Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompas.id, Misi dan Proyek Ambisius di Tengah Gejolak Bisnis Media

22 April 2020   09:00 Diperbarui: 22 April 2020   09:20 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haryo kemudian kembali menjelaskan bahwa 3 M Kompas inilah yang saat ini sudah berlaku secara efektif penerapannya dan harusnya menjelma di dalam diri orang-orang Kompas. Dengan adanya nilai 3 M Kompas, maka hal ini pun praktis juga akan mendorong perubahan kerja secara teknis dan struktural.

“Perubahan habitus ini praktis akan kami lalui dengan perjuangan yang ga mudah. Kalau saya boleh bilang, wartawan Kompas adalah satu-satunya wartawan yang bekerja untuk dua platform. Kita menulis untuk cetak di malam hari dan kemudian di online pada pagi dan siang hari. Selain itu, wartawan Kompas saat ini juga harus punya banyak keahlian seperti foto, video dan lainnya,” ujar Haryono.

Poster kelas daring bersama Haryo Darmono| Dok. pribadi/Thomas Panji
Poster kelas daring bersama Haryo Darmono| Dok. pribadi/Thomas Panji

Secara redaksi menurut Haryo, Kompas.id dibentuk untuk kepentingan bisnis dan juga mempertahankan esensi jurnalisme yang khas dari koran Harian Kompas. Pada dasarnya, media harus mendapat income supaya jurnalismenya bisa bertahan. Dalam praktiknya, ada dua cara bagi media untuk mendapatkan income tersebut, seperti halnya dari iklan dan dari pembaca berlangganan. Pemasukan yang diambil dari pembaca berlangganan kemudian menjadi sebuah pilihan yang ingin diterapkan oleh Kompas.id sebagai model bisnis mereka, serupa seperti apa yang dilakukan oleh New York Times saat ini. 

Namun, untuk bisa mencapai kata setara saja dengan New York Times, Haryo menjelaskan bahwa perjuangannya masih sangat panjang. Haryo menceritakan bahwa kesulitan terbesar saat ini adalah di bagian SDM-Nya. New York Times bisa melakukan hal tersebut karena memiliki 1.600 wartawan, di mana mereka harus menulis satu artikel saja untuk satu hari.

Sedangkan, Kompas.id hanya memiliki 250 wartawan saja. Meski angka SDM-Nya terlampau jauh, namun Kompas.id menetapkan sebuah kebijakan bahwa wartawan hanya ditugaskan untuk menulis satu sampai dua berita saja sehari agar sebuah berita dapat disajikan dengan bagus, tepat dan mencerdaskan pembacanya.

“Wartawan yang baik itu adalah wartawan yang bisa punya waktu luang sehingga mereka bisa punya waktu untuk berpikir dan membuat berita yang bagus serta berkualitas,” tutur Haryono.

Sebagai media daring, Haryono menjelaskan bahwa SEO (Search Engine Optimization) bagi Kompas.id menjadi suatu aspek yang penting dalam misi untuk melanggengkan legitimasi dan jurnalisme yang khas dari koran Harian Kompas. 

Sistem penyedian kolom untuk menulis liputan berita di Kompas.id sengaja disediakan jauh lebih banyak dari pada di koran Harian Kompas. Alasannya adalah karena kolom yang disediakan untuk menulis berita di koran Harian Kompas sifatnya jauh lebih terbatas dan bahkan tidak cukup untuk memasukan sebuah foto. Sedangkan di Kompas.id kolom tulisan disediakan jauh lebih banyak sehingga setiap wartawan bisa menulis sebuah liputan menjadi jauh lebih panjang, lebih mendalam dan dapat disertai dengan foto-foto pendukung. 

Meski begitu, Haryo menjelaskan bahwa Kompas.id memerlukan waktu untuk memindahkan semua pembacanya dari koran ke portal media daring mereka secara menyeluruh karena adanya perbedaan jenis pembaca yang terdapat diantara koran Harian Kompas maupun di Kompas.id.

Menurut Haryo, pembaca di koran Harian Kompas adalah mereka yang jauh lebih suka untuk membaca berita yang bersifat langsung dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang tua. Maksudnya adalah pembaca ini memiliki karakter untuk membaca sebuah berita pada hari itu saja dan tidak bergantung pada sebuah update berita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun