita menjadi sulit tidur.Â