Mohon tunggu...
Thio Hok Lay
Thio Hok Lay Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku 'Mendidik, Memahkotai Kehidupan'

Koordinator Biologi, Teaching Learning Curriculum, Yayasan Citra Berkat, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelita dalam Gulita

25 November 2020   07:34 Diperbarui: 25 November 2020   07:40 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber photo : dokumen pribadi

Kita jadi bisa menulis dan membaca karena siapa

Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu dari siapa

Kita jadi pintar dibimbing pak guru

Kita jadi pandai dibimbing bu guru

Guru lah pelita penerang dalam gulita

Jasamu tiada tara 

"BANGKITKAN Semangat Wujudkan Merdeka Belajar" adalah rumusan tema dalam rangka memperingati dan memaknai Hari Guru Nasional - 25 November 2020.  

Di tengah mendung kabut pandemi, lengkap dengan segala aneka problematika dan tantangannya, gelombang energi positif serasa digetarkan dan ditransformasikan melalui rumusan tema yang sarat akan semangat dan harapan tersebut. 

Alih-alih menjadi katalis bagi para insan pendidikan (guru) dalam menjaga agar pijar semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa senantiasa tetap menyala dan berkobar.

Selama masa pandemi, Proses Belajar Mengajar (PBM) dilangsungkan dalam jaringan (daring). Dalam proses pembelajaran jarak jauh via online, perjumpaan dan komunikasi anak (murid) dan guru menjadi berjarak, seolah terputus karena harus diperantarai oleh kuota dan akses internet. 

Namun demikian, guru haruslah tetap mampu dalam menyemangati dan memberdayakan para anak (murid) untuk belajar dengan giat secara mandiri; sebagai bentuk konkrit atas pemaknaan dari spirit merdeka belajar.

Pada saat yang sama, guru dituntut untuk mampu menyemangati dan memberdayakan dirinya sendiri.  Bagi para guru era generasi baby boomers; tentunya merupakan tantangan tersendiri. Dibutuhkan ekstra energi; waktu dan pemikiran untuk berjuang guna belajar untuk menguasai teknologi pembelajaran berbasis internet.

 Walaupun demikian, semangat guru dalam berkarya nyata; memberikan pencerahan (enlightment) dan pengayaan (enrichment) kepada anak -- anak bangsa tak boleh redup. Sebaliknya, senantiasa berpijar.

Anita Lie dalam Sufiyanta (2012), melalui pengantarnya dalam buku 'Jalan Sang Guru', diterangkan bahwa ditilik dari etimologi esoterik dalam bahasa Sansekerta, istilah guru ( ) menggambarkan suatu metafora peralihan dari kegelapan menjadi terang. Suku kata "gu" ( ) berarti kegelapan, dan 'ru' ( ) berarti terang.  

Ibarat pijar pelita, guru adalah sosok yang membebaskan dari kegelapan akibat ketidaktahuan dan ketidaksadaran.

Masih dalam suasana spirit kepahlawanan, sebagai bangsa merdeka; terdidik dan beradab, peringatan dan pemaknaan Hari Guru Nasional senyatanya merupakan momentum untuk mengenang sekaligus menghidupi semangat dan teladan kepahlawanan sosok guru secara konkrit. 

Perlu diingat bahwa kehadiran, semangat, dan keteladanan dari sosok guru tak akan pernah bisa tergantikan oleh teknologi semodern atau secanggih apapun.

Guru tetaplah menjadi garda terdepan dalam mengawal spirit "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" (di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberikan daya kekuatan); yang tak dapat diselipkan dan dititipkan melalui program aplikasi pembelajaran online.

Pijari Negeri

Dalam wacana "Pahlawan itu Bernama Guru" (SM, 10/ 11/ 2018), penulis menyatakan bahwa salah satu karakter yang disematkan pada sosok pahlawan adalah memiliki semangat untuk melawan. Dan yang dilawan oleh guru adalah akar dari keterbelakangan dan kemiskinan, yakni kemalasan dan kebodohan.

Fenomena keseharian di ruang publik memperlihatkan bahwa acap kali kemiskinan bisa menjadi motivasi terbesar yang mendorong orang untuk bekerja lebih keras. 

Pertanyaan reflektif ikutan, sekaligus korektif yang layak dikemukakan di ruang publik adalah mengapa acap kali kebodohan tidak bisa menjadi pemicu bagi semua orang untuk belajar lebih keras?

Nampaknya, kebanyakan orang lebih takut pada kemiskinan dari pada kebodohan sehingga lebih memilih kekayaan material daripada kecerdasan. Lupa atau tak menyadari bahwa kemiskinan sesungguhnya merupakan buah dari kebodohan itu sendiri.

Merujuk catatan data hasil PISA (Programme for International Students Assessment) dari tahun 2015 dan 2018, prestasi anak bangsa justru mengalami penurunan hampir di kesemua bidang. PISA merupakan studi internasional tentang prestasi dalam literasi membaca, matematika dan sains untuk para pelajar.

Mengacu hasil survei Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) di tahun 2018, capaian prestasi pelajar Indonesia berdasarkan kompetensi dan keterampilan dalam membaca (peringkat 72 dari 77 negara), matematika (peringkat 72 dari 78 negara), dan sains (peringkat 70 dari 78 negara).

Ringkasnya, capaian prestasi anak bangsa masih jauh dari menggembirakan di tengah wacana menyongsong slogan Indonesia Emas (2045); pencapaian SDM yang unggul dan handal.

Dengan demikian, melalui peringatan Hari Guru Nasional setiap insan di bumi pertiwi diajak untuk melakukan refleksi kritis terhadap kualitas pendidikan bangsa.

Sekaligus ajakan untuk mengapresiasi dan mengekspresikaan syukur kita atas setiap bentuk jerihjuang dan pengorbanan dari para guru; untuk tiap tetes keringat dan air mata yang didarmabaktikan bagi Ibu Pertiwi.  

Refleksi, apresiasi dan ekspresi syukur tersebut akan menjadi semakin bermakna ketika sebagai bangsa kita diberdayakan untuk  mampu mengidentifikasi, dan menghidupi semangat juang guru secara total. Yang dalam spirit Dr (HC) Ir. Ciputra (alm) di bidang pendidikan, meliputi spirit Integritas, Professionalisme, dan Entrepreneurship. 

Nantinya, entrepreneurship akan menghantarkan seseorang menjadi manusia penuh daya; yang bukan hanya bisa menolong dirinya sendiri, tapi juga orang lain (Ciputra; The Entrepreneur -- The Passion of My Life, 2018).

Kiranya melalui ketulusan dan keikhlasan para guru dalam melaksanakan panggilan tugas dan perutusannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, nantinya diharapkan mampu menghasilkan generasi anak bangsa yang berkualitas dan berintegritas. 

Hanya melalui rahim guru professional sajalah, nantinya akan terlahir generasi anak bangsa yang unggul dalam hal karakter, ilmu dan pengetahuan; guna mengangkat harkat dan martabat bangsanya dalam kancah global.  Selamat memaknai Hari Guru Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun