Mohon tunggu...
thomas wibowo
thomas wibowo Mohon Tunggu... Guru - pedagog

praktisi pendidikan di kolese kanisius jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantangan Guru di Era Disrupsi

2 Mei 2021   14:00 Diperbarui: 2 Mei 2021   14:04 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam perannya sebagai seorang agen perubahan, seorang guru setidaknya perlu memiliki karakteristik dan watak dasar yang selaras dengan hal tersebut. Kemampuan itu digambarkan secara indah oleh Fullan (1993), dalam bukunya berjudul Change Forces: Probing the Depths of Education Reform, dengan empat kapasitas dasar yang harus melekat dalam diri seorang  guru sebagai agen perubahan. Keempat watak atau kapasitas dasar itu meliputi pengembangan visi pribadi, inkuiri, penguasaan, dan kolaborasi.

Pertama adalah pengembangan visi pribadi. Adalah sangat penting bagi seorang guru memiliki visi pribadi dan berusaha menghidupi itu dalam keseharian. Seorang guru dengan visi pribadi yang “kuat” senantiasa bertanya, dan bertanya lagi, untuk memperjelas intensi mengapa yang bersangkutan sampai memilih profesi menjadi guru. “Perbedaan seperti apa yang akan saya tawarkan kepada anak didik ketika saya menjadi guru?” merupakan langkah awal yang baik ketika seorang memutuskan diri untuk menjadi guru. Seorang guru akan mencintai perubahan atau status quo, acapkali juga ditentukan oleh akusisi visi pribadi yang dimilikinya.

Keberadaan visi pribadi tidak lepas dari nilai-nilai yang menghidupi visi atau cita-cita pribadi itu. Seorang guru yang mengedepankan nilai “jujur” dan “teliti”, akan sangat menaruh perhatian, misalnya, bagaimana ia harus menjalankan pembelajaran yang fair kepada kepada anak didiknya. Dalam arti, seberapa jauh tujuan dan pendekatan pembelajaran yang dipilihnya menjawab kebutuhan anak didik sesuai tuntutan jaman, atau sejauhmana sistem penilaian yang dilakukan mencerminkan kemampuan anak didik secara personal.

Visi pribadi dan visi lembaga sama penting dan idealnya saling mendukung. Meskipun visi pribadi terkesan implisit dan personal, ia lebih memberi dorongan perubahan pada diri seorang guru. Sebaik apa pun perubahan yang ditawarkan kepada kelompok atau lembaga yang hanya dipenuhi visi lembaga, hanya akan berhenti di permukaan, bersifat formalitas, tidak ada ikatan kuat dan rasa memiliki setiap pribadi dalam kelompok itu. Akibatnya adalah perubahan susah dijalankan bahkan mungkin tidak terjadi. Kegagalan reformasi kurikulum di sekolah selama ini (sejak 1947 sampai kini), salah satunya diakibatkan karena tak pernah menyentuh visi pribadi masing-masing guru di sekolah. Visi pribadi seorang guru adalah jembatan menuju visi bersama di dalam sekolah.

Kapasitas dasar kedua adalah kebiasaan inquiry. Ini adalah sebuah kebiasaan di mana seorang guru terus mengembangkan diri dengan bertanya, mempersoalkan, dan menguji beragam hal yang sifatnya mendasar. Belajar inkuiri hendaknya dimulai dan dilatihkan semenjak seorang guru menginjakkan kaki menjadi guru di sekolah. Bagi Fullan, hal itu dapat dilakukan melalui praktek reflektif, jurnal pribadi, penelitian tindakan, bekerja dalam standar tertentu, dan kerjasama dengan rekan sejawat dan bentuk lainnya.

 Aktivitas inkuiri bersifat trial and error, tidak ada rumus dan jaminan baku. Seorang guru yang mencoba model pembelajaran baru di kelasnya, mungkin akan mendapat hasil yang tidak pernah ia prediksi sebelumnya. Keberanianya mencoba sesuatu yang baru, akan mengantarnya masuk “ruang kreatif” yang membuat ia menemukan cara berpikir baru dalam pengajarannya. Kebiasaan bertanya dan melakukan suatu “terobosan” ini dilakukan guru secara kontinyu dan ajeg sepanjang hayat dalam berbagai bidang pembelajaran.

Anak didik perlu dikenalkan dan dibiasakan melakukan pembelajaran inkuiri di kelasnya. Alasannya sangat jelas, perubahan yang terjadi dimasyarakat sifatnya tidak linier, unpredictable, dan tidak ada rumus memecahkan beragam permasalahan. Seorang guru membangun kultur inkuiri di kelasnya dengan membiarkan anak didik belajar bebas bertanya, sesungguhnya telah mengantar mereka pada ruang eksplorasi pengetahuan tanpa batas yang dibutuhkannya.

Ketiga adalah pentingnya penguasaan. “Penguasaan” dimaksudkan bahwa guru tidak boleh berhenti dalam tataran berpikir saja, melainkan harus beraksi dan berperilaku dalam gagasan dan keterampilan baru. Penguasaan berarti mendekati setiap pengalaman hidup secara kreatif, menjalani hidup dengan kreatif dan bukan reaktif.

Tatkala penguasaan pribadi telah menjadi disiplin atau terintegrasi dalam hidup pribadi guru itu, menurut Senge (1990), dalam bukunya The Fifth Discipline, akan memberikan setidaknya dua manfaat berikut. Ia akan terus mempertanyakan mana yang sesungguhnya penting atau prinsip sejalan visi pribadinya, dan selanjutnya memungkinkannya belajar memandang realitas dengan lebih jernih. Maka yang terpenting dalam belajar bukan seberapa banyak informasi yang diperoleh, melainkan sejauhmana itu membawa hasil nyata sesuai yang dikehendakinya (visi dan cita-cita pribadi).

Keempat adalah kolaborasi. Belajar secara bersama atau kemampuan untuk bekerja sama amat dibutuhkan. Selain untuk mengatasi kelemahan belajar secara pribadi, yang biasanya terbentur dalam keterbatasan dalam diri, bekerja dalam kelompok juga menjadi ciri perkembangan modern belakangan ini.

Kolaborasi yang efektif biasanya diimbangi dengan keterampilan pribadi dalam berinkuiri  secara terus-menerus. Tanpa dimbangi dengan hal tersebut, kolaborasi hanya jatuh dalam bentuk fisik, tidak mendalam, dan formalitas belaka. Kolaborasi hanya jatuh pada indahnya bentuk, namun kehilangan esensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun