"I've book a room few days ago," jawabku tidak kalah ramah.
"Okay, I will look for it," jawab petugas erjenis kelamin laki-laki itu ramah. "Okay, under what name?" tanyanya lagi sambil mengetik keyboard komputer yang ada di depannya.
"Nuwanda Patricia Gately," jawabku singkat, padat, dan jelas. Sambil sesekali aku menengok ke arah ibuku yang duduk di sofa hotel. Dia terlihat menggigil.
"Sorry Ma'am but there is no list goes by that name,"jawabannya cukup membuat mataku membulat.
"I booked it about two days ago. Please search carefully," pintaku pada laki-laki kaukasia yang aku tebak berusia sekitar
dua puluah lima tahun. Aku sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam kamar dan menidurkan ibuku.
Lelaki itu terlihat menggeleng. "No, Ma'am. I'm sorry."
Kebingungan terpancar di wajahku. "Okay. Do you have any vacant room?"
Sambil mengetik keyboard komputernya, dia memberiku jawaban yang membuatku lega. "Yes Ma'am. At the second floor." Dia berjalan menuju tempat kunci kamar berada. "Here you go."
Aku menerima kunci darinya. Berjalan menuju sofa tempat Ibuku duduk sambil menggigil. Aku membawa tas ransel dua buah kemudian berjalan menuju lift yang akan membawaku ke kamar. Tidak lama kita pun sampai di kamar, aku buka pintu kamar, aku taruh tas, dan aku minta ibuku untuk langsung tidur di tempat tidur double bed.
Ternyata keadaan ibuku tidak membaik setelah aku berikan obat turun panas. Aku menelpon bagian resepsionis untuk menanyakan apakah ada dokter di hotel ini. Aku bernapas lega begitu petugas resepsionis menjawab bahwa ada satu orang yang menginap di hotel itu berprofesi sebagai dokter anak.