Mohon tunggu...
Thomas Arkananta Basirin
Thomas Arkananta Basirin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa Kolese Kanisius Jakarta

Sudut Pandang Baru.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pelajaran Ekonomis Penting dari Demonstrasi Ojol

17 September 2024   12:00 Diperbarui: 18 September 2024   15:50 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengemudi ojek online | Sumber: GoTo

Pada Kamis, 29 Agustus 2024, sekitar 1.000 pengemudi ojek online (ojol) berdemonstrasi di Jakarta Pusat. Mereka menuntut kesejahteraan bagi kaum pengemudi ojol.

Masalah upah rendah yang dihadapi oleh para pengemudi ojol di Indonesia telah menjadi perhatian serius bagi banyak pihak. Para pengemudi seringkali menghadapi kondisi kerja yang tidak menguntungkan dengan pendapatan yang jauh di bawah upah minimum regional (UMR).

Oversupply dan Underdemand

Dari sisi ekonomis, beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap masalah ini adalah oversupply (kelebihan pasokan) pengemudi dan underdemand (kurangnya permintaan) dari pengguna jasa.

Jumlah pengemudi ojol yang terus meningkat, baik karena kemudahan pendaftaran maupun rendahnya hambatan masuk, menciptakan kelebihan pasokan tenaga kerja. Hal ini membuat persaingan antar pengemudi menjadi sangat ketat. Sebagai hasilnya, waktu tunggu untuk mendapatkan order semakin lama, dan pendapatan per order menjadi rendah.

Sebagai contoh, saat pertama kali muncul pada tahun 2010-2015, penghasilan para pengemudi bisa mencapai Rp 10 juta. Namun, pada 2016-2018, pendapatan para pengemudi mulai menurun hingga 50% dari sebelumnya karena perekrutan besar-besaran. Selain itu, munculnya aplikasi alternatif, seperti Maxim dan InDrive, memperketat persaingan.

Di sisi lain, permintaan terhadap layanan ojek online tidak selalu sebanding dengan jumlah pengemudi yang tersedia. Pasca-pandemi, jumlah unduhan aplikasi Gojek dan Grab menurun drastis. Gojek sendiri mengalami penurunan nilai transaksi bruto sebesar 8%. Kombinasi antara oversupply dan underdemand ini menjadi penyebab utama upah rendah yang diterima oleh para pengemudi.

Karena persaingan yang ketat dan minimnya permintaan, para pengemudi seringkali harus bekerja dalam jam kerja yang sangat panjang hanya untuk mendapatkan pendapatan yang layak. 

Meskipun mereka bekerja sepanjang hari, banyak pengemudi yang tetap tidak bisa mencapai upah minimum regional. Ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan finansial mereka, tetapi juga pada kesehatan fisik dan mental, karena harus terus bekerja tanpa jeda yang memadai.

Dua Harapan yang Bertentangan

Solusi untuk permasalahan ini sulit dicapai karena perbedaan antara harapan dan ekspektasi yang berbeda dari pengemudi dan konsumen. Dari sudut pandang pengemudi, kenaikan upah pengemudi berarti kesejahteraan. Dari sisi konsumen, kenaikan upah pengemudi berarti kenaikan harga.

Dengan demikian, meskipun meningkatkan upah pengemudi tampak sebagai solusi yang mudah, langkah ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Jika upah pengemudi dinaikkan secara signifikan tanpa memperhitungkan keseimbangan antara supply dan demand, maka harga layanan ojol juga akan naik. Kenaikan harga ini bisa mengurangi permintaan dari konsumen, yang pada akhirnya akan membuat pendapatan pengemudi kembali tertekan.

Oleh karena itu, solusi yang paling efektif adalah dengan mengelola supply dan demand secara hati-hati dan mencari titik keseimbangan yang optimal. Mengurangi jumlah pengemudi secara bertahap dan mendorong permintaan dengan cara-cara yang tidak merugikan pengemudi adalah kunci untuk meningkatkan kesejahteraan para pengemudi ojol di Indonesia.

Seleksi yang Harus Terjadi

Salah satu solusi yang dapat diterapkan di Indonesia adalah mengubah status pengemudi ojol menjadi karyawan, bukan mitra. Saat ini, dalam sistem kemitraan, pengemudi ojol tidak memiliki jam kerja yang tetap sehingga tidak menerima gaji yang stabil. 

Sebagai perbandingan, di Inggris, pengemudi ojol berstatus sebagai karyawan sehingga mendapatkan gaji di atas UMR dan jaminan pensiun yang berkontribusi terhadap kesejahteraan mereka. 

Sistem ini memerlukan seleksi yang lebih ketat untuk memenuhi standar sebagai karyawan sehingga jumlah pengemudi akan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. 

Ketika permintaan pengguna aplikasi meningkat, perusahaan dapat merekrut lebih banyak pengemudi. Sebaliknya, ketika terjadi penurunan, perusahaan akan menyeleksi pengemudi berdasarkan produktivitas. Alhasil, pasar tenaga kerja akan menyesuaikan dengan pasar ojol.

Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan perusahaan mampu memaksimalkan keuntungan, pengemudi ojol bisa menerima gaji yang stabil, dan konsumen tidak mendapatkan tarif yang lebih mahal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun