Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Filosofi Teras di Balik Belajar Main Saham

29 September 2021   08:00 Diperbarui: 6 Oktober 2021   18:52 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah asyik bercerita soal saham dan berbagai faktor resikonya, Eko kemudian mengajak penulis dan para kompasianer Jogja lainnya untuk mulai melakukan trial membeli saham menggunakan aplikasi online. Pada saat trial, Eko menjelaskan ada beberapa hal dasar yang harus dipahami terlebih dahulu oleh kami. Kurang lebih ada empat hal penting yang harus dipahami terlebih dahulu saat mulai belajar tentang saham dan sebelum membelinya.

Pertama, menurut Eko keputusan dalam membeli saham harus didasarkan pada pertimbangan yang rasional. Rasional di sini adalah tidak hanya mengacu pada harga atau nama dari suatu entitas yang menjual saham, namun yang juga perlu dilihat adalah aktivitas jual beli sahamnya. Ketika saham itu aktif atau ada pergerakan jual beli yang ramai, maka ini dapat menjadi indikator untuk menilai bagus atau tidaknya kualitas suatu saham.

"Jangan gampang terbuai dengan "nama perusahaan" ya, karena yang sudah terkenal sekali sahamnya belum tentu bagus dan yang tidak terkenal atau undervalued bisa jadi lebih bagus dan harganya bisa sampai to the moon. Jadi, selalu baca laporan keuangan terlebih dahulu sebelum beli saham yang diinginkan, supaya pembelanjaannya tidak impulsif", tutur Eko.  

Kedua, beli lah saham saat harganya turun dan jual lah kembali saat harganya naik. Perilaku ini mungkin terlihat cukup sepele, mengingat sejak dahulu kecenderungan ini memang terus dilakukan dan dilestarikan dalam proses mencari suatu keuntungan. Namun, perilaku seperti ini sangat berbeda dalam konteks jual beli saham. Dalam jual beli saham, harga bisa saja berubah, entah itu dalam hitungan jam, menit atau bahkan detik sekalipun.

Maka dari itu, Eko menyarankan untuk kembali melihat dan menganalisis pada berita dan isu-isu yang terus berkembang di media online, agar para investor atau trader saham tidak terjebak di dalam suatu keraguan saat proses jual beli saham. Disamping itu, Eko juga menyarankan untuk selalu mengikuti perkembangan pasar, yang bisa dilakukan dengan melihat pada beberapa berita yang secara khusus membahas soal pergerakan pasar modal dan saham.

Ketiga, lihat lah PBV (Price to Book Value) pada laporan perusahaan tersebut. Menurut Aliya (2021) PBV (Price to Book Value) adalah nilai aset bersih dari sebuah perusahaan, di mana perhitungannya adalah harga saham dibagi dengan total aset (value) yang dimiliki oleh perusahaan tersebut selama masa operasional. Nilai dari hasil pembagian tersebut nantinya akan berguna untuk menentukan, apakah harga dari sebuah saham bisa dikatakan murah atau mahal.

"PBV yang bagus adalah PBV yang berada di bawah satu. PBV yang ada di bawah satu menandakan bahwa harga saham yang dijual termasuk murah. PBV yang berada di bawah satu umumnya berharga sekitar Rp 100 untuk satu lembarnya. Nah, kalau PBV sudah menyentuh angka 7 ke atas, maka bisa dipastikan jika harganya semakin mahal", tutur Eko.  

Selain melihat PBV, Eko juga menyarankan untuk melihat BVS (Book Value per Share). Menurut Darmawan (2021), BVS (Book Value per Share) adalah nilai sebuah aset atau kelompok aset dikurangi dengan sejumlah penyusutan nilai yang dibebankan selama umur pengguna aset tersebut. Jika nilai BVS perusahaan lebih tinggi dari pada nilai pasar per sahamnya (PBV), maka sahamnya bisa dikatakan undervalued atau murah dan lebih rendah dari harga pasar.

Ilustrasi dari pelaku keuangan yang sedang mempelajari saham | folderbisnis.com
Ilustrasi dari pelaku keuangan yang sedang mempelajari saham | folderbisnis.com

Keempat, selalu perhatikan PER (Price to Earning Ratio) pada laporan perusahaan yang tertera. Menurut Adieb (2021), PER (Price to Earning Ratio) adalah gambaran mengenai rasio harga saham suatu perusahaan dan keuntungan atau laba yang mampu dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Jika PER perusahaan memiliki nilai yang tinggi, maka artinya saham perusahaan tersebut pasti nilainya juga akan tinggi, begitu pun juga dengan labanya.

Mengutip dari pernyataan Lo Keng Hong, Eko menjelaskan bahwa nilai PER yang baik adalah yang berada di bawah 10. Namun, analisis lain juga menyebutkan bahwa jika nilai PER di bawah 12 sampai 18, maka saham tersebut masih layak untuk dibeli dan harus disesuaikan dengan kapital yang dimiliki oleh masing-masing investor. Salah satu hal yang harus dihindari dari suatu PER adalah jika nilainya negatif, maka ada kemungkinan akan merugi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun