1. Menunjukkan apakah ada masalah keuangan yang dihadapi tanpa sadar. 2.Memastikan bahwa kondisi keuangan tetap aman meskipun terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak terduga.
3. Memastikan apakah keuangan keluarga sudah terlindungi atau belum jika terjadi musibah.
4. Memastikan apakah harta yang dimiliki saat ini sudah tepat atau belum. 5.Memastikan apakah keinginan-keinginan hidup yang membutuhkan uang dapat terwujud atau tidak.
Mari kita Fokus pada 3 point pertama saja. Intinya adalah bahwa Saat keadaan darurat terjadi, harus ada dana yang siap digunakan untuk mengantisipasinya. Besaran dana darurat ini adalah minimal 4 kali pengeluaran rutin setiap bulan. Artinya, jika keluarga kita setiap bulannya mengeluarkan uang untuk seluruh anggota keluarga sebesar 5 juta rupiah. Maka kita harus siapkan dana sebesar 20 juta rupiah untuk mengamankan masa-masa berat karena pandemic ini. Pengeluaran ini adalah pengeluaran untuk konsumsi, pembayaran sekolah, listrik, air, telepon sampai ke cicilan-cicilan yang harus dibayar rutin.
Bagaimana dengan sumber pendapatan?
Saat ini jutaan orang kehilangan sumber pendapatan karena kehilangan pekerjaan akibat perusahaan tempat bekerjanya kolaps karena pandemic maupun usahanya berhenti total. Sudah jauh-jauh hari yang lalu, bahkan jauh sebelum ada pandemic ini, kita disarankan untuk melakukan diversifikasi sumber keuangan. Kalau kita bekerja sebagai karyawan, maka kita harus punya investasi atau usaha sampingan. Kalau kita adalah seorang pengusaha, maka harus ada diversifikasi usaha dan platformya.
Seorang pegawai, sebaiknya menyisihkan pendapatan rutin dari gajinya untuk berinvestasi atau melakukan usaha sampingan. Investasi pada masa sekarang ini sudah sangat mudah dan murah, karena semua serba online dan bahkan dengan dana minim sekalipun. Sekarang beli reksadana dengan 10 ribu rupiah pun sudah bisa.
Mau beli saham? Tidak perlu harus puluhan juta, kurang dari 100 ribu sudah bisa berinvestasi di saham. Hampir semua perusahaan sekuritas, sekarang pendaftarannya online, dan nilai investasinya bisa paling minim di bawah 100 ribu rupiah. Sudah sangat mudah dan murah kan? Tinggal kita mau atau tidak untuk memulainya.
Bagaimana dengan usaha sampingan di luar pekerjaan utama? Saya meminjam istilah Prof. Dr. Renald Khasali, P.HD, bahwa di era "Disrupsi", telah terjadi pergeseran dan percepatan di semua bidang yang belum pernah kita perkirakan sebelumnya. Â Salah satunya adalah mulai bergesernya kegiatan kita semua ke era penjualan dan pembelian online, Marketplace bermunculan, bahkan di Sosmed sekalipun kita semua biasa jualan apa saja dan melakukan pembelian apa saja. Hal ini membuat semua orang bisa menjual apa saja, darimana saja, dan tanpa modal sekalipun. Mau jualan online tanpa modal? Jadilah dropshipper. Ada Modal?
Kegiatan berniaga atau berjualan bisa dilakukan langsung dari rumah, dan yang dijual bisa barang apa saja, mulai dari fashion, pernak-pernik, barang hobi, elektronik dan lainnya. Bahkan saat ini sudah ada jutaan warung makan virtual yang bekerjasama dengan aplikator antar jemput seperti Gofood dan Grabfood, yang nilai transaksinya triliunan rupiah per bulan.
Ada kawan saya menjadi pengajar Bimbel online. Ada juga yang menjadi perancang gambar Logo online, ini malah sudah ada kampung Logo Online di daerah Magelang. Ada lagi kawan yang jualan sayur online, jajanan online dan masih banyak lagi contoh di sekitar kita pastinya.