Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Foodie

The Next Sate Ratu, Semangat Baru dari Sate Ratu

10 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 9 September 2022   16:48 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sate merah sedang dibakar oleh staff dapur | Dok. pribadi/ Thomas Panji

Buku ini pada intinya mengulas tentang awal mula dari bagaimana Sate Ratu berdiri hingga sukses sebagai restoran sate yang sering dikunjungi oleh para turis mancanegara; berhasil memenangkan kompetisi kuliner; berhasil diulas oleh Trip Advisor sebagai restoran sate terbaik di Kabupaten Sleman dan sederet pengalaman lainnya. Setelah membagi-bagikan buku, acara pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara Kompasianer dengan Budi, selaku pemilik Sate Ratu.

Namun, belum sampai sekitar satu jam kami melakukan sesi tanya jawab, sate-sate yang masih panas dan beraroma khas bersama dengan nasi putih dan secawan kuah kaldu pun sudah tersedia di atas meja makan kami semua. Pelayan nampak sibuk saat itu untuk menghitung jumlah porsi makanan yang harus disediakan kepada kami para penulis. Sesi tanya jawab yang tadi fokus mendengarkan, sudah pasti terdistraksi dengan sate-sate yang sangat menggugah selera ini.

Setelah semua sate dihidangkan, tanpa berlama-lama Budi mempersilahkan kami makan malam. Tak lupa juga, karna kami adalah penulis sudah tentu, hal pertama yang dilakukan sebelum makan selain berdoa adalah memfoto makanaan se-kreatif dan se-fotogenik mungkin. Setelah itu, barulah kami tancap gas untuk makan malam. Selagi teman-teman penulis makan dengan khidmat, penulis justru menganalisis dan bertanya-tanya kepada Budi mengenai produk satenya.

Budi menerangkan bahwa sate disini tidak dimakan dengan lontong. Budi merasa, jika sate dimakan dengan lontong maka sensasi dari makan sate itu akan terasa kurang puas bagi pelanggan. Maka dari itu, Sate Ratu menghidangkan nasi sebagai makanan pokok bersamaan dengan kuah kaldu. Kuah kaldu ini berfungsi sebagai penambah rasa dan mengatasi rasa serat saat makan sate bersamaan dengan nasi putih hangat.

Setelah bertanya-tanya, akhirnya penulis makan malam. Saat itu hidangan yang datang di atas meja adalah sate merah sebanyak enam tusuk, secawan kuah kaldu dan sepiring nasi putih. Sate merah menurut Budi adalah salah satu menu andalan Sate Ratu, selain sate kanak; sate kulit; lilit basah; ceker tugel dan menu lainnya. Secara penampilan, warnanya sangat merah merekah, seperti habis dicelupkan ke dalam saus cabai yang sangat kental.

Warna merah ini tentu berasal dari cabai yang dihaluskan sampai menjadi sambal dan sudah dicampurkan dengan berbagai rempah, yang membuat harumnya begitu khas. Pada gigitan pertama, penulis kaget karena warna merah merekah yang penulis rasa akan terasa sangat pedas, ternyata tidak sepedas seperti yang diekspektasikan. Rasa pedas manis menjadi rasa utama yang langsung terasa lidah. Perpaduan cabai, rempah dan gula merah tercampur dengan sempurna.

Tampilan dari sate merah khas Sate Ratu, bersama dengan nasi putih hangat dan kuah kaldu | Dok.pribadi/ Thomas Panji
Tampilan dari sate merah khas Sate Ratu, bersama dengan nasi putih hangat dan kuah kaldu | Dok.pribadi/ Thomas Panji

Rasa lengket pada sate akibat karamelisasi gula merah saat dipanggang membuat daging menjadi lebih legit. Bumbu sate yang digunakan untuk sate merah, penulis duga adalah bumbu sambal balado yang biasanya dipakai untuk memasak berbagai hidangan. Namun, peran gula merah membuat warnanya menjadi lebih gelap dan secara tidak langsung membuat rasanya menjadi lebih khas. Ketika makan, sensasi cita rasa pedas cabai tetap masih bisa kita rasakan.  

Tapi, rasa pedas cabai itu bisa dinetralisir dengan rasa manis dari gula merah. Sensasi rasa pedas dan manis dalam satu gigitan, membuat penulis tidak bisa fokus untuk menganalisis. Sensasi pedas manis ini tidak hanya ada dibagian permukaan sate, namun juga sampai meresap ke dalam daging, yang membuat selera makan menjadi lebih nikmat. Penulis berasumsi, sepertinya daging sate dimarinasi terlebih dahulu, sekitar empat sampai dengan enam jam lamanya sebelum dibakar.

Selain cita rasa pedas manis yang khas, daging yang digunakan pun juga bukan sembarangan. Jika biasanya sate ayam menggunakan seluruh bagian ayam untuk isian sate, Sate Ratu hanya menggunakan bagian paha ayam saja untuk isian satenya. Inilah mengapa sebabnya daging ayam dari Sate Ratu terasa lebih gurih, legit dan beraroma. Bagian paha ayam, baik paha atas maupun paha bawah memang memiliki lebih banyak konten lemak dan rasanya lebih gurih.

Konten lemak dalam protein seperti paha ayam, sering disebut sebagai dark meat. Disebut dark meat karena ketika dimasak lemak yang keluar dari paha ayam akan sangat banyak jumlahnya dan ini tentu menimbulkan proses karamelisasi yang jauh lebih maksimal, ketimbang bagian ayam yang lain, seperti dada ataupun sayap. Dark meat pada dasarnya adalah daging yang sudah sangat gurih, sehingga tidak perlu ditambahkan dengan bumbu yang kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun