Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Foodie

The Next Sate Ratu, Semangat Baru dari Sate Ratu

10 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 9 September 2022   16:48 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sate merah sedang dibakar oleh staff dapur | Dok. pribadi/ Thomas Panji

Setelah selesai makan, tanpa berlama-lama penulis yang sudah penasaran dengan sate merah, akhirnya bergegas menuju dapur, untuk bertanya-tanya kepada para staff dan tentu mengobservasi proses produksi serta mencari tahu bumbu apa saja yang dipakai. Dapur Sate Ratu dibagi menjadi dua bagian. Bagian depan digunakan sebagai dapur umum, dan dapur bagian belakang digunakan sebagai tempat untuk membakar sate.

Terdapat empat buah panggangan yang terus mengepul membakar sate. Setiap panggangan di isi oleh dua orang staff dan terdapat dua cook helper yang bertugas mengolah bumbu dan menyajikan sate yang sudah matang. Seorang staff mengizinkan penulis masuk ke dalam area dapur dan kemudian menjelaskan banyak hal soal produksi sate pada penulis. Staff tersebut menjelaskan bahwa dalam sehari Sate Ratu bisa menghabiskan sekitar ratusan kilogram paha ayam.

Yang menarik dari penjelasannya adalah satu paha ayam, baik paha atas maupun bawah digunakan untuk mengisi satu tusuk sate! Berarti dari empat paha ayam akan menghasilkan empat tusuk sate, dengan potongan daging yang berukuran besar. Setelah daging dipotong, barulah daging dimarinasi ke dalam bumbu merah selama tiga jam lamanya. Inilah salah satu alasan mengapa bumbunya begitu meresap sampai ke dalam daging dengan sempurna.

Selain itu, untuk membakarnya arang yang digunakan pun bukan arang bambu atau kayu, melainkan arang dari tempurung kelapa. Arang tempurung kepala menurut keterangan salah seorang staff dapur memiliki ciri khas, yakni dapat memberikan aroma yang lebih wangi ketimbang arang kayu ataupun arang bambu. Selain itu, arang tempurung kelapa dipakai karena lebih bagus untuk memasak makanan yang memang tekniknya dipanggang atau diasapkan.

Soal harga, untuk bisa makan puas di Sate Ratu, pembaca hanya perlu merogoh kocek sebesar mulai dari Rp 5.000,00-Rp 25.000,00. Mahal? Tentu, tapi kualitas boleh diadu dengan jenis sate-sate lain yang ada di Yogyakarta. Jika pembaca ingin makan bersama dengan keluarga atau teman dekat, Sate Ratu boleh jadi tempat yang pas. Tetap ingat, selama masa pandemi korona, selalu patuhi protokol kesehatan secara bijak, supaya makan tetap happy, kesehatan no worry.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun