Selain terkenal karena ayam goreng tulang lepasnya, sambal bawang manis serta kremesan tepung beras juga menjadi daya pikat pelanggan dan pelanggeng usaha lesehannya. Sejak buka dari tahun 2011, bu Tugini mengakui bahwa warung lesehannya adalah warung pertama yang menjajakan kremesan goreng dan sambal bawang manis di kawasan Jl. Anggajaya I.
Hal itu terlihat dari banyaknya pelanggan yang suka memesan sambal bawang manis lengkap dengan aneka gorengan dan kremesan. Bahkan sampai-sampai ada yang rela menambah dua keping tahu hanya untuk mencari cocolan bagi si sambal bawang manis ini. Kebanyakan pelanggan setianya adalah mahasiswa yang selalu datang ke warung lesehannya setiap hari. Adapun juga pelanggan dari berbagai kalangan lain, seperti orang tua dan pekerja kantoran.Â
"Awal buka sampai dengan hari ini kremesan, sambel bawang  manis itu harus ada karena itu sudah jadi identitas warung lesehan saya. Dan saya itu selalu punya pesen kalo yang masak itu tangannya harus sama supaya rasa masakannya enak," tuturnya.
Dibalik semua cerita manis dan sukses dari lesehan miliki bu Tugini, selalu ada cerita tentang jatuh bangun, perjuangan dan air mata yang menyelimutinya. Usaha dan perjuangan bu Tugini ternyata jauh lebih lama dari pada usaha lesehannya saat ini. Usaha dan perjuangan bu Tugini sudah dimulai sejak tahun 2003 saat ia dan suaminya masih harus bekerja bersama dengan orang lain untuk menyambung hidupnya.
Suaminya dahulu sudah bekerja sebagai karyawan penjual ayam kremes yang kini sudah menjadi miliknya sendiri 100%. Sedangkan bu Tugini dahulu berjualan jenang angkrak bersama bu Muji tetangganya.
Perjuangannya bersama sang suami akhirnya menemui titik terang saat sang majikan dari suami Tugini diberikan kepercayaan untuk melanjutkan usahanya dan diberikan hak 100% untuk mengelolanya secara penuh. Menurut penuturan cerita dari bu Tugini, hal itu terjadi saat sang majikan mengalami keretakan hubungan keluarga yang akhirnya berimbas pada kehancuran bisnisnya.
"Jadi selepas suami saya dapat kabar kayak gitu saya pusingnya bukan main. Sedih mas kalau mikirin zaman dulu karena ibaratnya kita mulai itu dari nol lagi sampai besar seperti sekarang ini," tuturnya.
Saat ini bu Tugini sudah memiliki dua cabang warung lesehan yang jaraknya tidak terlalu berjauhan. Satu warung dipegang oleh anak-anaknya dengan nama warung Lesehan Rizky 1 dan satu warung lagi dipegang oleh bu Tugini sendiri dengan nama warung Lesehan Rizky 2.
"Harapan saya itu ya sederhana kok mas, semoga anak cucu saya nanti bisa neruske bisnis saya, supaya mereka ga kelaparan, supaya tetap bisa menghidupi mereka sendiri," tuturnya.
Di akhir pembicaraan, bu Tugini sempat untuk mengungkapkan besaran omzet yang dterima perharinya. Saat ditanya, bu Tugini dengan terbuka dan jujur mengakui bisa meraih omzet sebesar Rp 3.500.000,00-Rp 4.000.000,00 per harinya yang menurutnya sangat cukup untuk kehidupannya bersama keluarga selama berbulan-bulan.