Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Demonstrasi, Kebudayaan Tutur dan Rendahnya Aktivitas Literasi Membaca

4 November 2020   07:00 Diperbarui: 4 November 2020   07:04 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mahasiswa sedang mengikuti demo| mediaparahyangan.com

Sebagai ilustrasi, hanya ada sekitar 0,001% orang Indonesia yang punya minat membaca. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia yang tinggal dalam sebuah wilayah hanya ada 1 orang yang ‘rajin’ membaca.

Data minat membaca yang rendah di masyarakat Indonesia juga diperkuat oleh sebuah laporan dari Kemendikbud yang bertajuk Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34 Provinisi (2019). 

Secara umum, angka rata-rata Indeks Alibaca (Aktivitas Literasi Membaca) Nasional masuk dalam kategori aktivitas literasi rendah, yakni sebesar 37,32%. Rendahnya angka rata-rata Indeks Alibaca Nasional, dipengaruhi oleh dua faktor, yakni pada permasalahan akses dan budaya membaca.

Pertama, permasalahan akses merujuk kepada kemudahan masyarakat untuk bisa menikmati bahan bacaan berkualitas. Permasalah ini dihitung berdasarkan berapa jumlah ketersedian perpustakaan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat, serta seberapa tertariknya masyarakat untuk mau membeli surat kabar dan majalah. Data menunjukan, ketersediaan perpustakaan, baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat masih jauh dari kata cukup.

Anak-anak pemulung asik membaca| perpustakaankelilingpkpu.blogspot.com
Anak-anak pemulung asik membaca| perpustakaankelilingpkpu.blogspot.com

Kurangnya sarana masyarakat untuk bisa mengakses bahan bacaan, ikut mempengaruhi pada kurangnya minat masyarakat untuk mau membeli dan membaca koran/majalah. 

Jika ditotal, indeks permasalahan akses memiliki nilai sebesar 23,09% atau berstatus rendah. Kedua, budaya membaca di masyarakat Indonesia juga masih sangat kurang. Budaya membaca masyarakat dalam laporan Kemendikbud, tersusun dari lima indikator.

Lima indikator tersebut adalah membaca surat kabar/majalah; membaca buku cetak; membaca berita di media online; kunjungan perpustakaan; dan pemanfaatan taman bacaan. 

Dari lima indikator dalam laporan tersebut, budaya membaca di masyarakat hanya memiliki total sebesar 28,50% atau dalam status rendah. Hasil ini semakin memperkuat bahwa kebiasaan atau budaya membaca di masyarakat bukan menjadi hal yang populer atau belum dilakukan secara merata.

Satu hal yang mengejutkan adalah, berkembangnya teknologi komunikasi yang justru dapat membantu masyarakat agar lebih mudah untuk bisa mengakses informasi secara daring, ternyata tidak digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini dibuktikan dengan minimnya aktivitas masyarakat untuk mengakses sumber literasi elektronik. Selain minim mengakses sumber literasi elektronik, rendahnya minat untuk berkunjung ke perpustakaan dan taman bacaan juga menjadi faktor utama.

Rendahnya budaya literasi di Indonesia dapat kita temukan, salah satu faktornya dari bentuk dan karakter sosial-antropologis masyarakat Indonesia. Dalam perspektif Komunikasi Antar Budaya, masyarakat Indonesia memiliki kemampuan tutur yang jauh lebih kuat ketimbang budaya membaca. Alasan ini muncul dari bentuk karakteristik masyarakat Indonesia yang erat kaitannya dengan budaya kolektivisme dan pola budaya komunikasi konteks tinggi (high-context culture).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun