Koperasi adalah "jati diri ekonomi bangsa Indonesia"-Ngudi Prasetiyo
Nama Koperasi tentu sudah tidak asing lagi bagi kita orang-orang Indonesia. Sejarah telah membuktikan bahwa koperasi sudah menjadi suatu identitas ekonomi khas negara Indonesia yang berbeda sekaligus unik dari negara-negara lain. Bagaimana tidak? Di kala banyak unit usaha yang kurang menerapkan prinsip humanisme dalam aktivitas ekonominya, koperasi justru hadir sebagai suatu unit usaha yang selalu mengedepankan semangat kekeluargaan dan gotong royong dalam aktivitasnya.Â
Atas kelebihannya, koperasi kerap dipilih masyarakat sebagai cara untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi yang berlandaskan pada prinsip keadilan sekaligus semangat gotong royong, dan kekeluargaan, alih-alih bersaing untuk menjadi yang terdepan serta berpotensi saling menjatuhkan. Meski begitu, namun koperasi saat ini sedang dihadapkan pada masalah akan massifnya gempuran disrupsi teknologi keuangan berbasis digital. Â
Kehadiran bank dan aplikasi dompet digital, lengkap dengan fitur teknologi keuangan yang mumpuni telah menciptakan perubahan sikap di masyarakat dalam memandang koperasi sebagai cara berekonomi. Tak jarang, masyarakat saat ini, khususnya anak-anak muda menganggap jika koperasi sudah usang dan ketinggalan zaman. Oleh sebab itu, saat ini koperasi semakin jarang kita jumpai gaungnya di sekitar kita.Â
Melihat kenyataan itu, saat ini ada beberapa pemerhati koperasi yang terus mencari solusi untuk mengembalikan marwah koperasi sebagai suatu identitas ekonomi Indonesia, agar harapannya dapat diminati kembali oleh masyarakat luas. Penulis beruntung dapat bertemu dengan Ngudi Prasetiyo (28), seorang aktivis koperasi dari Yogyakarta yang saat ini aktif untuk mempertahankan sekaligus memperkenalkan kembali mengenai keunggulan koperasi bagi anak-anak muda.Â
Ngudi menegaskan, koperasi pada dasarnya harus dipertahankan dan diperkenalkan kembali karena memiliki nilai gotong royong dan kekeluargaan yang menjadi dasar dari aktivitas koperasi. Melalui nilai-nilai itu, koperasi bergerak bukan atas nama profit, namun atas nama kepentingan bersama dan demokrasi, melaluimusyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan berbagai masalah. Nilai-nilai itu lah yang kemudian membuat koperasi menjadikannya berbeda dari unit usaha lainnya.Â
"Semua anggota diperlakukan sama, baik hak dan kewajibannya di dalam koperasi. Namun tingkat kontribusi dan hak ini perlu diperhatikan agar semuanya dapat berjalan secara adil dan tidak saling mendominasi," tutur Ngudi saat ditemui di salah satu pabrik bakpia di daerah Mangkuyudan, Jumat (22/11/2019)
Adapun nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong di dalam koperasi, menurut Ngudi juga sangat membantu  koperasi untuk dapat membentuk aktivitas komunikasi yang terbuka, fleksibel dan penuh dengan rasa penghormatan. Sehingga, ketika anggota koperasi dihadapkan pada suatu masalah, baik masalah internal atau eksternal, mereka telah memiliki aturan komunikasi yang dapat menjadi panduan untuk dapat menyelesaikan suatu masalah, tanpa harus melukai atau menyinggung perasaan. Â