Mohon tunggu...
Thoifatur Rohikho
Thoifatur Rohikho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tetap semangat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UM Ciptakan 'Edukasi Berbagi Rasa' untuk Menumbuhkan Toleransi Kebhinekaan Global pada Mahasiswa PPG Prajabatan melalui Diklat WKG

12 Januari 2024   10:30 Diperbarui: 12 Januari 2024   10:57 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa PPG Prajabatan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kelas 07 Universitas Negeri Malang (dok:pri)

Keragaman bukan menjadi suatu perpecahan. Keragaman merupakan salah satu keunikan yang wajib dirayakan. Sebagai calon guru yang profesional, hendaknya kita dapat menjadi jembatan bagi peserta didik kita nantinya untuk mengesampingkan keberagaman dan menjadikan senjata agar tercipta sebuah persatuan. Indonesia kaya akan budaya yang beragam, setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda beda. Oleh sebab itu, perlu adanya toleransi dan saling menghargai perbedaan tersebut. 

Melalui diklat Wawasan Kebhinekaan Global (WKG)  yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Malang, memberikan gambaran dan pandangan bagi kita calon guru profesional untuk menyikapi adanya perbedaan yang beragam dengan hal yang positif. Diklat tersebut diwajibkan oleh seluruh mahasiswa PPG Prajabatan angkatan 1 tahun 2023. Diklat WKG tersebut dilaksanakan secara luring oleh kelas PGSD 07, pada Selasa, 9 Januari 2024 di gedung A20 lantai 4 pukul 07.00 WIB - 16.30 WIB.

Kegiatan di pandu oleh Ibu Ni Luh Sakinah Nuraini, S.Pd., M.Pd dan Bapak Dr. Puguh Darmawan, M.Pd. Kegiatan diklat WKG diikuti oleh semua mahasiswa PGSD 07 dan terdapat 5 topik dalam kegiatan diklat tersebut. Topik tersebut terdiri dari : 

Topik 1: Kebhinekaan Global. (Dunia yang Berwarna)

Topik 2: Kebhinekaan Indonesia (Negeri penuh Harmoni)

Topik 3: Berdamai dengan Diri (Damai Mulai dari Diri)

Topik 4: Keragaman di Sekolahku (Sekolahku yang Bhineka)

Topik 5: Menuju Sekolah Damai (Sekolahku yang Damai)

Berikut pemaparan dari setiap topik tersebut.

Topik 1

Topik pertama, membahas tentang Kebhinekaan Global. Melalui topik ini, kita banyak belajar bahwa bukan hanya Indonesia saja yang beragam, namun banyak di luar sana bahkan di dunia yang memiliki keragaman dan perbedaan. Setelah mempelajari topik ini nantinya kita diharapkan untuk dapat memahami bahwa kita adalah warga dunia yang beragam dan punya kewajiban untuk merayakan kebhinekaan dan menjawab berbagai tantangan. 

Melalui topik ini kita banyak belajar bahwa setiap orang bahkan setiap daerah itu berbeda. Adanya perbedaan tersebut bukan menjadikan halangan bagi kita. Hal tersebut menjadikan tantangan untuk kita agar dapat saling menghormati dan memperkuat adanya toleransi. Sikap itu nantinya juga dapat ditanamkan pada peserta didik kita nantinya, dalam menghadapi perbedaan yang penuh warna tidak perlu adanya sebuah konflik dan menimbulkan perpecahan. Namun, perbedaan dapat disikapi dengan toleransi agar menghasilkan sebuah persatuan. 

Topik 2

Pada topik 2 membahas mengenai tema Kebhinekaan Indonesia dengan judul "Negeri penuh Harmoni". Berkaitan dengan kebhinekaan Indonesia tentu erat kaitannya dengan keberagaman yang merupakan bagian dari Indonesia yang harus disikapi dengan baik. Keberagaman tersebut dapat menimbulkan kerukunan atau justru menjadi ancaman, semua tergantung pada sikap masyarakat apakah mereka menunjukkan sikap toleransi, intoleransi, atau bahkan ekstremisme. Sebagai calon pendidik, mahasiswa mempelajari tentang berbagai praktik toleransi yang bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari, khususnya dapat menjadi bekal agar dapat menanamkan nilai-nilai toleransi kepada siswa. 

Dalam meningkatkan toleransi tersebut, mahasiswa disuguhkan dengan berbagai jenis kekayaan budaya Indonesia seperti makanan khas dan batik yang justru menjadi pemersatu bangsa. Dari kemajemukan bangsa Indonesia ini mesti menjadi penguat kehidupan selanjutnya yang penuh kedamaian, cinta kasih, dan harmoni, bukan memantik konflik dan disintegrasi yang mengancam persatuan bangsa. Untuk itu kehidupan yang harmoni ini harus terus dipertahankan bahkan dapat ditularkan kepada generasi bangsa sebagai role model.

