Temuan gambar gerak (fitur gif) porno di aplikasi WhatsApp yang dapat diakses secara bebas oleh publik merupakan bentuk kemunduran dan tamparan di tengah-tengah era kemajuan teknologi.
Fenomena maraknya pertikaian bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan) akibat ujaran kebencian (hate speech) dan kabar bohong (hoaks) yang bertaburan di media sosial (facebook) berpotensi untuk memicu dan mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa.
Bahkan, eksistensi manusia sebagai adalah makhluk homo homini socius juga mulai dipertanyakan. Semula, manusia baru dikatakan menjadi manusia ketika keberadaannya berarti bagi sesamanya.Â
Ironis, acap kita lihat dan dengar bahwa dalam suatu perjumpaan antar pribadi (bahkan di dalam keluarga sekalipun), yang terjadi adalah suasana "ketidakperjumpaan" akibat saling asing antar satu dengan yang lainnya.Â
Meski duduk bersama, namun pikiran, dan konsentrasi ada di dalam dunianya masing --masing. Dengan demikian, ada benarnya pernyataan yang mengatakan bahwa gawai itu "menjauhkan yang dekat, dan mendekatkan yang jauh."
Di rumah, mari sejenak luangkan waktu khusus guna perjumpaan antar anggota keluarga guna sungguh -- sungguh saling menyimak melalui proses komunikasi antar pribadi yang saling membangun.
Di sekolah, mari mulai ditumbuhkembangkan model komunikasi murid -- guru yang setara dan sederajat; terbuka, jujur, saling memperhatikan dan menguatkan (positive pals). Mengingat, dunia pendidikan tidaklah melulu berurusan dengan aspek kognitif (pengetahuan), namun terkait erat dengan urusan nilai moral dan karakter unggul.
Sedih, bila di tengah keberagaman dan kemelimpahan sumber daya, anak - anak justru memilih menyendiri, sibuk menunduk menatap gawainya. Mereka bukan robot, tapi anak manusia; generasi emas pemilik masa depan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H