Pasalnya, toko roti milik Basis berlokasi di gang sempit yang kira-kira hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua saja. Selain berada di gang sempit, posisi rumah Basis juga agak sulit dijangkau karena diapit oleh beberapa bangunan milik warga, dan ditambah jalan menuju ke tokonya semakin lama justru semakin menyempit. Secara fisik, toko roti milik Basis lebih mirip seperti toko kelontong ketimbang toko roti besar nan legendaris.
Namun, selepas penulis turun dari motor dan perlahan mulai masuk ke dalam toko, bau semerbak wangi gula yang terkaramelisasi dari roti kembang waru pun langsung menyelimuti hidung yang penasaran akan rasanya.Â
Toko roti rumahan Basis cukup mencolok mata karena warna beranda rumahnya menggunakan cat berwarna merah terang, yang menurut beberapa warga setempat menjadi salah satu ciri khas tersendiri dari toko roti kembang waru milik Basis.
Saat itu jam menunjukkan pukul 14.35 WIB dan toko roti kembang waru Basis buka setiap hari pada jam 10.00 WIB dan tutup pada pukul 21.00 WIB.Â
Penulis yang baru saja tiba di lokasi, langsung bertemu dengan Basis yang sedang duduk santai di depan beranda rumah. Tanpa berlama-lama, penulis pun langsung membeli lima bungkus kue kembang waru yang tersusun rapih di dalam etalase kaca yang dipenuhi dengan tumpukan roti kembang waru lainnya.
Harga roti kembang waru milik Basis per bungkusnya dibanderol hanya seharga Rp 1.800,00 saja. Setelah membayar, penulis pun langsung melihat bentuk dari roti kembang waru yang baru saja di beli.Â
Sekilas, roti kembang waru bentuknya menyerupai bintang dan memiliki delapan tonjolan ditiap sisinya. Penulis pun langsung teringat dengan bentuk dari bintang michelin atau michelin star, karena bentuknya hampir serupa tapi tak sama.
Roti kembang waru buatan Basis pada dasarnya tidak jauh berbeda tampilannya dari roti kembang waru yang dijual di tempat lain. Namun, di sinilah perbedaan besar dari roti kembang waru buatan Basis.Â
Campuran adonan yang terdiri dari air, tepung terigu, gula dan telur, ditambahkan dengan sedikit kayu manis dan pala bubuk, untuk semakin membuat rasa dan aromanya menjadi lebih khas. Selain itu, proses memasaknya juga memberikan dampak yang besar bagi cita rasanya.
Roti kembang waru secara praksis dimasak dengan cara dipanggang dengan menggunakan oven. Namun, oven yang digunakan di dapur Basis masih menggunakan oven tradisional yang memanfaatkan bara arang.Â
Bara arang tidak hanya digunakan dibagian bawah oven saja, namun bara arang juga diletakan di atas oven. Sehingga, panas oven bisa lebih maksimal, karena sumber panas berasal dari bagian bawah dan atas, mirip seperti cara kerja oven modern.