Topik 3

Pada topik 3 membahas terkait dengan “Damai Diri”. Topik ini sangat relate dengan kehidupan sehari-hari dan dapat dijadikan sebagai refleksi diri guna lebih mensyukuri hidup. Setiap orang atau identitas memiliki ciri khasnya masing-masing. Terdapat identitas yang dapat diubah, dan terdapat identitas yang tidak dapat diubah. Identitas yang tidak dapat diubah adalah ciri fisik, alih-alih mengubah ciri fisik yang kurang sempurna, lebih baik memilih untuk mengubah identitas yang dapat diubah menjadi lebih baik. Identitas yang dapat diubah menjadi lebih baik, semisal hidup yang boros dapat diubah ke hidup yang lebih hemat. Hidup malas dapat diubah ke hidup yang lebih rajin. 

Topik 4

Pada topik 4 yang berjudul ”Keragaman di Sekolah” mengajak mahasiswa untuk membuat projek aktivitas kebhinekaan yang dapat diimplementasikan di sekolah. Mahasiswa membentuk 5 kelompok dengan masing-masing kelompok memainkan peran dari beberapa kasus dengan rincian sebagai berikut.

Kelompok 1: Sekolah Anda adalah sekolah Islam. Ada sekolah Kristen yang ingin melakukan kunjungan. Apakah akan diterima? Apa yang akan dilakukan?

Kelompok 2: Sekolah Anda diajak oleh sebuah organisasi untuk terlibat dalam program Jelajah Bhineka, yaitu mengajak siswa untuk keliling beragam rumah ibadah. Apakah sekolah Anda akan ikut?

Kelompok 3: Sekolah Anda relatif homogen. Ada calon siswa dari aliran agama atau kepercayaan minoritas yang oleh sebagian orang dituduh sesat. Apakah akan diterima?

Kelompok 4: Pemilihan ketua OSIS. Salah satu kandidat kuat adalah siswa dari agama minoritas. Beberapa orang keberatan dan menginginkan ketua OSIS itu berasal dari agama mayoritas.

Pada kegiatan ini, setiap mahasiswa dalam suatu kelompok ada yang berperan sebagai kepala sekolah yang demokratis tapi plin plan, pihak yayasan yang birokratis, guru yang kreatif tapi sibuk, ketua forum orang tua yang konservatif, dan siswa yang eksploratif. Adapun kelompok 5 bertugas sebagai observer dan komentator dari permainan peran masing-masing kelompok. Pada akhir permainan peran, mahasiswa diminta untuk berdiskusi dan merenungkan terkait perbedaan di sekolah, hambatan yang muncul, dan bagaimana menangani hambatan sehingga tercipta kebhinekaan di sekolah.

Topik 5

Pada topik terakhir ini membahas bagaimana kita dapat menuju sekolah yang damai, tentunya kita sebagai guru mendambakan lingkungan sekolah yang damai bagaimana menciptakan suasana kelas menjadi nyaman bahkan untuk menciptakan sekolah yang maju dan damai banyak sekali pertimbangan yang harus diputuskan dengan bijaksana. Untuk menjaga kedamaian sekolah diperlukan peningkatan kapasitas dan mengurangi kerentanan sehingga risiko sekolah yang tidak damai menjadi lebih kecil. Ancaman dan kerentanan tersebut dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal, namun ancaman tidak dapat dikendalikan sedangkan kerentanan dapat dikendalikan. Dengan keseimbangan tersebut maka akan menciptakan lingkungan sekolah yang damai. Sekolah yang damai adalah sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan, dan menciptakan budaya damai, sehingga dengan adanya sekolah yang damai memiliki kerentanan yang rendah dari diskriminasi, pemaksaan, ujaran kebencian, kekerasan, dan lainnya. Maka dari itu, dalam keperluan menciptakan, membangun, dan menjaga perdamaian, dibutuhkan peran aktif dari guru, orang tua, masyarakat, serta siswa dalam menciptakan lingkungan sekolah yang damai.

Penutup 

Pesan yang dapat mahasiswa ambil dari diadakannya diklat tersebut yakni kami sadar bahwa keberagaman bukanlah untuk saling memisahkan, tetapi untuk saling memberi warna dan melengkapi kekurangan satu sama lain. Berbagi rasa adalah jembatan untuk mengenali, memahami, dan akhirnya tumbuhlah rasa empati, kasih sayang serta sikap toleransi didunia yang penuh keberagaman ini. Harapannya kedepan ketika sudah terjun di masyarakat, mahasiswa sebagai generasi bangsa dapat menjadi role model bagi lingkungan sekitar dalam menggalakkan sikap-sikap penuh toleransi dan saling menghargai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun