Mohon tunggu...
Thio Hok Lay
Thio Hok Lay Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku 'Mendidik, Memahkotai Kehidupan'

Koordinator Biologi, Teaching Learning Curriculum, Yayasan Citra Berkat, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelita dalam Gulita

25 November 2020   07:34 Diperbarui: 25 November 2020   07:40 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun demikian, guru haruslah tetap mampu dalam menyemangati dan memberdayakan para anak (murid) untuk belajar dengan giat secara mandiri; sebagai bentuk konkrit atas pemaknaan dari spirit merdeka belajar.

Pada saat yang sama, guru dituntut untuk mampu menyemangati dan memberdayakan dirinya sendiri.  Bagi para guru era generasi baby boomers; tentunya merupakan tantangan tersendiri. Dibutuhkan ekstra energi; waktu dan pemikiran untuk berjuang guna belajar untuk menguasai teknologi pembelajaran berbasis internet.

 Walaupun demikian, semangat guru dalam berkarya nyata; memberikan pencerahan (enlightment) dan pengayaan (enrichment) kepada anak -- anak bangsa tak boleh redup. Sebaliknya, senantiasa berpijar.

Anita Lie dalam Sufiyanta (2012), melalui pengantarnya dalam buku 'Jalan Sang Guru', diterangkan bahwa ditilik dari etimologi esoterik dalam bahasa Sansekerta, istilah guru ( ) menggambarkan suatu metafora peralihan dari kegelapan menjadi terang. Suku kata "gu" ( ) berarti kegelapan, dan 'ru' ( ) berarti terang.  

Ibarat pijar pelita, guru adalah sosok yang membebaskan dari kegelapan akibat ketidaktahuan dan ketidaksadaran.

Masih dalam suasana spirit kepahlawanan, sebagai bangsa merdeka; terdidik dan beradab, peringatan dan pemaknaan Hari Guru Nasional senyatanya merupakan momentum untuk mengenang sekaligus menghidupi semangat dan teladan kepahlawanan sosok guru secara konkrit. 

Perlu diingat bahwa kehadiran, semangat, dan keteladanan dari sosok guru tak akan pernah bisa tergantikan oleh teknologi semodern atau secanggih apapun.

Guru tetaplah menjadi garda terdepan dalam mengawal spirit "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" (di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberikan daya kekuatan); yang tak dapat diselipkan dan dititipkan melalui program aplikasi pembelajaran online.

Pijari Negeri

Dalam wacana "Pahlawan itu Bernama Guru" (SM, 10/ 11/ 2018), penulis menyatakan bahwa salah satu karakter yang disematkan pada sosok pahlawan adalah memiliki semangat untuk melawan. Dan yang dilawan oleh guru adalah akar dari keterbelakangan dan kemiskinan, yakni kemalasan dan kebodohan.

Fenomena keseharian di ruang publik memperlihatkan bahwa acap kali kemiskinan bisa menjadi motivasi terbesar yang mendorong orang untuk bekerja lebih keras. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun