Pertanyaan tentang penderitaan manusia, terutama mereka yang hidup dengan kebenaran dan kesetiaan, telah menjadi fokus pembahasan filosofis dan teologis selama berabad-abad. Â Kitab Ayub, salah satu kitab dalam Alkitab, memberikan penggambaran yang mendalam tentang masalah penderitaan manusia, khususnya penderitaan yang menimpa orang-orang yang hidup dengan saleh dan jujur. Ayub adalah seorang saleh dan jujur serta dalam hidupnya selalu menjauhi kejahatan (Ayub 1:1), ia adalah orang sangat kaya di Tanah Us, kekayaannya sangat banyak ia memiliki 7 anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan dan harta yang sangat berlimpah (Ayub 1:2-3). Melalui pengalaman Ayub, kitab ini mengajarkan banyak pelajaran tentang alasan di balik penderitaan orang benar. Mari kita mempelajari beberapa kutipan kunci dan pemahaman dari Kitab Ayub tentang masalah ini.
1. Pengujian Iman.
Salah satu aspek yang paling mencolok dari cerita Ayub adalah pengujian iman yang dia alami. Ketika Iblis menantang kebenaran dan kesetiaan Ayub kepada Tuhan (Ayub 1:12, 2:6), Dia memberikan izin kepada Iblis untuk menguji Ayub. Dalam proses pengujian ini, Ayub kehilangan harta bendanya, keluarganya, dan kesehatannya. Namun, Ayub tetap setia kepada Tuhan, seperti yang tergambar dalam kata-katanya:
Â
Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku namun aku hendak membela peri laku ku di hadapan-Nya. (Ayub 13:15)
Versi Inggris terjemahan NIV "sekali pun Ia membunuh aku, namun aku akan berharap kepada-Nya". Dalam ayat ini terdapat pernyataan yang paling mengagumkan tentang iman akan kebaikan Allah yang pernah diungkapkan. Apa pun yang diizinkan Allah terjadi atas Ayub, apa pun beban yang ditimpakan kepadanya, bahkan sekali pun dia "dibunuh" oleh-Nya, Ayub percaya bahwa akhirnya Allah tidak akan mengecewakan dia. Ayub pasal 1:22 dan 2:10 menjelaskan dalam semua penderitaannya Ayub tidak jatuh dalam dosa. Dari sini, kita belajar bahwa penderitaan seringkali adalah bagian dari pengujian iman dan kesetiaan kita kepada Tuhan.
2. Keterbatasan pemahaman manusia.
Kitab Ayub juga menyoroti bahwa manusia seringkali tidak dapat memahami rencana Tuhan sepenuhnya. Ketika Ayub mempertanyakan keadilan Tuhan atas penderitaannya, Tuhan sendiri memberikan jawaban yang mengesankan:
Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan? (Ayub 38:2)
Dalam pertanyaan-pertanyaan-Nya kepada Ayub, Tuhan mengungkapkan betapa terbatasnya pemahaman manusia tentang kebijaksanaan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa penderitaan kadang-kadang melebihi pemahaman kita, dan kita perlu mempercayai bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih besar yang sangat mungkin melebihi pengertian kita, sebab rancangan dan rencana Allah dalam kehidupan manusia adalah rancangan damai sejahtera bukanlah rancangan rencana kecelakaan.
3. Penderitaan dan Allah.
Â
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dipahami mengenai hubungan
Allah dengan penderitaan yang dialami oleh orang benar (khususnya Ayub).
- Tuhan bukan penyebab penderitaan manusia (Ayub).
Penderitaan itu terjadi atas seizin Allah. Kitab Ayub menjelaskan pada pasal 1 dan 2, dalam dialog antara Allah dan Iblis, Allah mengizinkan manusia mengalami penderitaan sampai batasan tertentu. Tidak ada satu perkarapun yang luput dari perhatian Allah. Pencobaan yang dialami manusia bisa terjadi karena Allah mengizinkan hal itu terjadi.
- Ada maksud Tuhan dalam penderitaan manusia.
Dalam pasal 38-39 Tuhan bertanya kepada Ayub, tentang apa yang dipikirkan Ayub. Dapatkah dia memahami rancangan Tuhan? Manusia seringkali mengandalkan perasaannya pada saat mengalami kesusahan, sehingga tidak mampu memahami rencana Allah dalam kehidupannya. Tuhan merancangkan banyak kebaikan, dalam penderitaan manusia. Dari sudut pandang Allah penderitaan itu adalah salah satu cara supaya manusia menyadari posisinya dihadapan Allah. Ayub adalah manusia yang saleh sebelum mengalami masa kesusahan itu. Namun kesalehannya masih perlu dimurnikan lagi. Sehingga lewat penderitaan yang dia alami dia pada akhirnya mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan (Ayub 42:1-6) Ayub menyadari posisinya dihadapan Allah dan merendahkan diri kepada Tuhan.
4. Pemulihan dan Pembaharuan:
Meski pun Ayub mengalami penderitaan yang luar biasa, Tuhan akhirnya mengembalikan semua kekayaannya dan memberinya dua kali lipat dari apa yang dia miliki sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa penderitaan tidak selalu berakhir dengan kehancuran, tetapi juga bisa menjadi awal dari pemulihan dan pembaharuan yang luar biasa.
TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina. (Ayub 42:12)
Dalam kesimpulan, Kitab Ayub memberikan wawasan yang mendalam tentang alasan mengapa orang benar menderita. Melalui pengalaman Ayub, kita belajar bahwa penderitaan seringkali merupakan bagian dari pengujian iman kita, bahwa kita seringkali tidak dapat memahami rencana Tuhan yang indah dalam hidup kita, dan penderitaan yang kita alami bukanlah dari Allah melainkan Allah izin kan terjadi dalam hidup kita dan terakhir bahwa penderitaan yang terjadi itu akhirnya bisa menghasilkan pemulihan dan pembaharuan yang luar biasa. Dengan mempertimbangkan pandangan ini, kita dapat menemukan kedamaian dan penghiburan dalam iman kita, karena kita tahu bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih besar dan bahwa kebaikan-Nya akan menang pada akhirnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI