Mohon tunggu...
Thio Hok Lay
Thio Hok Lay Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku 'Mendidik, Memahkotai Kehidupan'

Teaching Learning Curriculum Department, Yayasan Citra Berkat, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cerdas dan Bijak Menapaki Dunia Digital

27 Agustus 2020   10:27 Diperbarui: 28 Agustus 2020   18:16 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo ilustrasi : Murid SD Citra Kasih CitraLand City, Samarinda/ Doc. pribadi

"Kini sedang tumbuh sebuah generasi baru yang akan mengubah dunia menjadi berbeda sama sekali dengan sebelumnya" - Don Tapscott, Growing up digital

BEBERAPA negara di kawasan Asia Timur; Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, dan Taiwan dengan segala daya upayanya, melalui terobosan dan inovasi yang dilakukan akan segera menjadikan mereka sebagai kiblat teknologi digital.

Tak dapat disangkal bahwa saat ini kemajuan di bidang teknologi, informasi dan komunikasi telah melesat maju sedemikian pesat, nyaris tak lagi terbendung. Jarak tak lagi menjadi faktor penghalang dan penghambat (barier) bagi perubahan tersebut. 

Saat ini, kejadian di suatu tempat yang terpisah jauh oleh jarak dan waktu, dalam hitungan detik, seketika sudah bisa diakses dan diviralkan ke seluruh belahan dunia.

Bahkan, di tengah masa pandemi seperti saat ini, khususnya bagi para pelajar, proses dan aktivitas pembelajaran dengan pola Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari rumah (home learning) dapat terselenggara dengan berkualitas karena didukung dan ditopang oleh seperangkat sarana elektronik yang terkoneksi ke jaringan internet.

Untuk itu, sudah layak dan sepantasnya bila kemajuan demi kemajuan tersebut perlu mendapatkan apresiasi. Mengingat melalui kemajuan yang dialami, telah sebegitu banyak menyumbangkan beragam manfaat positif dalam menjawab aneka kebutuhan dalam kehidupan.

Keberadaan dan kepemilikan gawai (gadget) mulai mengalami pergeseran status; gawai tak lagi dianggap sebagai barang mewah, melainkan sudah menjelma sebagai sarana pemenuhan kebutuhan pokok manusia dalam berkomunikasi dan sarana belajar.

Mengiris zaman

Zaman telah berubah, dan kita pun berubah pula (Tempora mutantur, et nos autem cum illis). Yang jelas, timeline-nya generasi para orangtua berbeda dengan generasi anak-anak. 

Sebagai konsekuensi logis dari irisan zaman yang berbeda, perbedaan lintas generasi ini perlu didekati dan disikapi dengan tepat dan bijak agar tidak terjadi kesenjangan (gap) dalam berkomunikasi dan berinteraksi.

Di zaman ini, pesan moral Neil Kurshan kepada para orangtua dalam Raising Your Childs to be a Mensch perlu diterjemahkan dan dimaknai ulang dalam konteks kekinian. 

Adalah benar halnya bahwa "Tugas terpenting kita sebagai orangtua adalah membesarkan anak-anak yang akan menjadi orang-orang yang baik, bertanggungjawab dan peduli serta membaktikan diri untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih adil dan penuh kasih. Bagi kita dan anak-anak kita, kita dapat menghiasi sebuah dunia yang lebih hangat dan lebih baik yang akan menyingkirkan kegelapan serta isolasi."

Dalam konteks kekinian, di era digital berbasis internet, di mana sahabat anak-anak terdistribusi melampaui sekat-sekat ruang dan waktu, dan hadir 24 jam sehari menemani melalui dunia online, disarankan agar orangtua turut mengikuti, memperhatikan, dan menuntun anak-anak kita dalam melangkah menapaki dunia digital.

Dunia digital yang ber-password ibarat hutan rimba; berpotensi untuk menyesatkan, liar, dan kejam sekiranya tidak cerdas dan bijaksana dalam menapakkan jejak-jejak digital di sana.

Mengingat status yang diunggah secara online; berupa teks atau gambar, nantinya akan terkait langsung dengan portofolio seseorang (termasuk milik anak kita kelak). 

Jejak digital yang ditapakkan di sana, nantinya akan terekam dan dapat diakses kembali di kemudian hari; saat dibutuhkan untuk keperluan studi dan atau karier profesional.

Pernah viral di internet, seorang pelajar yang terpaksa harus dibatalkan penerimaan beasiswa dari kampus impiannya untuk proses studi lanjutnya karena dijumpai adanya konten negatif dalam jejak digitalnya; terkait unggahan dalam memperlakukan hewan peliharaan yang dianggap melanggar norma/ etika global.

Cerdas dan bijak

Jangan sampai kita nantinya seperti "anak ayam yang mati di lumbung", mati justru di tengah-tengah kemelimpahan informasi dan sumber daya akibat ketidakmampuan dalam mencerna dan memanfaatkan kemelimpahan informasi dan sumber daya tersebut secara baik dan benar. 

Untuk itu dibutuhkan serangkaian kecerdasan dan kebijaksanaan agar mampu memilih dan memilah, serta dalam memanfaatkan dan menyikapi kemajuan di era teknologi ini agar kemajuannya benar -- benar dapat berkontribusi bagi proses peningkatkan kualitas dan kesejahteraan kehidupan umat manusia.

Di sisi lain, bila kemajuan teknologi tidak tepat sasaran dan keliru dalam hal peruntukannya, justru nantinya akan menghantam balik, melukai, dan menjadi sumber malapetaka. 

Temuan gambar gerak (fitur gif) porno di aplikasi WhatsApp yang dapat diakses secara bebas oleh publik merupakan bentuk kemunduran dan tamparan di tengah-tengah era kemajuan teknologi.

Fenomena maraknya pertikaian bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan) akibat ujaran kebencian (hate speech) dan kabar bohong (hoaks) yang bertaburan di media sosial (facebook) berpotensi untuk memicu dan mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa.

Bahkan, eksistensi manusia sebagai adalah makhluk homo homini socius juga mulai dipertanyakan. Semula, manusia baru dikatakan menjadi manusia ketika keberadaannya berarti bagi sesamanya. 

Ironis, acap kita lihat dan dengar bahwa dalam suatu perjumpaan antar pribadi (bahkan di dalam keluarga sekalipun), yang terjadi adalah suasana "ketidakperjumpaan" akibat saling asing antar satu dengan yang lainnya. 

Meski duduk bersama, namun pikiran, dan konsentrasi ada di dalam dunianya masing --masing. Dengan demikian, ada benarnya pernyataan yang mengatakan bahwa gawai itu "menjauhkan yang dekat, dan mendekatkan yang jauh."

Di rumah, mari sejenak luangkan waktu khusus guna perjumpaan antar anggota keluarga guna sungguh -- sungguh saling menyimak melalui proses komunikasi antar pribadi yang saling membangun.

Di sekolah, mari mulai ditumbuhkembangkan model komunikasi murid -- guru yang setara dan sederajat; terbuka, jujur, saling memperhatikan dan menguatkan (positive pals). Mengingat, dunia pendidikan tidaklah melulu berurusan dengan aspek kognitif (pengetahuan), namun terkait erat dengan urusan nilai moral dan karakter unggul.

Sedih, bila di tengah keberagaman dan kemelimpahan sumber daya, anak - anak justru memilih menyendiri, sibuk menunduk menatap gawainya. Mereka bukan robot, tapi anak manusia; generasi emas pemilik masa depan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun