Ketiga, menghidupkan artefak kepemimpinan. Sekalipun bangunan sekolah tergolong tua namun tetap bisa menggetarkan siapapun yang sedang berjalan melewatinya. Hal itu dikarenakan sekolah A. B. Combs mampu memvisualisasikan misi-visi sekolah dalam berbagai poster, lukisan dinding, karya seni dll yang yang ditata dengan apik dalam gedung sekolah. Bahkan prinsip-prinsip kepemimpinan dijadikan nama jalan, bahkan musik-musik pun dirancang sehingga mampu mengekspresikan kebiasaan efektif para siswa di sekolah.
Dalam beberapa aspek mungkin beberapa sekolah tertentu telah memasang artefak itu di dinding sekolah. Sekalipun demikian masih terlihat belum ditata, dirancang, dan ditempatkan secara kreatif. Isinya pun juga belum mewakili semboyan atau motto kepemimpinan sebagaimana kita harapkan.
Keempat, tradisi-tradisi kepemimpinan. Tradisi kepemimpinan ini diciptakan bertujuan 1) memberi kesempatan siswa menjadi pemimpin, 2) membangun relasi kekeluargaan siswa, guru, karyawan, dan komunitas, 3) meneguhkan nilai-nilai sekolah, dan 4) menciptakan kenangan abadi bagi siswa. Bentuk tradisi kepemimpinan itu misalnya: Hari Kepemimpinan (pameran musik, makanan, pidato, kebiasaan efektif dsb), Festival Internasional (festival makanan, tari, dansa), Santap Siang, Proyek Layanan (gerakan anti makanan kaleng), dan Perayaan Hari Kesuksesan (perayaan prestasi individu).
Kelima, menceritakan kisah-kisah yang melegenda. Kisah-kisah diambil dari pengalaman heroik yang dialami siswa dan inspiratif bagi siswa lain. Kisah-kisah kepemimpinan itu biasanya menunjukkan bahwa setiap siswa bisa membuat sesuatu yang berbeda dan positif dalam beragam situasi. Semoga bermanfaat.
          Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H