Kalau melewati Tol eksisiting yang di bawah, jika super kebelet masih bisa mampir ke rest area yang ada, jangan membayangkanya kalau kita lewat atas alias tol Layang ini. Belum lagi kalau terjadi kecelakaan, tentu semakin runyam urusannya.
Mengapa saya bandingkan dengan Tol Cipali? Di Tol Cipali banyak kasus kecelakaan mobil hilang kendali, entah karena sopir mengantuk atau karena pecah ban, mobilnya melayang terbang pindah jalur lawannya dan terjadi tabrakan dahsyat, atau mobil melayang ke samping tol, yaitu sawah.
Bayangkan jika itu terjadi di Tol layang Japek ini, mobil hilang kendali tidak hanya akan terbang ke jalur lawan arahnya, tapi juga bisa melayang terbang ke bawah dari ketinggian 15 meter!
Lah kan ada dinding pengamanannya di sisi kiri dan kanan?
Sekali lagi, menurut mata awam saya, dinding pengamanannya masih kurang tinggi (mohon maaf kalau pengamatan saya salah), jika kecepatan mobil di atas 100 KM/jam maka diperlukan pengamanan yang lebih.
Penyakit para pengendara mobil di Indonesia, jika merasa jalanan kosong di depannya, maka gas akan digeber semaksimal mungkin supaya cepat sampai, mumpung jalanan lengang.
Sementara dari beberapa kasus kecelakaan yang terjadi, human eror dan kesiapan kendaraan menjadi masalah utama.
Sebenarnya, mau setinggi apapun tembok sisi pengamannya, tetap kembali ke manusia yang memanfaatkan jalan Tol Layang ini, mau bijak tapi selamat, atau ngegass tapi beresiko tinggi? Yang kalem sesuai aturan saja kadang masih bisa mengalami kecelakaan di jalan, apalagi yang grusa-grusu ngegas seenak jalan neneknya sendiri.
Pesan dari tulisan ini adalah bukan untuk menakut-nakuti para calon pengguna Jalan Tol Layang Japek, namun lebih untuk waspada serta mempersiapkan diri maupun kendaraannya dengan baik.
Jalan Tol ini dibuat sebagai alat/sarana untuk mempermudah serta melancarkan perjalanan kita ke tujuan. Tinggal bagaimana kita menggunakannya secara bijak dan aman.