Selain itu juga media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan cinta kasih dan solidaritas, seperti kampanye digital yang menggalang dana untuk membantu korban bencana atau mendukung inisiatif sosial. Komunitas Gereja juga dapat memanfaatkan platform daring untuk diskusi iman, atau membangun solidaritas lintas budaya dan negara. Media sosial juga dapat digunakan untuk melawan ketidakadilan. Dengan menggunakan media sosial, Gereja dapat menjadi suara bagi mereka yang tertindas, memperjuangkan hak asasi manusia, dan menyebarkan nilai-nilai keadilan serta kasih Kristiani.
Sebagai refleksi praktis, bagaimana kita dapat hidup beriman di tengah perkembangan teknologi ini? Pertama, kita perlu mengembangkan spiritualitas discernment yang mendalam. Seperti yang dikatakan Rasul Paulus "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah." (Rom 12:2). Dalam dunia yang dibanjiri oleh informasi dan distraksi, discernment membantu kita untuk mengenali mana yang benar-benar penting dan berharga di mata Allah.
Kedua, kita perlu membangun komunitas iman yang kuat. Teknologi seringkali mendorong individualisme, tetapi iman selalu bersifat komunitarian. Gereja harus menjadi tempat di mana orang dapat menemukan makna dan dukungan yang tidak dapat diberikan oleh dunia digital. Sebagaimana tertulis dalam Kisah Para Rasul "kita melihat bagaimana komunitas Kristen perdana hidup bersama dalam kasih dan solidaritas". (Kis 2:42-47) Komunitas seperti ini menjadi semakin penting di era teknologi, di mana banyak orang merasa terisolasi meskipun terhubung secara digital.
Ketiga, kita perlu menggunakan teknologi secara etis dan bertanggung jawab. Melalui sabda-Nya, Yesus memanggil kita untuk menjadi garam dan terang dunia (Mat 5:13-16). Ini berarti menggunakan teknologi untuk membawa kebaikan, kebenaran, dan keadilan. Media sosial, misalnya, dapat menjadi alat untuk menyebarkan Injil dan melawan ketidakadilan. Iman menuntut kita untuk menggunakan teknologi dengan cara yang mencerminkan kasih dan kebenaran Allah.
Akhirnya, iman di era teknologi memanggil kita untuk kembali kepada relasi yang mendalam dengan Allah. Teknologi dapat menjadi alat yang kuat, tetapi ia tidak dapat menggantikan kehadiran Allah dalam hidup kita. Dalam Kitab Mazmur kita diundang untuk diam dan mengenal Allah (Mazmur 46:10). Di tengah hiruk-pikuk dunia digital, iman memanggil kita untuk menemukan keheningan, di mana kita dapat mendengar suara Allah yang lembut namun penuh kuasa.
Dengan demikian, iman di tengah perkembangan teknologi bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, tetapi sesuatu yang harus dihidupi dengan penuh kesadaran dan keberanian. Teknologi dapat menjadi tantangan, tetapi juga peluang untuk memperdalam iman kita dan membawa kasih Allah ke dalam dunia yang semakin kompleks. Seperti yang dikatakan oleh Yesus, "Lihatlah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:20). Kehadiran-Nya tidak terbatas oleh ruang dan waktu, bahkan oleh perkembangan teknologi. Iman adalah pengakuan akan kehadiran ini, yang memberi makna sejati di tengah dunia yang terus berubah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H