Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Cita Rasa Jenang Legendaris dari Sudut Pasar Lempuyangan

29 April 2020   07:51 Diperbarui: 2 Mei 2020   11:50 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Alasan saya masih pakai parktek yang tradisional adalah karena saya ga pengen mengubah cita rasa jenang saya. Saya gapapa capek yang penting pelanggan saya senang,” tutur Gesti.

Untuk proses memasaknya, Gesti menyebutkan bahwa tungku kayu adalah pilihan yang terbaik untuk bisa membuat jenang menjadi jauh lebih enak dan beraroma wangi. 

Tungku kayu menurut Gesti akan memberikan sentuhan karakter aroma yang kuat dan khas, karena tungku kayu dinilai dapat menjaga titik panas secara jauh lebih stabil. Hal ini diperkuat dengan karakter dari sebuah jenang yang akan mengeluarkan air ketika di masak. 

Gesti menjelaskan bahwa air itu tidak boleh keluar dari jenang sehingga tungku kayu dipilih untuk mengatasi hal tersebut. Hasilnya adalah aromanya menjadi lebih kuat karena pati tepungnya tidak pecah dan semua aroma dari pati bisa terperangkap ke dalam adonan secara konsisten. Tungku kayu sendiri juga berfungsi untuk menjaga kadaluarsa dari jenang. 

Percaya atau tidak jenang milik Gesti bisa bertahan hingga sehari tanpa mengalami proses pengerasan, sehingga jenang milik Gesti bisa dibawa keluar kota sebagai cinderamata kuliner. Meski masih mempertahankan tradisi memasak tradisional, Gesti menuturkan bahwa tantangannya menjadi jauh lebih berat.

Anak dari Gesti, yang sering membantu dalam kesehariannya berjualan jenang| Dok. Pribadi/Thomas Panji
Anak dari Gesti, yang sering membantu dalam kesehariannya berjualan jenang| Dok. Pribadi/Thomas Panji
“Cara masak yang masih tradisional itu menurut saya bakalan lebih capek karena masaknya harus satu-satu dan perlu waktu masak yang cukup lama, supaya apa? Supaya bisa lebih enak,” tutur Gesti. 

Gesti biasanya sudah menyiapkan berbagai bahan bakunya di sore hari, seperti tepung hasil menumbuk, parutan kelapa murni, mutiara, tumbukan gula Jawa dan lainnya. Proses memasaknya sendiri memakan waktu sekitar empat jam dan dimulai dari jam 03.00 WIB sampai jam 07.00 WIB. 

Satu jenis jenang memerlukan waktu satu jam, karna Gesti memiliki empat jenis jenang, maka estimasi menjadi empat jam pengerjaan. Waktu pengerjaan selama itu dilakukan oleh Gesti dan anaknya setiap hari. 

Namun, menurutnya, memasak selama empat jam adalah waktu yang sangat normal. Gesti bercerita bahwa ia pernah memasak jenang selama 12 jam lama! Saat itu Gesti harus memenuhi pesanan acara ulang tahun dari anak pelukis tersohor Indonesia, Kartika Affandi.

“Jadi waktu itu, Kartika Affandi pesen jenang. Saya itu masak sembilan kuali jenang dan jenisnya macam-macam. Waktu itu saya masak dari jam 11.00 WIB sampai 23.00 WIB non-stop karena paginya jam lima saya harus antar ke lokasi. Itu menurut saya bener-bener ga terlupakan lah karena yang makan jenang saya pas itu jumlahnya sampai ratusan orang,” terang Gesti sambil mengingat.

Bagi sebagian orang, jenang mungkin tampak seperti panganan yang mudah untuk dibuat. Namun, pengalaman dari Gesti mengajarkan kita bahwa diperlukan dedikasi, kerja keras, kesabaran dan pengetahuan untuk bisa membuat sebuah jenang yang baik dan mampu untuk bertahan hingga seperti saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun